Sunday, January 29, 2017

Naik..Naik ke Puncak Gunung


Siapa yang suka nonton Jejak Petualang di Trans7? Acara televisi paling keren versi gue yang dibawakan oleh sosok wanita pemberani nan tangguh.. demi apapun tiap kali gue nonton acara ini, gue selalu kagum sama presenternya.... ada gitu yak cewek super pemberani yang selalu siap jalan kemanapun, terlebih ketempat-tempat yang rutenya WOW banget. Dan you know, tiap kali gue nonton acara ini selalu ada keinginan di hati gue untuk jadi seorang petualang yang bisa pergi kemanapun, ke puncak gunung, ke pedalaman, ke daerah perbatasan dan masih banyak lagi. Tapi, sebagai seorang yang berkeinginan bisa menjelajah bebas seperti itu gue juga sadar bahwa hal itu gak didukung dengan sifat idealis gue yang seringkali muncul, maksud disini adalah terkadang ketika gue berangkat ke suatu tempat yang gak sesuai ekspektasi atau mungkin ketika gue merasa lelah dengan perjalanan itu, gue justru ngeluh dan alhasil malah bad mood. Jadinya, yak marah-marah. Hal ini pernah terjadi waktu gue ada trip sama temen-temen gue, karena gue gak menikmati petualangan itu alhasil sepanjang perjalanan gue justru malah ngambek (cewek banget yah hahahaha)
Nah, dari situ terkadang gue sadar, bisakah gue seperti itu?
Hal ini juga pernah gue saksikan dalam sebuah acara televise di salah satu stasiun tv, hampir sama seperti jejak petualang tapi kalau ini lebih kayak acara di trans 7 yang INDONESIAKU waktu di pandu mbak Miladia Rahma, jadi selain menggali informasi tentang kesenjangan social disini juga dilengkapi dengan kayak petualangannya gitu. Nah, pernah tuh, presenter acara tv yang gak gue sebutin dari tv mana itu gak setangguh yang di Jejak Petualang, karena suatu hal dia malah nangis dan mukanya bad mood gitu. Ada campuran antara gondok sama ketakutan dimukanya. Sebagai penonton yang gak cerdas-cerdas banget guepun merasa “kok gitu sih nih presenternya” dan tiba saat dimana gue merasa bahwa “menjadi presenter yang lebih sering berada dilapangan untuk tayangan documenter seperti ini harusnya siap dengan segala kondisi apapun, tapi melihat si mbak-mbak yang menangis itu gue merasa bahwa, cemen banget sih” gak ngaca banget gue, padahal gue juga sering banget bad mood gitu dan marah-marah gak jelas hahahahaha.

Kenapa gue bahas masalah itu?
Gini lho, tadi siang gue sama 2 temen idiot gue (padahal mereka pinter, tapi bohong J) melakukan perjalanan ke gunung. Kita berdalih ini kita lakukan untuk latihan fisik, olahraga gitulah karena kita jarang banget gerak hahahaha. kita pergi ke gunung itu dan naik keatasnya, kenapa gak gue sebut mendaki? Karena gue gak bisa menyebut itu sebagai sebuah pendakian alasannya, karena itu bukan gunung salak, gede pangrango atau sebagainya. Tapi gak apalah.
Gue ada sedikit cerita tentang perjalanan kesana, lo tau kan gue orangnya kayak gimana, yup suka menggampangkan sesuatu, nah itu terjadi tadi guys waktu gue mau pergi ke gunung, gue kesana dengan memaki sandal jepit. Yup, jepit!!!! alasannya, cuacanya cerah gak mungkin hujan vroh. Tapi, yang namanya alam kan kita gak ada yang pernah tau, tiba-tiba diperjalanan gue menuju ke gunung itu hujan turun dengan sangat derasnya, jalanan yang tadinya dihiasi debu-debu kini berubah dengan genangan air, sandal jepit gue yang indah sudah tidak berbentuk dan gue menyesali kebodohan itu.
Alhasil selama kita jalan keatas gunung gue terus mempertanyakan “apa diatas gak ada tempat cuci kaki?” (manja banget) yang dijawab temen gue dengan “NGGAK ADA”
Alhasil guepun pasrah dengan kebodohan itu, pokoknya masukan deh buat kalian, kalau mau kemana-mana itu segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan matang, jangan kayak gue-_- makai sandal boleh, tapi harus sesuai, jangan dipukul rata. Karena yang namanya sandal itu beda-beda fungsi dan manfaatnya…. CATET!!!!!!!!!!!

