Monday, April 20, 2015

Terbang

Terbanglah...
Lampaui yang tak terlampaui
Genggam yang tak tergenggam
Lukis yang tak terlukis

Terbanglah...
Lepas yang tak kau inginkan
Jatuhkan
Hanyutkan
Lalu tenggelamkan

Terbanglah...
Seperti yang kau inginkan
Membungkuk
Meluncur
Membumbung

Terbanglah!

Thursday, April 9, 2015

rindu (fatamorgana) satu waktu tak dapat kuingat

satu waktu tak dapat kuingat
ketika senja mulai menyambut pekat
hujan menghiasi langit kelam
air mataku datang menghujam

perasaan tak terelakkan tentang sosok
membawaku menekankan rindu
dan melemparkannya ditengah rintik
merasakan sakit tanpa terusik

aku menangis dibalik jendela kamar
menatap rintik jauh kedepan
buraaaamm..hitam...
tak terjawabkan

sejenak kufikirkan
bayang tentang sosok
tak dapat kulihat
tak dapat kusentuh, fatamorgana..

perbedaan

aku bukanlah pujangga, ketika kata-kata sederhana dapat dengan mudah kurangkai menjadi bait-bait puisi, aku bukanlah pena yang dapat melukiskan keindahan dirimu dalam secarik kertas pun kuas dengan goresan-goresan tentang sosok indahmu dalam sebuah kanvas..
aku hanyalah pemilik hati yang tak mampu berucap ketika cinta datang mendekat.
kasih, tak sepantasnya memang memperlakukanmu dengan diam, atau bahkan mencampurkanmu dalam carut marutnya keadaan. aku hanya ingin diam, diam seperti ini,.. diam seperti saat ini.
melihatmu, memandangmu dan meyakinimu dari sudut pandangku, bahwa cinta tak harus terikat, bahwa cinta tak harus saling memiliki.. aaaarrrrghhhh.... aku kembali dalam kemunafikan!! berkata bahwaku tak butuh disaat aku merindu..
lantas, akankah kurangkai kata-kata tuk gambarkan sosok dan merangkai kan puisi-puisi cinta untukmu. namun, apalah arinya itu? apalah arti dari gambaran atau bahkan puisi-puisi tentang sosokmu??
bukankah kau tau bahwa cintaku tak terbilang, tak terhitung....munafik!!!
apa aku salah jika tak bersuara??
apa aku salah bila tak berucap??
apa aku salah..??

lantas, mengapa kau pergi dan meninggalkanku sendiri, bukankah kau berjanji untuk menungguku??
kini aku senidiri, tanpa seorangpun, tak ada siapapun.. kau tinggalkanku sendiri diruang pekat.. aku tak dapat melihat...

kau membuatku terkubur oleh air mata kepedihan, tersekap bersama keadaan hingga kenyataan menyadarkanku saat ku saksikan cinta yang selama ini milikku bersanding dipelaminan..

cinta setulus hati sang matahari

hari ini sih niatnya mau cari-cari ide buat nulis puisi, tapi pas lagi ngorek-ngorek buku malah nemuin catetan yang pas dibaca bikin gue inget sama seseorang... apalagi pas baca nih catetan i'm not the only one dari sam smith terus mengalun... bunuuuuuh gueeeee.....!!!!

pagi ini gerimis membasahi dedaunan disekitar rumah, tetes hujan satu persatu turun membasahi dedaunan, tanah-tanah mulai terlihat membasah. tapi, kemana matahari pergi? mengapa dihari terakhir sebelum pergantian tahun ini ia tak memperlihatkan wujud kecintaannya? mengapa ia justru memilih mengubur diri diantara kemalasan dan keengganan?
oh, ayolah, matahari tunjukkan rasa cintamu untuk hari terakhir di tahun ini. beri mereka yang kau kasihi kehangatan dihati dan jiwa, agar dingin tak menyelimuti mereka.

matahari, kiranya kau tengah terkubur oleh duka mendalam ditahun ini hingga membuatmu terperangkap oleh sajak-sajak penuh luka air mata, sakit nurani atau...?
entahlah matahari, bukankah terlalu pahit tuk menoleh kembali ke pusara cinta yang tak terbalas. yang kini hanya tinggal lubang mengaga penuh ranjau dan belati, yang kiranya kini tengah menunggu engkau kembali terjatuh dan merasakan kembali sakitnya..

