Wednesday, December 11, 2019

Gimana sih etika yang baik untuk chat / kirim email ke dosen? Kok gue selalu takut sih.


Gue sering banget mempertanyakan hal ini ke temen-temen gue, seriusan! Lo boleh Tanya Si Sulis, Desi, Eka, Nur, siapa lagi ya? *mikir* kayaknya sama mereka aja deh. Kenapa sih gue selalu nanya gitu? Jawabannya sangat sederhana : karena gue paling nggak bisa chat/email dosen. *tuh gue bold biar jelas*. Sebenernya bukannya paling nggak bisa sih, tapi paling takut untuk melakukan hal itu. Pernah Si Desi ngira bahwa gue mungkin termasuk orang yang nggak punya etika pas chat/email dosen, makanya ketika salah seorang dosen menjelaskan bagaimana etika yang baik untuk mengiriminya email di jelaskan, mata Si Desi berkali-kali ngelirik gue dan terang-terangan bilang “tuh dengerin”. Ya…Ya…Ya…, gue jelas-jelas dengerin kok, karena ini akan bermanfaat untuk gue yang selalu males berhubungan sama dosen lewat chat pribadi tapi selalu dapet tugas untuk chat dosen. Makanya pernah kejadian lucu gini, waktu itu gue disuruh untuk telepon salah satu dosen untuk menanyakan suatu hal yang sebenernya enggak penting (menurut gue lho) karena toh ini bisa di chat aja, tapi berhubung sang dosen enggak ada di ruangannya jadilah gue yang disuruh telepon tuh dosen….

“telepon aja dari WA” kata Si Desi dengan entengnya.

“Gilakkkk lo, masak sih telepon dosen lewat WA. Telepon biasa aja.” Gitu kata gue. Lagian masak telepon dosen dari WA. Kecuali kalau dosennya yang telepon sah-sah aja.  Lah ini?

“Yaudah, lo aja yang telepon, kan provider lo sama”

“Lo aja yang telepon, pake HP gue…”

“Lo aja, kan HP lo….”

“Lo aja stef….” Kata gue ngelempar ke stefany.

“nggak mau”

“Yaudah sini gue aja yang telepon, mau ngomong apa emangnya?” seketika gue nengok, si udhe nawarin diri buat nelepon nih dosen, wah nggak bener nih…. DIA KAN BUKAN KELOMPOK GUE, BISA-BISANYA DIA YANG TELEPON.

“oke, gue yang telepon, mari kita cari tempat sepi….”

Akhirnya gue sama si stefany jalan ke lorong yang sepi, gue cari nama dosen yang mau gue telepon, nomornya ketemu, gue pun telepon nih dosen. Gue dag-dig-dug. Keringet dingin keluar dari seluruh pori-pori di tubuh gue.

NOMOR YANG ANDA HUBUNGI SEDANG TIDAK AKTIF….

Yes….. gue langsung ketawa girang sambil bilang “nomornya nggak aktif kakak stef”
“mana coba sini…” HP gue di rebut sama stef. Dia coba telepon lagi nomor dosen dan….. “iya nggak aktif”

Dan itu nggak berakhir disitu, karena gue juga yang harus chat dosen.

Lo tahu apa keburukkan gue? Setelah dosen bales gue itu nggak pernah mau bales lagi. Gue itu punya pemikiran yang super nggak jelas, menurut gue, kalau dosen udah bales dengan lengkap apa yang lo tanyain, yaudah, nggak perlu lagi dibales. Toh dosen udah bales kan? Terus mau diapain lagi? Nah, karena hal ini pernah ada dosen yang pada akhirnya mengira gue mengabaikan balesannya dan bilang ke sulis dan sulis bilang ke gue. Nah dari situlah gue males buat chat atau berurusan apapun sama dosen lewat medsos.