Sepanjang perjalanan menuju keatas gunung itu gue seneng banget, gue merasa bahwa “mungkin gini ya rasanya jadi pembawa acara Jejak Petualang? Capek tapi asyiiiikkkk” dan disitu gue terus ngoceh seolah-olah gue adalah pembawa acara, sementara 2 teman gue bertugas, sebagai pemandu dan satunya sebagai campers hahaha, gelooooooo.
Tapi ada satu hal yang gue dapet dari perjalanan naik gunung tadi, gue bisa tahu rasa capeknya naik gunung, tapi seneng pas udah ada diatas, meskipun agak sedikit kecewa karena yang ada dibayangan gue tentang gambaran gunungnya terlalu jauh, terlalu jauh dari ekspektasi maksudnya. Pokoknya susahlah diungkapkan dengan kata-kata-_- tapi gak apalah, ini baru permulaan. Semoga kedepannya, gue bisa beneran ikut mendaki gunung kayak yang sering dilakukan beberapa temen kampus gue.

Dan ini sebenernya ada korelasinya juga dari saran seorang teman :
“kita boleh serius tentang pendidikan kita, atau mungkin target yang ingin kita capai. Tapi, diluar itu kita juga perlu mengayakan diri dengan petualangan-petualangan menarik, yang bisa membuat kita berpikir dari sudut pandang berbeda. Lelah fikiran bisa diobati dengan berpetualang, gak harus jauh, yang terpenting kamu keluar dari rutinitas”

Jadi sekarang gimana nani?
Ya sekarang gue mau mengayakan diri gue dengan petualangan-petualangan menarik, gak harus mewah, biar sederhana tapi bisa membuka fikiran. Terlebih karena gue kepingin melatih diri gue sebelum jadi jurnalis hahahaha, biar suatu hari ketika gue ditugaskan kemanapun gue sudah siap dengan itu. tapi gue gak siap kalau diatas gunung itu banyak pemandangan orang-orang pacaran, kenapa? Seperti yang pernah gue bahas di postingan gue yang lain, gue jengah liat orang pacaran. Gue gak peduli itu cinta buta atau yang dipaksa buta, yang jelas kalian harus tahu dimana tempat untuk pacaran diaman tempat untuk menghilangkan kejenuhan (marah kan gue)
Lo tahu perasaan gue pas sampe diatas? Pas liat banyak orang pacaran? Gue speechless, niatnya bakal jadi fotografer untuk temen-temen malah buyar, gue gak konsen, jadi malu sendiri. sumpah demi apapun, itu nggak banget-_-

Friday, January 20, 2017

Dari seberang

Ini bukan sapaan dari seseorang yang biasa kau jumpai
Yang bisa setiap saat kau terima
Atau bahkan tiap hari kau temui

Ini salam perpisahan dari seberang
Sebagai penyambung lidah untuk kata yang belum tersamapaikan
Ya, begitulah…

Namun jika hanya sekedar melihat ke belakangpun sungkan
Biarlah ini berlalu
Tak perlu kau hiraukan
Tak perlu ada salam perpisahan
Karena tak ada satu hal pun yang mengesankan
Bukan begitu?

Entahlah!
Siapa yang peduli?
Kau saja tak peduli!

Pesan kemarin biar menjadi angin lalu
Anggap tak pernah ada kata itu
Cabut kata-kata bahwa aku mengagumi sosokmu
Karena itu dulu
Tepat 1 tahun yang lalu

Sampai jumpa lain waktu

Pesan ini ku tulis dari seberang
Sisi terluar dari kehidupan yang kau jalani!

Wednesday, January 18, 2017

Jalan Menuju Tuhan

Hidup adalah sebuah perjalanan menuju pulang, dimana dari setiap nafas yang kini kita keluarkan kelak Tuhan akan meminta pertanggung jawaban atasnya.
Sedih jika mengingat orang yang akan kita tinggalkan
Namun lebih sedih jika dalam jalan menuju Tuhan kita hanya menjadi pesakitan.