matahari, bukankah engkau mampu tuk lupakan sajak-sajak cintamu akan sosok?
lantas, mengapa kau bertindak sebodoh itu dengan kembali mencari jejak-jejak serpihan masa lalumu di sajak-sajak cinta yang telah lama kau kubur bersama dengan kepergiannya.
apa bedanya dengan menabur garam pada luka yang hampir mengering, yang dengan itu hanya akan mengundang perih. atau mungkin engkau menikmati sakitnya sesuatu yang kau sebut itu "cinta" hingga membuatmu bertindak dengan begitu bodohnya? bodoh..!!

lihat matahari!! kini tahun berganti.. tanda untukmu bahwa semua harus kau mulai dari awal.. memulai semua yang baru, dan itu berarti kau tak perlu menangisi cintamu yang telah lalu..

matahari, langit 31 desember ini memang cukup berawan tuk tumpahkan semua air mata terakhirmu ditahun ini, tuk sekedar tangisi kebodohanmu dalam mencintai sosok yang salah, karena bulan tak benar-benar datang dan tak pernah benar-benar menunggumu dikala pagi menyambut atau ketika senjamu yang indah menunggu dengan sabar. bulan hanya fatamorgana.. dan kau, kau hanya tengah merindukan cinta yang salah!! cinta yang tak benar-benar datang untukmu, tak pernah....

kau tak pantas menangisinya..!!
menangisi cinta yang salah, menangisi resolusi tuk selalu bersama yang tak dapat terwujud.
bulan memanglah pantas tuk dicintai tapi, bukan tuk dimiliki terlebih tuk dijadikan pendamping dikala sepi..
pantas memang jika kau berada dalam karut-marutnya perasaan tak terbantahkan akan cinta yang teramat menadalam...

matahari, seharusnya kau lepaskan semua beban cinta yang memberatkan punggungmu, yang hanya bisa membuatmu terbenam di lautan kepedihan yang memaksamu pergi dari kebahagiaan yang dulu selalu membuatmu tersenyum. engkau seharusnya bersinar, berbaur dengan kebahagiaan dan menghangatkan setiap jiwa yang membutuhkanmu, bukan malah mengubur diri dan... menangis..
aku mengerti, ketika kidung cinta membelai lembut hatimu, dan menghadirkan sosoknya yang seolah menari-nari dalam pandangan, atau bagaimana alam seperti terus memperlihatkanmu dengan sosok yang seakan menunggumu dan tengah memanggilmu tuk dapat mendekat atau bahkan menyentuh... tapi, bukan itu... ia hanyalah fatamorgana cinta yang telah usang... yang tak perlu terus dikenang..

matahari, tersenyumlah tuk menutup akhir hari ditahun ini, bukalah matamu terlebih hatimu. engkau pantas tuk terbangun dari lubang yang telah menjeratmu dengan rasa sakit yang kau terima, engkau pantas tuk mengudara bersama kebahagiaan yang telah lama kau tinggalkan karena cinta yang terus kau tangisi.. cinta yang salah...

matahari, seharusnya engkau mulai mempercayai hari setelah ini, hari diamana engkau dapat memulai hari baru dengan cinta yang sama.. yah, cinta yang sama untuk seseorang yang berbeda, seseorang yang pantas mendapatkan cintamu dan pantas tuk kau cintai...

matahari, tengoklah, dijalan setapak menuju surau itu nampak cahaya temaram yang bersumber dari kedalaman hati yang tenang, yang terus bermunajat tuk bisa berjumpa dengan belahan hatinya.. sosok yang kiranya dapat menggantikan cinta yang lalu dan mampu mengisi ruang kosong dihatimu yang nelangsa..
 hari ini engkau seharusnya bersinar cerah dan merasakan sambutan hangat cinta yang akan membawamu pada seberkas sinar tentang cinta yang kau miliki... cinta setulus hati dari sang matahari...

bagaimana dengan cinta

ni adalah puisi gue dengan judul paling lebay... hahahahahahah
tapi baca aja... siapa tau pas buat nambah kadar kegalauan kamu...iya...kamu.... *nunjuk yang lagi baca*


inikah rasanya?
memiliki cinta yang entah dimana ia akan bertuan...
inikah rasanya?
merindu kepada sosok yang entah akan seperti apa kelak...

cinta...
mereka bilang cinta itu perhatian
mereka bilang cinta itu merindu
mereka bilang cinta itu tiada berjarak
lalu, bagaimana dengan cintaku??

aku perhatian
aku merindu
akupun tak berjarak
lalu, bagaimana dengan cintaku??

mereka bilang cinta itu khawatir, akupun mengkhawatirkannya
mereka bilang cinta itu menangis, akupun menangisinya
lalu, bagaimana dengan cintaku??