Kini, hal-hal yang berbau chat / email dosen secara personal menjadi momok yang super buat gue mules tiap kali ngebayanginnya. Hal itu terus menghantui sejak tugas kirim proposal riset melalui email ke dosen riset, tapi karena dosen ini ngasih tahu etika berkirim email ke dirinya, jadilah itu aman buat gue. Tapi, kejadian yang super buat merinding itu dateng lagi ketika Dospem gue (akhirnya gue dapet dospem lhooooooo) meminta gue untuk kirim BAB 1 proposal gue melalui email. Mampus kata gue. Di depan dosen yang bersangkutan jelas gue menyanggupi, tapi dibelakang… nggak tahu aja dirinya bagaimana gue merangkai kata-kata biar terkesan sopan dan santun. Nggak tahu aja dirinya gimana sebelum gue kirim BAB 1 itu gue harus konsultasi dulu ke beberapa temen gue.

“ini gimana ngirimnya? Gini aja?”

“subjeknya harus gimana, BAB 1 aja atau gimana?”

“udah gini aja?”

Setelah kegaduhan yang gue ciptakan sendiri perihal bagaimana caranya email yang baik dan benar ke dosen gue pun harus menelan kenyataan pahit bahwa : email gue sampai hari ini nggak dapet tanggapan apapun dari sang dosen, kepala gue mulai berputar-putar persis kayak obat nyamuk bakar. Tiap hari kerjaan gue ngosongin email masuk biar bisa tahu kalau dosen ini ngerespon email gue. Tiap buka email langsung deg-degan. Parah kan? Dan yang lebih parah ya itu tadi, nggak ada tanggapan apa-apa dari dospem gue itu. Jadinya, miris!

Disisi lain, Si Desi, yang kalau ada apa-apa langsung buat status WA itu sering banget unggah SS chattingannya sama sang dospem ke WA. Misalnya kayak permintaan dospemnya untuk revisi A lah, cari beberapa jurnal lagi lah, minta maaf karena bu dosen telat bales chat karena sibuklah, lanjut ke bab berikutlah. Lah gue, email bab 1 gue aja nggak tahu nyangkut dimana…. Nggak tahu kabar ceritanya gimana. Atuh gimana??????????? Rasanya kepingin lari-lari dilorong kampus sambil teriak pembing saya mana, pembimbing saya mana? Dimanaaaaaaaaa? Kok geli yah???????? Wkwkwkwk.

Oke, dari situ gue memberanikan diri untuk kirim chat ke dosen ini di senin siang kemarin, gue udah nggak lagi buat di word terus di move ke wa, melainkan langsung gue chat dirinya. Di resepon???????

Sekali lagi gue jawab :

TIDAK SAUDARA-SAUDARA!!!!

Disinilah sisi melankolis gue akhirnya keluar, pertanyaan-pertanyaan tentang kesalahan gue pun bermunculan dari kepala gue yang kecil…. Apa jangan-jangan ada kata-kata gue yang menyinggung hatinya di pertemuan pertama saat gue minta TTD? Apakah gue tanpa sengaja mengeluarkan statement yang….. apa jangan-jangan? Aduhhhhhhhhhhhhh, gue kecewa sama diri gue sendiri kalau itu beneran terjadi  *Lebayyyyyyyyyyyyyyy* *berlebihan*

Dospem : semester kemarin saya ketemu kamu, sekarang ketemu kamu lagi *kalau nggak salah dospem gue ngomong gini*

Gue : Orang itu cobaannya emang beda-beda Bu. Nah, cobaan ibu ya sayaaaaaaaa :P

Dospem : ini judulnya apa lagi??? (Tanya bu dosen dengan nada bercandanya sambil lihat judul skripsi gue yang acakadut lantaran keseringan gue edit dan malah kebelinger)

Gue : yah begitulah bu, enggak apa-apa yang penting lulus di kelas riset wkwkwk.