Tuhan sudah menakdirkan kapan manusia akan pulang, dengan cara apa manusia akan usai.
Entah ketika tengah terbaring di ranjang rumah sakit, di dalam ambulance, di jalanan, atau di tengah laut sekalipun.
Yang sebenarnya manusia takkan pernah bisa memilih, jika bisa, mungkin kebanyakan dari kita akan memilih untuk meninggal ketika sudah bisa berbakti pada orangtua atau ketika sudah tua.
Tapi tak seperti itu sayang, Tuhan telah membuat catatan manis tentang kita ketika 4 bulan dikandung wanita yang kita sapa ia dengan panggilan ibu

Berbaiklah, karena kini kita berada di jalan menuju Tuhan
Kita berada dalam jalan yang akan membawa kita pulang
Perbaikilah diri, jaga hati, jaga lisan, jaga pandangan, jaga perbuatan.
Tak ada satupun yang bisa menilai kebaikan manusia kecuali Tuhan, tak perlu baik di mata manusia jika itu ditujukan hanya untuk mencari sebuah keuntungan
Karena manusia tak akan bisa menolong disana,
Kecuali amal perbuatan yang akan menolong dari panasnya api neraka yang kita cipatakan sendiri.

Monday, January 16, 2017

Jual Diri

Assalamualaikum bapak/ibu, saat ini gue akan menjual apa-apa yang ada didalam diri gue. Tapi, jual diri disini tidak memiliki nilai negative seperti, taulah ya… Alhamdulillah gue diberikan Tuhan anugerah berupa rasa malu yang cukup dan rasa bersyukur atas segala rezeki yang Ia berikan sehingga Alhamdulillah gue bisa menjaga diri dengan sangat baik.
Nah, jual diri yang gue maksud disini yaitu, gue akan memperkenalkan diri gue dan akan memberikan hal-hal positif yang gue miliki. Bukan bermaksud untuk buka-bukaan dan meninggalkan azas privasi yang selama ini selalu gue elu-elukan, melainkan hanya untuk mengiklankan diri *narsis..narsis..* yaudah, dari pada lama-lama, mari kita simak perkenalan singkat calon jurnalis sekaligus penulis terkenal ini *heh*
Nama gue Nani Arpan, saat ini gue tengah menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Komunikasi jurusan Broadcasting di salah satu universitas yang jauh lebih terkenal dibandingkan gue yaitu Universitas Mercu Buana. Saat ini gue duduk di semester 2 dan Alhamdulillah dalam waktu dekat *karena gue baru selesai uas* gue akan berada di semester 3 *yeaaaaaay, perjalanankuh masih panjang yah*
Selama gue kuliah di mercubuana, gue dan kelompok gue sudah 2 kali ditugaskan membuat film pendek. Film pertama kita berjudul “Gadis Penjual Bunga” dan yang kedua “Sebait Kata Hati”, karena namanya tugas kelompok jadinya buatnya ya sama-sama hahahah. Ketika film ini selesai, dan gue melihat hasilnya setelah di edit abang kita Zairul Radi Saputro guepun merasa, anjirrrrrrr gue semakin jatuh cinta dengan dunia pertelevisian baik itu berbau non berita ataupun berita. Gue hanyut dengan “gilaaaaaaaaaaaaa, kerennya kalo kita punya karya dan itu difilmkan dan di saksikan banyak orang” dan finally, sebenarnya ini yang membuat gue resign dari tempat kerja gue *laugh out loud* karena gue ingin bekerja di dunia televise, terlebih gue ingin bisa menghasilkan sebuah karya yang bisa di nikmati setiap orang.
Hobby gue sampai sekarang ini masih tetap sama, yaitu menulis dan membaca. Ada banyak buku yang sudah gue baca *sombong* tapi please, jangan pernah anggap gue sebagai anak yang cerdas terlebih karena buku-buku yang gue baca bukan buku-buku pelajaran melainkan novel. Dari kecil, gue sudah dekat dengan dunia tulis menulis bukan karena nenek gue atau mama gue seorang penulis atau wartawan melainkan karena dulu gue jarang bergaul, alhasil gue selalu dijejali dengan buku tulis dan buku tulis jadilah seperti ini. Pengalaman super menakjubkan pernah gue alami waktu gue duduk di kelas 1 SD dimana di usia 7 tahun gue sudah membaca buku porno, mungkin ini yang menjadi penyebab kenapa gue bisa kayak gini-_- sebenernya buku itu belum gue baca semua hingga alhamdulillahnya gue lupa sama isi dari buku itu. dulu, waktu pertama kali gue beli buku itu langsung diumpetin sama mama gue, mama gue simpen buku porno itu diatas pintu tepatnya dirongga-rongga ventilasi. Karena gue bandel alhasil pas mama gue gak ada, gue ambil buku itu dengan naik diatas kursi terus gue pukul-pukul buku itu dengan sapu lidi sampe jatuh dan gue baca, yang gue inget di buku itu ada gambar ceweknya jugak. Pantesan nih buku di kerumunin sama kakak kelas gue waktu di sekolah, karena mereka pingin beli buku ini tapi keburu gue beli dan isinya jeeeeennnnnggggggg…jeeeeeeeeeennnngggg…jeeeeeeeeeennngggg… oiya, bagaimana kelanjutan buku itu? buku itu di robek-robek sama mama gue dan lantas di bakar. Nah itu buku pertama yang gue baca *belum selesai sih* dan sekarang dirumah gue ada banyak buku, gak banyak juga sih tapi seenggaknya lumayan untuk mengisi kejenuhan.
Nah selain itu gue juga hobi menulis, kalo lo mau baca tulisan gue bisa dilihat juga diblog ini, jadi selain ini curhatan absurd gue ada juga beberapa cerpen yang gue tulis. Oiya, ada satu yang perlu diperhatikan! yang gue tulis disini sebenernya gak semua berasal dari pemikiran gue, meskipun ada hal-hal mendasar tentang kehidupan gue yang gue utarakan disini tapi gak semuanya sampe masuk ke tahap lapisan inti (privasi) jadi kalo ada yang merasa gue menjelek-jelekan dirinya disini dan sebagainya mungkin ini yang di maksud dengan baper, nulis untuk apa eh siapa yang ngerasa, dulu pernah di bahas sama dosen gue tapi gue lupa istilah dalam komunikasi itu apa? Jadi sebenernya blog ini khusus ajang menjual diri gue, supaya bisa jadi jurnalis *ketawa ngakak*
Apalagi yah sekarang yang mau gue jual?
Oiya, sekarang gue lagi suka foto. Meskipun gue gak terlalu menguasai mekanisme kamera yang gue punya ini tapi itu gak mengurangi kecintaan gue sama dunia-dunia berbau seni visual ini.
pasar kebayoran lama
 

