Friday, September 1, 2017

Mencintaimu Tanpa Titik

Aku tersenyum mengenangmu, ketika untuk pertama kalinya aku mendengar kau berbicara perihal cinta, memang bukan kamu yang memulai pembicaraan itu, tapi setidaknya aku berhasil melihat wajah malu yang sesekali coba kau sembunyikan di balik bantal. Bagiku, itu adalah moment yang memiliki kesan tersendiri untukku, setidaknya itu dari sudut pandangku.

Mendengar kau bercerita tentang pasangan seperti apa yang “masuk” dalam kriteriamu membuatku lebih memasang telinga dan memerhatikan lebih seksama, bahkan aku berusaha menerjemahkan setiap kata yang keluar dari mulutmu, seolah dengan cara seperti itulah aku bisa menangkap maksud dari setiap kata-katamu.

katamu sambil tersenyum, kau mencari pasangan yang bisa mengerti dirimu, menerima keluargamu dan terlebih bisa mencintai mereka seperti yang kamu lakukan. Katamu lagi, menikah itu bukan hanya sekedar menyatukan antara kamu dan si calon pendampingmu kelak, melainkan dua keluarga besar. Itu sebabnya kamu mencari sosok yang bisa mencintaimu dan juga keluargamu.

Entah mengapa, kata-katamu seolah terekam jelas di kepalaku. Bahkan aku mengingat setiap ekspresimu tiap kali kau menyebutkan tentang kriteria itu. Aku tahu, di balik senyum malu-malu itu kau bersungguh-sungguh mengatakannya. Entah untuk siapa kriteria itu akan kau jatuhkan, mungkin pada salah satu kenalan yang kini tengah dekat denganmu atau orang lain yang kini masih sibuk dengan dunianya, yang belum sekalipun bertemu denganmu, namun telah Tuhan siapkan untukmu. Aku tak tahu. Yang pasti, siapapun calon pasanganmu, dialah yang terbaik untukmu, dialah yang akan mencintai keluargamu, dialah yang akan membantumu mewujudkan harapanmu, dan dialah orang yang paling beruntung karena berhasil memenangkan hatimu.

“dia bisa buat saya nyaman terlebih dahulu, ketika dia udah bisa buat saya nyaman maka akan masuk tahap dimana saya akan memperkenalkan dia ke keluarga saya, dan setelahnya bisa nggak dia buat keluarga saya nyaman sama dia (calon pasangan)”

Hei, entah mengapa aku tak yakin akan menemukan seseorang sepertimu setelah ini, sosok yang begitu mencintai keluarga sampai membuatmu mengutamakan mereka diatas kepentinganmu sendiri. Kau orang pertama yang ku kenal yang begitu mencintai keluarga dengan teramat sangat. Hal yang ternyata membuatku (Tanpa sadar) menaruh hati pada sosokmu. Entahlah!

Ini sekedar kisahku tentangmu, yang (dulu) ku harap akan menjadi pemeran utama dalam kisah hidupku di masa depan dan membantuku menata hari ke hari dengan cerita berbeda yang menghadirkan makna luar biasa.Tapi, siapa sangka harapanku benar-benar tinggal harapan. Tinggal kenangan. Kau memutuskan Kembali. Ya, setidaknya itu kenyataannya.


Kau tahu? Ikhlas belum bisa sepenuhnya ku utarakan untuk saat ini, namun hanya mengingatmu membuatku perlahan menyadari bahwa ada hari dimana ikhlas itu akan menemuiku. Dan jika saat itu tiba, kaulah alasan atas ikhlas itu. Ya, kaulah alasan itu. Alasan ikhlasku. Juga alasan yang membuatku mencintaimu tanpa alasan apapun. Sesuatu yang ku harap itu tanpa titik.

No comments:

Post a Comment