Gue sering banget mempertanyakan
hal ini ke temen-temen gue, seriusan! Lo boleh Tanya Si Sulis, Desi, Eka, Nur,
siapa lagi ya? *mikir* kayaknya sama mereka aja deh. Kenapa sih gue selalu
nanya gitu? Jawabannya sangat sederhana : karena gue paling nggak bisa
chat/email dosen. *tuh gue bold biar jelas*. Sebenernya bukannya paling nggak bisa sih, tapi paling takut
untuk melakukan hal itu. Pernah Si Desi ngira bahwa gue mungkin termasuk orang
yang nggak punya etika pas chat/email dosen, makanya ketika salah seorang dosen
menjelaskan bagaimana etika yang baik untuk mengiriminya email di jelaskan,
mata Si Desi berkali-kali ngelirik gue dan terang-terangan bilang “tuh dengerin”.
Ya…Ya…Ya…, gue jelas-jelas dengerin kok, karena ini akan bermanfaat untuk gue
yang selalu males berhubungan sama dosen lewat chat pribadi tapi selalu dapet
tugas untuk chat dosen. Makanya pernah kejadian lucu gini, waktu itu gue
disuruh untuk telepon salah satu dosen untuk menanyakan suatu hal yang
sebenernya enggak penting (menurut gue lho) karena toh ini bisa di chat aja,
tapi berhubung sang dosen enggak ada di ruangannya jadilah gue yang disuruh
telepon tuh dosen….
“telepon aja dari WA” kata Si
Desi dengan entengnya.
“Gilakkkk lo, masak sih telepon
dosen lewat WA. Telepon biasa aja.” Gitu kata gue. Lagian masak telepon dosen
dari WA. Kecuali kalau dosennya yang telepon sah-sah aja. Lah ini?
“Yaudah, lo aja yang telepon, kan
provider lo sama”
“Lo aja yang telepon, pake HP gue…”
“Lo aja, kan HP lo….”
“Lo aja stef….” Kata gue
ngelempar ke stefany.
“nggak mau”
“Yaudah sini gue aja yang
telepon, mau ngomong apa emangnya?” seketika gue nengok, si udhe nawarin diri
buat nelepon nih dosen, wah nggak bener nih…. DIA KAN BUKAN KELOMPOK GUE,
BISA-BISANYA DIA YANG TELEPON.
“oke, gue yang telepon, mari kita
cari tempat sepi….”
Akhirnya gue sama si stefany
jalan ke lorong yang sepi, gue cari nama dosen yang mau gue telepon, nomornya
ketemu, gue pun telepon nih dosen. Gue dag-dig-dug. Keringet dingin keluar dari
seluruh pori-pori di tubuh gue.
NOMOR YANG ANDA HUBUNGI SEDANG TIDAK AKTIF….
Yes….. gue langsung ketawa girang
sambil bilang “nomornya nggak aktif kakak stef”
“mana coba sini…” HP gue di rebut
sama stef. Dia coba telepon lagi nomor dosen dan….. “iya nggak aktif”
Dan itu nggak berakhir disitu,
karena gue juga yang harus chat dosen.
Lo tahu apa keburukkan gue? Setelah
dosen bales gue itu nggak pernah mau bales lagi. Gue itu punya pemikiran yang
super nggak jelas, menurut gue, kalau dosen udah bales dengan lengkap apa yang
lo tanyain, yaudah, nggak perlu lagi dibales. Toh dosen udah bales kan? Terus mau
diapain lagi? Nah, karena hal ini pernah ada dosen yang pada akhirnya mengira
gue mengabaikan balesannya dan bilang ke sulis dan sulis bilang ke gue. Nah dari
situlah gue males buat chat atau berurusan apapun sama dosen lewat medsos.
