Assalamualaikum teman, Alhamdulillah gue bisa kembali lagi setelah beberapa lama absen dari
dunia persilatan ini, maklum sekarang daku sudah menyandang status manusia
berdaya, maaf gue agak sombong, tapi itu merupakan cara terbaik pamer biar gak
keliatan ria meskipun itu termasuk ria dan bahkan memang ria *jedotin kepala
diaspal*
oke, dalam satu minggu ini ada hal menarik yang gue lakukan dan ini
dapat mengembalikan daya imajinasi gue terhadap apa-apa yang gue tangkap lewat
sebuah tulisan super menghanyutkan. Yup, gue berhasil menyelesaikan membaca
sebuah buku yang sudah sekian lama gue biarkan ia bersama tumpukkan buku lain
yang bahkan masih terbungkus rapi oleh plastic, namun karena jadwal gue
akhir-akhir ini yang Alhamdulillah gak begitu sibuk membuat gue akhirnya
melirik buku berjudul “PEREMPUAN-PEREMPUAN TAK BERWAJAH” karangan penulis keren
asal Italia, Francesca Marciano menjadi pilihan yang sangat tepat untuk
menemani kejenuhan, dan dengan rasa gak percaya yang entah keluar dari mana,
kini gue merasa sedih karena buku itu sudah selesai dibaca sampai ke halaman
terakhir.
Sumpaaaahhhhh, itu keren banget. Dan entah gimana ceritanya, gue
merasa bahwa Francesca Marciano membuat gue jatuh cinta dengan dua tokoh utama
dalam cerita tersebut, Imogen Glass (Jurnalis) dan Maria Galante (Fotografer),
keduanya adalah perpaduan sifat yang menarik, antara Imo yang mudah bergaul dan
Maria yang pemalu. Kadang kala gue merasa bahwa sifat yang ada dalam diri gue
diwakili antara sosok Imo dan Maria, bagaimana terkadang gue bersikap terlalu
memudahkan sesuatu seperti Imo yang gue sebut itu sebagai optimism super tinggi
namun disisi lain gue juga merasa bahwa gue seperti Maria yang lebih senang
diam dan melihat orang dengan mendengarkan dan memerhatikan tanpa harus, yah
gitulah… sifat mereka membawa gue semakin hanyut dan ditambah dengan deskripsi
sang penulis yang buat gue bener-bener merasa, oh God this is the best book I ever read so far!!
Pada
awal cerita, Marciano menjelaskan dengan rinci sosok “Aku” yang tidak lain adalah Maria Galante, tentang kehidupannya dengan laki-laki bernama Carlo yang
berakhir lantaran laki-laki tersebut ketahuan berselingkuh, hubungannya dengan
agennya Pierre yang diam-diam ia taksir, dan bagaimana rutinitasnya setiap hari
sebagai fotogrfer makanan. Agak sedikit membosankan memang, tapi dalam cerita
ini benar-benar bisa buat kita merenung. Tentang persahabatannya dapet, perjuangannya
juga iya dan terlebih bagaimana Marciano mengajak kita mengetahui seperti apa
detail wilayah konflik. Ada hal bodoh yang perlu gue kasih tahu ke kalian wahai
teman, dalam buku ini latar belakang tempatnya yaitu di Kabul yang notabenenya orang arab-arab gitu lah,
tapi yang ada diimajinasi gue dan gak bisa lepas adalah, yang gue bayangin justru
sosok wanita-wanita india *cukup nani!!!* mungkin sebagian orang akan kaget
dengan imajinasi gue yang benar-benar melampaui batas, tapi setelah gue telaah
lebih lanjut kenapa bisa yang keluar di bayangan gue orang-orang india ini
karena… Pada waktu sekolah dulu, gue pernah baca buku tentang kehidupan wanita
india yang dipaksa menikah di usia masih sangat muda, bahkan di bawah usia 17
tahun. buku itu merupakan kisah nyata dari sang penulis yang ia ceritakan
secara rinci mulai dari kehidupannya yang berantakan, ayahnya yang kasar dan ia
yang harus putus sekolah lantaran gak ada biaya. Yang semuanya berujung pada
pernikahannya dengan laki-laki yang usianya diatas dirinya bahkan selisih
usianya sangat jauh. Ketika dia berkeluargapun permasalahan gak otomatis
berhenti, karena dia mendapatkan suami yang sangat kasar, tidak
memperbolehkannya untuk bersosialisasi dengan tetangga dan parahnya beliau ini
gak pernah dinafkahi.