tuhan selalu bersamamu di hari-hari terburukmu

matahari sore itu bersinar dengan cerah menembus dedaunan disekitar pemakaman diatas sebuah bukit. dibukit itu terdapat belasan kuburan tak terawat dan beberapa pohon jambu kancing tak terlalu tinggi dengan ranting-ranting yang menjuntai. dibawah salah satu pohon jambu kancing timbuh ilalalng dengan daun-daun yang tak terlalu rimbun tetapi daun yang hijau. ilalang itu merupakan satu-satunya yang tumbuh di bukit pemakaman tak terurus itu.

terpancar kesedihan teramat mendalam diraut wajah ilalalang itu. ia terdiam sendiri ditengah gelayut sepi. dikesendiriannya itui ilalang terus memandang jauh jauh kedepan... memandang hamparan ilalang dibawah bukit pemakaman tempatnya berada.
"aku tak percaya tuhan membiarkanku hidup sendiri diatas sini,, tanpa teman untuk menari ketika angin bertiup... tanpa teman untuk menyongsong atau bahkan menutup hari... aku tak percaya Tuhan tak adil hanya kepadaku" ucap ilalang seraya tersenyum kecut dan terus memandangi hamparan ilalang dibawah bukit pemakaman yang tengah menari kesana-kemari tertiup angin.

ditengah kesedihannya datanglah seekor burung pingai yang terbang kesana-kemari seraya terus menyanyikan lagu sore, setelah lama berputar-putar seraya terus mengamati ilalang burung itupun terbang rendah dan hinggap tepat diranting pohon jambu yang menjulur kearah ilalang. burung pingai itu mengentikan nyanyiannya dan tersenyum kepada ilalang..
"mengapa kau tampak nelangsa ilalang.. tidakkah hari ini indah untuk menari mengikuti irama angin?" tanya burung pingai ramah dengan senyum masih menghiasi bibirnya.
"tidaklah indah hari-hariku satu haripun.. lihatlah, Tuhan memperlakukanku tak adil" balas ilalang dengan senyum masam "coba kau lihat ilalang dibawah sana, mereka menari kesana-kemari mengikuti langkah angin bersama, menyongsong dan bahkan menutup hari bersama, lantas, bagaimana denganku? apakah kau melihat itu padaku?" lanjut ilalang dengan mata sedikit nanar  diiringi sapuan angin sore yang melambai lembut.
"mengapa tak kau tanyakan saja pada tuhan?" ucap burung dengan senyum masih menghiasi bibirnya.
ilalang menatap burung itu tajam "Tuhan tak pernah mendengarku?" ucap ilalang itu lirih, lalu tersenyum "bagaimana kau bisa berada disini?" tanya ilalang pada burung "selama ini tak ada satupun burung yang hinggap di pepohonan diatas bukit ini?" lanjutnya.
buruung itu tersenyum "aku tak pernah berada jauh darimu, aku selalu didekatmu, memperhatikanmu dan bahkan menemanimu.. hanya saja kau tak tahu hal itu" ucap burung seraya terbang rendah disekitar ilalang yang tengah dilanda bingung.
"bagaimana mungkin?!! aku selalu sendiri disini tanpa siapapun... kau mengada-ada burung"
burung itu tersenyum mendengar pernyataan ilalang terhadapnya "jelas kau tak tahu, karena selama ini kau sibuk dengan hamparan ilalang dibawah itu, kau teralu iri bukan pada mereka... sampai-sampai kau tak menyadari bagaimana angin terus membuatmu menari, bagaimana tanah yang terus menghidupimu, pun matahari yang selalu menyinari setiap harimu" ilalang terdiam "engkau bahkan tak pernah tahu bagaimana Tuhan selalu bersamamu dihari-hari terburukmu" ilalang itu semakin terdiam dan tertunduk.
"kau tak tahu apa-apa tentangku...."
"aku tahu" potong burung itu cepat "kau terlalu iri bukan?" burung itu menghampiri ilalang prlahan "kau seharusnya bersyukur ilalang..."
ilalang itu menatapnya tajam "untuk apa?"
"untuk sesuatu yang telah diberikan Tuhan padamu... tahukah kau, bahwasanya ilalang dibawah bukit sana akan segera tergusur,  tanah yang menghidupi mereka akan berubah menjadi rumah-rumah mewah...dan kau, kau beruntung Tuhan masih bersamamu" burung pingai itupun terbang tinggi lalu pergi meninggalkan ilalang itu sendiri.
sejenak ilalang menyaksikan burung pingai itu terbang menjauh meninggalkan ilalang ditengah keterkejutannya, menyaksikan jingga mengantarkan burung pingai itu menembus pepohonan.
"ia benar, selama ini aku tak pernah menyadari angin yang terus membuatku menari, tanah yang menghidupiku, matahari yang selalu menyinariku dan bahkan tuhan yang selalu bersamaku di hari-hari terburukku... aku tak pernah mensyukuri itu" ucap ilalang dengan air mata dipipinya.

