Siapa yang suka nonton Jejak Petualang di Trans7? Acara televisi paling keren versi gue yang dibawakan oleh sosok wanita pemberani nan tangguh.. demi apapun tiap kali gue nonton acara ini, gue selalu kagum sama presenternya.... ada gitu yak cewek super pemberani yang selalu siap jalan kemanapun, terlebih ketempat-tempat yang rutenya WOW banget. Dan you know, tiap kali gue nonton acara ini selalu ada keinginan di hati gue untuk jadi seorang petualang yang bisa pergi kemanapun, ke puncak gunung, ke pedalaman, ke daerah perbatasan dan masih banyak lagi. Tapi, sebagai seorang yang berkeinginan bisa menjelajah bebas seperti itu gue juga sadar bahwa hal itu gak didukung dengan sifat idealis gue yang seringkali muncul, maksud disini adalah terkadang ketika gue berangkat ke suatu tempat yang gak sesuai ekspektasi atau mungkin ketika gue merasa lelah dengan perjalanan itu, gue justru ngeluh dan alhasil malah bad mood. Jadinya, yak marah-marah. Hal ini pernah terjadi waktu gue ada trip sama temen-temen gue, karena gue gak menikmati petualangan itu alhasil sepanjang perjalanan gue justru malah ngambek (cewek banget yah hahahaha)
Nah, dari situ terkadang gue sadar, bisakah
gue seperti itu?
Hal ini juga pernah gue saksikan dalam
sebuah acara televise di salah satu stasiun tv, hampir sama seperti jejak
petualang tapi kalau ini lebih kayak acara di trans 7 yang INDONESIAKU waktu di
pandu mbak Miladia Rahma, jadi selain menggali informasi tentang kesenjangan social
disini juga dilengkapi dengan kayak petualangannya gitu. Nah, pernah tuh, presenter
acara tv yang gak gue sebutin dari tv mana itu gak setangguh yang di Jejak
Petualang, karena suatu hal dia malah nangis dan mukanya bad mood gitu. Ada campuran
antara gondok sama ketakutan dimukanya. Sebagai penonton yang gak cerdas-cerdas
banget guepun merasa “kok gitu sih nih presenternya” dan tiba saat dimana gue
merasa bahwa “menjadi presenter yang lebih sering berada dilapangan untuk
tayangan documenter seperti ini harusnya siap dengan segala kondisi apapun,
tapi melihat si mbak-mbak yang menangis itu gue merasa bahwa, cemen banget sih”
gak ngaca banget gue, padahal gue juga sering banget bad mood gitu dan
marah-marah gak jelas hahahahaha.
Kenapa gue bahas masalah itu?
Gini lho, tadi siang gue sama 2 temen idiot
gue (padahal mereka pinter, tapi bohong J)
melakukan perjalanan ke gunung. Kita berdalih ini kita lakukan untuk latihan
fisik, olahraga gitulah karena kita jarang banget gerak hahahaha. kita pergi ke
gunung itu dan naik keatasnya, kenapa gak gue sebut mendaki? Karena gue gak
bisa menyebut itu sebagai sebuah pendakian alasannya, karena itu bukan gunung
salak, gede pangrango atau sebagainya. Tapi gak apalah.
Gue ada sedikit cerita tentang perjalanan
kesana, lo tau kan gue orangnya kayak gimana, yup suka menggampangkan sesuatu,
nah itu terjadi tadi guys waktu gue mau pergi ke gunung, gue kesana dengan
memaki sandal jepit. Yup, jepit!!!! alasannya, cuacanya cerah gak mungkin hujan
vroh. Tapi, yang namanya alam kan kita gak ada yang pernah tau, tiba-tiba
diperjalanan gue menuju ke gunung itu hujan turun dengan sangat derasnya,
jalanan yang tadinya dihiasi debu-debu kini berubah dengan genangan air, sandal
jepit gue yang indah sudah tidak berbentuk dan gue menyesali kebodohan itu.
Alhasil selama kita jalan keatas gunung gue
terus mempertanyakan “apa diatas gak ada tempat cuci kaki?” (manja banget) yang
dijawab temen gue dengan “NGGAK ADA”
Alhasil guepun pasrah dengan kebodohan itu,
pokoknya masukan deh buat kalian, kalau mau kemana-mana itu segala sesuatunya
harus dipersiapkan dengan matang, jangan kayak gue-_- makai sandal boleh, tapi
harus sesuai, jangan dipukul rata. Karena yang namanya sandal itu beda-beda
fungsi dan manfaatnya…. CATET!!!!!!!!!!!
Sepanjang perjalanan menuju keatas gunung
itu gue seneng banget, gue merasa bahwa “mungkin gini ya rasanya jadi pembawa
acara Jejak Petualang? Capek tapi asyiiiikkkk” dan disitu gue terus ngoceh
seolah-olah gue adalah pembawa acara, sementara 2 teman gue bertugas, sebagai
pemandu dan satunya sebagai campers hahaha, gelooooooo.
Tapi ada satu hal yang gue dapet dari
perjalanan naik gunung tadi, gue bisa tahu rasa capeknya naik gunung, tapi
seneng pas udah ada diatas, meskipun agak sedikit kecewa karena yang ada
dibayangan gue tentang gambaran gunungnya terlalu jauh, terlalu jauh dari ekspektasi
maksudnya. Pokoknya susahlah diungkapkan dengan kata-kata-_- tapi gak apalah,
ini baru permulaan. Semoga kedepannya, gue bisa beneran ikut mendaki gunung
kayak yang sering dilakukan beberapa temen kampus gue.
Dan ini sebenernya ada korelasinya juga
dari saran seorang teman :
“kita
boleh serius tentang pendidikan kita, atau mungkin target yang ingin kita
capai. Tapi, diluar itu kita juga perlu mengayakan diri dengan
petualangan-petualangan menarik, yang bisa membuat kita berpikir dari sudut
pandang berbeda. Lelah fikiran bisa diobati dengan berpetualang, gak harus
jauh, yang terpenting kamu keluar dari rutinitas”
Jadi sekarang gimana nani?
Ya sekarang gue mau mengayakan diri gue
dengan petualangan-petualangan menarik, gak harus mewah, biar sederhana tapi
bisa membuka fikiran. Terlebih karena gue kepingin melatih diri gue sebelum
jadi jurnalis hahahaha, biar suatu hari ketika gue ditugaskan kemanapun gue
sudah siap dengan itu. tapi gue gak siap kalau diatas gunung itu banyak
pemandangan orang-orang pacaran, kenapa? Seperti yang pernah gue bahas di
postingan gue yang lain, gue jengah liat orang pacaran. Gue gak peduli itu
cinta buta atau yang dipaksa buta, yang jelas kalian harus tahu dimana tempat
untuk pacaran diaman tempat untuk menghilangkan kejenuhan (marah kan gue)
Lo tahu perasaan gue pas sampe diatas? Pas liat
banyak orang pacaran? Gue speechless, niatnya bakal jadi fotografer untuk
temen-temen malah buyar, gue gak konsen, jadi malu sendiri. sumpah demi apapun,
itu nggak banget-_-