Apakah ada kemungkinan kata-kata di atas itu menyinggung perasaan dospem gue?????????? Yah gimana atuh, gue kan aslinya cengengesan gitu. Nggak pernah kelihatan bisa serius. Muka dodol. Sering panikan. Dan kata-kata diatas keluar dari kepanikan lantaran gue dapet dospem ini. ya ampunnnnnnnnnnnnnnnnnn. Lo enggak tahu kan siapa dospem gue???????????????? Lo enggak tahu kan perjuangan gue sampe akhirnya berlabuh *kok aneh ya bahasanya berlabuh?* *mikir cari kata-kata lain* ah, *ceritanya nulis ulang* lo nggak tahu kan perjuangan gue sampe akhirnya di tetapkan kalau dosen ini yang jadi dospem gue? Puanjaaaaaaaaaangggggggggg, persis perjalanan sungokong dan kawan-kawan mencari kitab suci. Bisa ngebayangin kan???????????? Yah begitulah gue sebelum ditetapkan kalau dosen ini yang jadi dospem gue, makanya pas dosen PA bilang kalau ibu dosen ini yang jadi dospem gue, gue langsung hampir histeris di ruang TU wkwkwkwk. Lo mau tahu apalagi yang terjadi????????? keluar dari ruang TU buat nyeberang ke gedung LIA senyum gue itu udah kayak emoji, dari kuping kanan ke kuping kiri alias lebar bangettttttttttttttttttttttttt. Persis kayak gimana perasaan gue kalau udah selesai ngerjain elearning. Persis kayak perasaan gue setelah, SETELAH TAHU KALAU DIRINYA SEBAGAI DOSPEM GUEEEEEEE.

Spesialkah dosen ini? enggak sih (jawab dengan pasang tampang sepolos mungkin). Cuma katanya dia itu baik. Udah itu aja sih yang penting wkwkwwkwk.

BOHONG. SUMPAH GUE BOHONGGGGGGG. Jelas ini itu dosen yang gue harapkan pertama kali bakal jadi dospem gue. Inilah dosen yang entah gimana pernah buat gue ngomong ke temen gue bahwa beliaulah yang bakal jadi dospem skripsi gue dan.......... KENYATAAN!!!!!!!!

Makanya, galau kan gue pas tahu email dan chat gue nggak di respon????????? Galau sumpah!!!!! Wah jangan-jangan… jangan-jangan…… ah, jangan dongg bu, janji deh bakal jadi mahasiswa baikkkkkkkkkkkkk. Sumpah!!!!! Saya nggak bakal ngelawan, janji. Bakal nurut kok. Saya pinter kok bu, selama ini Cuma pura-pura begok aja biar nggak keliatan bego beneran, seriusan deh bu…… *apa sih nani???????????????????

*Tarik nafassssssssssssssss sedalam rahasia wanita* sebenernya gue tuh mau chat lagi tapi takut dikira bawel kayak kejadian el yang dibilang nggak sabaran sama dosennya :P

Gimana ya?

Gimana nih?

Aduh gimana dong?

Gue butuh teman berkeluh kesah.

Gue butuh temen buat cerita. Siapa?

Si Eka.

Akhirnya gue nanya ke Si Eka, gue nanya gimana nih dosen pas dikelas. Apakah dosen ini termasuk dosen yang sulit dihubungi? Terus apa kira-kira tindakan yang harus gue lakukan. Galau tau nggak sih gue tuh cuma gegara beginian doangan.

Ya Allah tolongggggggggggggggggggggg.

Selain Eka gue juga chat salah seorang temen yang kebetulan dospemnya juga dosen yang sama, akhirnya dari jawaban temen gue ini gue tahu tentang dosen ini. Pikiran positif muncul lagi. Dan akhirnya gue semangat lagi.

Intinya, sabtu besok gue harus ketemu sama dospem gue ini. gue harus mengutarakan semuanya. Ciyeeeeeeeeeeeeeeeee, mengutarakan apa????????? Mengutarakan kalau sambil nulis ini tuh gue sambil nafas. Sambil menggerakan 10 jari. Sambil denger lagu galau dan nangis-nangis. Bercanda. Tahu kan kalau gue itu suka bercanda?

Yaudah, Jangan baper gitu donggggggggggggggg, nanti cepet mati lohhhhhhhhhhhhhhhhh wkwkwkwk.

Terus sekarang??????????????????????? apakah ada yang bersedia mengajari gue untuk bisa berkirim chat / email ke dosen? Ajarin dong!!!!!!!!!!!!!!!! Tar gue kasih permen cap kaki deh J

No comments:

Post a Comment