Dan
tadaaaaaaaaa, dalam buku “PEREMPUAN-PEREMPUAN TAK BERWAJAH” ini menceritakan
perjalanan Imo dan Maria ke Kabul untuk mengangkat kisah mengenai angka bunuh
diri terhadap wanita yang sangat tinggi di sana, yang penyebabnya yaitu
wanita-wanita tersebut dipaksa menikah dengan laki-laki yang tidak mereka sukai
dan bahkan usianya bisa 4 kali usia mereka, damn! Marciano mendeskripsikan ini
dari berbagai macam sudut pandang yang akhirnya buat lo yang baca buku ini akan
hanyut dengan setiap kata yang lo baca. Awalnya pasti, ya ampun ini cerita
apaan sih? tapi, penulis yang baik akan membuat lo terus membaca meskipun itu
terdengar konyol. Seenggaknya itu yang gue rasain, konyol disini bukan berarti
ceritanya konyol melainkan sang pembaca itu konyol jika terus membacanya
ditengah ketidak tahuannya tentang jalan cerita. Tapi itu akan terus dilakukan,
jika sang penulis tahu bagaimana memperlakukan pembaca agar tetap hanyut.
Gimana?
apa masih ada yang bilang kalau imajinasi gue melampaui batas? Enggak! Imajinasi
gue bertumpu pada perempuan india lantaran gue merasa ada persamaan permasalahan
yang diangkat dalam versi yang berbeda! Sebenernya,
gue males buat riview buku ini soalnya ini terlalu berkesan buat gue, dan gue
mau Cuma gue yang tahu tentang ceritanya *kebiasaan!!* tapi berhubung gue lagi
berbaik hati asudahlah,
Selalu
ada pelajaran yang bisa kita dapatkan dengan membaca, ya meskipun yang dibaca
ini hanyalah sebuah Novel. Namun, novel apa yang kita baca menentukan
bagaiamana kita. Entah sejak kapan gue merasa perbedaan dalam diri gue,
seenggaknya gue merasa bahwa gue gak butuh novel yang jalan ceritanya, gitulah!
Gue butuh novel yang didalamnya berisi tentang hal yang bisa membuka mata,
meskipun itu fiksi.
Gue
punya buku dengan judul “ALIEN ITU MEMILIHKU” ini novel yang diangkat dari
kisah nyata tentang seorang perempuan bernama indah melati setiawan yang
berjuang melawan penyakit kanker tulang yang dideritanya. Gue pernah pinjemi
itu ke seorang teman, dan setelah sekian lama berselang gue menanyakan sama dia
apa pendapatnya tentang buku itu? dan jawaban yang gue terima membuat gue syok berat
sampe harus menarik nafas dalaaaaaaaaaaaaaaaaaammmm..
“gue
gak suka bukunya, ngeri banget itu tentang kanker! Jadinya gue gak baca” dengan
berbagai kekuatan gue yakinkan sama dia bahwa buku itu bagus dan dia harus
baca, ada pemahaman tentang apa itu kanker tulang yang bakal dia tahu dan apa
itu kemoterapi, tapi ah sudahlah! dia terlanjur menolak dan gak mau membacanya!
Jadi, biarkan! Dia menjadi dirinya dengan pilihannya dan gue menjadi diri gue
dengan pilihan gue.
Padahal
teman, rugi lho kalau kita jarang baca! Karena buku akan membuka mata kita
tentang hal-hal yang gak kita tau, buku akan mengajak kita mengelilingi dunia
dari satu tempat dan bahkan akan menambah knowledge hanya dengan ketersediaan
kita membaca lembar demi lembar sebuah halaman buku.
Kapan-kapan
gue review secara mendetail yah untuk “PEREMPUAN-PEREMPUAN TAK BERWAJAH”
sekaranag gue mau melakukan hal lain dulu..