Kini, hal-hal yang berbau chat /
email dosen secara personal menjadi momok yang super buat gue mules tiap kali
ngebayanginnya. Hal itu terus menghantui sejak tugas kirim proposal riset
melalui email ke dosen riset, tapi karena dosen ini ngasih tahu etika berkirim
email ke dirinya, jadilah itu aman buat gue. Tapi, kejadian yang super buat
merinding itu dateng lagi ketika Dospem gue (akhirnya gue dapet dospem
lhooooooo) meminta gue untuk kirim BAB 1 proposal gue melalui email. Mampus kata
gue. Di depan dosen yang bersangkutan jelas gue menyanggupi, tapi dibelakang…
nggak tahu aja dirinya bagaimana gue merangkai kata-kata biar terkesan sopan
dan santun. Nggak tahu aja dirinya gimana sebelum gue kirim BAB 1 itu gue harus
konsultasi dulu ke beberapa temen gue.
“ini gimana ngirimnya? Gini aja?”
“subjeknya harus gimana, BAB 1
aja atau gimana?”
“udah gini aja?”
Setelah kegaduhan yang gue
ciptakan sendiri perihal bagaimana caranya email yang baik dan benar ke dosen
gue pun harus menelan kenyataan pahit bahwa : email gue sampai hari ini nggak dapet tanggapan apapun dari sang dosen,
kepala gue mulai berputar-putar persis kayak obat nyamuk bakar. Tiap hari
kerjaan gue ngosongin email masuk biar bisa tahu kalau dosen ini ngerespon
email gue. Tiap buka email langsung deg-degan. Parah kan? Dan yang lebih parah
ya itu tadi, nggak ada tanggapan apa-apa dari dospem gue itu. Jadinya, miris!
Disisi lain, Si Desi, yang kalau
ada apa-apa langsung buat status WA itu sering banget unggah SS chattingannya
sama sang dospem ke WA. Misalnya kayak permintaan dospemnya untuk revisi A lah,
cari beberapa jurnal lagi lah, minta maaf karena bu dosen telat bales chat
karena sibuklah, lanjut ke bab berikutlah. Lah gue, email bab 1 gue aja nggak
tahu nyangkut dimana…. Nggak tahu kabar ceritanya gimana. Atuh gimana???????????
Rasanya kepingin lari-lari dilorong kampus sambil teriak pembing saya mana, pembimbing saya mana? Dimanaaaaaaaaa? Kok geli
yah???????? Wkwkwkwk.
Oke, dari situ gue memberanikan
diri untuk kirim chat ke dosen ini di senin siang kemarin, gue udah nggak lagi
buat di word terus di move ke wa, melainkan langsung gue chat dirinya. Di resepon???????
Sekali lagi gue jawab :
TIDAK SAUDARA-SAUDARA!!!!
Disinilah sisi melankolis gue
akhirnya keluar, pertanyaan-pertanyaan tentang kesalahan gue pun bermunculan
dari kepala gue yang kecil…. Apa jangan-jangan ada kata-kata gue yang
menyinggung hatinya di pertemuan pertama saat gue minta TTD? Apakah gue tanpa
sengaja mengeluarkan statement yang….. apa jangan-jangan? Aduhhhhhhhhhhhhh, gue
kecewa sama diri gue sendiri kalau itu beneran terjadi *Lebayyyyyyyyyyyyyyy* *berlebihan*
Dospem : semester kemarin saya
ketemu kamu, sekarang ketemu kamu lagi *kalau nggak salah dospem gue ngomong
gini*
Gue : Orang itu cobaannya emang
beda-beda Bu. Nah, cobaan ibu ya sayaaaaaaaa :P
Dospem : ini judulnya apa lagi???
(Tanya bu dosen dengan nada bercandanya sambil lihat judul skripsi gue yang acakadut lantaran keseringan
gue edit dan malah kebelinger)
Gue : yah begitulah bu, enggak
apa-apa yang penting lulus di kelas riset wkwkwk.
Apakah ada kemungkinan kata-kata
di atas itu menyinggung perasaan dospem gue?????????? Yah gimana atuh, gue kan
aslinya cengengesan gitu. Nggak pernah kelihatan bisa serius. Muka dodol. Sering
panikan. Dan kata-kata diatas keluar dari kepanikan lantaran gue dapet dospem
ini. ya ampunnnnnnnnnnnnnnnnnn. Lo enggak tahu kan siapa dospem
gue???????????????? Lo enggak tahu kan perjuangan gue sampe akhirnya berlabuh
*kok aneh ya bahasanya berlabuh?* *mikir cari kata-kata lain* ah, *ceritanya
nulis ulang* lo nggak tahu kan perjuangan gue sampe akhirnya di tetapkan kalau
dosen ini yang jadi dospem gue? Puanjaaaaaaaaaangggggggggg, persis perjalanan sungokong dan kawan-kawan mencari kitab suci. Bisa ngebayangin kan????????????