sore itu matahari tersenyum menutup harinya diiringi dengan nyanyian sore sang pingai yang terus bersenandung dari kejauhan.

seperti itu seharusnya kau memahami

Perhatikan cintamu sayang
Mungkin ia letih menunggumu
Meraba setiap kata
Namun tiada bermakna

Perhatikan kasihmu sayang
Mungkin ia takut
Ketika kepastian tak kunjung datang
Dan kau bungkam

Perhatikan cintamu sayang
Saat ia tengah merekah merah
Dan kau kehilangan setiap detiknya
Bisa saja ia luruh,
Dan seperti itulah seharusnya kau memahami

Sebagai Pembatas

Aku memandangi mawar di depanku
Merah merekah
Indah tanpa celah
Harum semerbak

Mereka bilang mawar tanda cinta
Bukti kasih kepada yang terkasih
Bukti cinta kepada yang tercinta
Tapi, ketika duri melukai
Siapa tahu tentang hati

Ku jadikaan pembatas buku
Hitam
Mengering
Setidaknya, aku tahu dimana aku telah mengakhiri
Dan dimana aku harus memulai kembali

Moska

Jika hari ini tak ku temui
Mungkin esok
Mungkin juga lusa
Ah, entahlah, aku tak ingin terus menerka

Dedaunan mulai gugur
Menyirami tanah
Menyatu dengan rerumputan
Musim berganti!

Kemanakah sosok itu pergi?
Tak dapat ku jangkau
Hilang, lenyap, musnah...

Pergi,
Seperti angin teriring halilintar di tengah hujan
Menjauh,
Seperti matahari terhadap rembulan

Ah, musnah
Tatap mata itu sirna
Seperti senja terhadap pekat
Terus berputar
Lemah
Tanpa arah

meredam rindu

dia... andai saja dia mengerti
entahlah, mungkin memanng seperti ini rasanya

aku telah memutuskan tuk berjalan, berlari, jatuh
dan bahkan terbangun sendiri

ah, ingin sekali hati bersua
melipat jarak, dan...
andai saja bisa...

engkau, mungkin kau terlalu jauh
atau mungkin aku yang tak pernah bersungguh-sungguh

kau tak mengerti!!!
kesenjangan membuatku luluh sebelum berperang
melunturkan tekad yang sebelumnya tak terbantahkan

kini,
aku tak ada bedanya dengan pungguk
diam sendiri dibawah pekat
seraya meredam rindu terhadap bulan
tak berarti!!!
kau buatku mati!!!

Bukan Rama Shinta

3 tahun telah kita jalani bersama lika-liku asmara
Menyelimuti hubungan kita itu kita hadapi dengan bersama,
Setiap perselisihan dan perdebatan selesai dengan senyuman dan pelukan kebersamaan.

Tapi, Shinta... Dalam hal ini aku tak tahan menghadapinya
Perselingkuhan yang kau buat di depan mataku sangat menyakitkan.
Hatiku terasa terbakar...
Jiwaku terasa hancur...
Orang yang kusayangi dan kucintai berselingkuh di depanku...

Dunia seperti tak bersahabat denganku...
Pohon-pohon seperti mengejekku...
Daun-daun berserakan menertawaiku...
Karena kebodohanku mempercayai sahabatku yang telah menusuu\kku...

Cinta dan kasih sayang telah ku serahkan seluruhnya padamu shinta...
Tidak ada sedikitpun kecurigaan dan kecemburuanku kepadamu,
Karena kau adalah hidup dan matiku...

Mungkin aku terlalu cengeng tuk mengungkapkan semua isi hatiku di goresan pena ini
Walaupun, aku laki laki..
Tapi, aku hanya manusia yang memiliki hati dan nurani...

Shinta... Kau wanita pertama yang mengisi hari-hariku...
Kau telah membuat kehidupanku berwarna...
Penuh senyum...

Shinta... Kau wanita pertama yang hadir di hatiku...
Tapi, kau juga wanita terakhir untukku...

Ku lepaskan kau buat sahabatku
Kalau itu yang kau inginkan...

Dengan hati yang hancur, ku lepas engkau...
Semoga kau bahagia di sisi sahabatku...
Biar rintik hujan menemaniku...

Selamat tinggal Shinta...
Penjelasan dan pengkuan mu membuat aku mengamnil keputusan di goresan pena ini...

CATATATN : tulisan ini di ambil dari tugas teman sekelas (Denis MP)