Yah begitulah gue sebelum ditetapkan kalau dosen ini yang jadi dospem gue,
makanya pas dosen PA bilang kalau ibu dosen ini yang jadi dospem gue, gue
langsung hampir histeris di ruang TU wkwkwkwk. Lo mau tahu apalagi yang terjadi?????????
keluar dari ruang TU buat nyeberang ke gedung LIA senyum gue itu udah kayak
emoji, dari kuping kanan ke kuping kiri alias lebar
bangettttttttttttttttttttttttt. Persis kayak gimana perasaan gue kalau udah
selesai ngerjain elearning. Persis kayak perasaan gue setelah, SETELAH TAHU
KALAU DIRINYA SEBAGAI DOSPEM GUEEEEEEE.
Spesialkah dosen ini? enggak sih
(jawab dengan pasang tampang sepolos mungkin). Cuma katanya dia itu baik. Udah itu
aja sih yang penting wkwkwwkwk.
BOHONG. SUMPAH GUE BOHONGGGGGGG. Jelas
ini itu dosen yang gue harapkan pertama kali bakal jadi dospem gue. Inilah dosen
yang entah gimana pernah buat gue ngomong ke temen gue bahwa beliaulah yang
bakal jadi dospem skripsi gue dan.......... KENYATAAN!!!!!!!!
Makanya, galau kan gue pas tahu
email dan chat gue nggak di respon????????? Galau sumpah!!!!! Wah jangan-jangan…
jangan-jangan…… ah, jangan dongg bu, janji deh bakal jadi mahasiswa
baikkkkkkkkkkkkk. Sumpah!!!!! Saya nggak bakal ngelawan, janji. Bakal nurut
kok. Saya pinter kok bu, selama ini Cuma pura-pura begok aja biar nggak
keliatan bego beneran, seriusan deh bu…… *apa sih nani???????????????????
*Tarik nafassssssssssssssss
sedalam rahasia wanita* sebenernya gue tuh mau chat lagi tapi takut dikira
bawel kayak kejadian el yang dibilang nggak sabaran sama dosennya :P
Gimana ya?
Gimana nih?
Aduh gimana dong?
Gue butuh teman berkeluh kesah.
Gue butuh temen buat cerita. Siapa?
Si Eka.
Akhirnya gue nanya ke Si Eka, gue
nanya gimana nih dosen pas dikelas. Apakah dosen ini termasuk dosen yang sulit
dihubungi? Terus apa kira-kira tindakan yang harus gue lakukan. Galau tau nggak
sih gue tuh cuma gegara beginian doangan.
Ya Allah
tolongggggggggggggggggggggg.
Selain Eka gue juga chat salah
seorang temen yang kebetulan dospemnya juga dosen yang sama, akhirnya dari
jawaban temen gue ini gue tahu tentang dosen ini. Pikiran positif muncul lagi. Dan
akhirnya gue semangat lagi.
Intinya, sabtu besok gue harus
ketemu sama dospem gue ini. gue harus mengutarakan semuanya. Ciyeeeeeeeeeeeeeeeee,
mengutarakan apa????????? Mengutarakan kalau sambil nulis ini tuh gue sambil
nafas. Sambil menggerakan 10 jari. Sambil denger lagu galau dan nangis-nangis. Bercanda.
Tahu kan kalau gue itu suka bercanda?
Yaudah, Jangan baper gitu
donggggggggggggggg, nanti cepet mati lohhhhhhhhhhhhhhhhh wkwkwkwk.
Terus sekarang???????????????????????
apakah ada yang bersedia mengajari gue untuk bisa berkirim chat / email ke
dosen? Ajarin dong!!!!!!!!!!!!!!!! Tar gue kasih permen cap kaki deh J
No comments:
Post a Comment