 
seserius ini kalo lagi didepan gadget
ini si abang kagak tau kalo lagi eike jepret
Kenapa gue suka ngambil gambar candid, alasannya karena objek akan terlihat apa adanya dalam foto itu. gak ada senyum yang dibuat atau raut wajah yang sengaja dipercantik, candid itu natural dan gue suka hal-hal berbau natural tanpa ada satupun yang ditutup-tutupi.
Setelah itu, gue juga suka dengan human interest. Gak hanya untuk fotography, tiap kali gue nonton feature dan mengangkat perihal human interest gue pasti bakal pantengin tv, entah kenapa gitu. Menurut gue ini suatu bentuk kecintaan gue sama hal-hal berbau social, dimana kita bisa tahu apa-apa aja yang mereka alami dan apa yang ingin mereka sampaikan. Makanya gue seneng jalan ke tempat-tempat dimana gue bisa ambil gambar mereka, tapi sayang gue masih ragu untuk mengeluarkan kamera didepan banyak orang. dasar gak percaya diri!!!!

Oiya, kesibukan gue sekarang ini apa? gue lupa share yah!!! gue gak sibuk, karena gue baru resign dari tempat kerja gue? Kok lo bangga banget sih ni resign aja dipamerin…??? Maaf gue gak bermaksud untuk pamer hal ini, meskipun ada beberapa orang yang sempat mengatakan “kok resign kayaknya seneng banget gitu sih” yah, mau gimana lagi? Apakah gue harus menangisi pekerjaan yang sudah gue jalani 1 tahun itu? diluar sana pasti ada pekerjaan lain yang bisa gue lakoni yang sesuai dengan passion gue, yang membuat gue gak merasa jenuh karena terus melakukan hal-hal monoton.
Beberapa bulan terakhir sebelum memutuskan untuk resign sempat terpikir hal seperti ini pagi gue berangkat kerja sampe jam 5. Setelahnya gue pulang, sesampainya dirumah istirahat sambil buka handphone karena seharian gak semepet di lihat pesan-pesannya, makan dan tidur. Bangun pagi dan melakukan hal yang sama. Kadang karena terlalu lelah guepun lupa mengerjakan tugas kuliah dan menumpuknya diakhir pekan. Parahnya, selama gue kerja hampir setiap hari sebelum jam 9 gue udah tewas kecuali sabtu karena jam segitu gue masih dikampus. Nah disitulah gue berpikir, apakah manusia akan seperti ini sampai mati? Mencari uang? Melakukan hal-hal yang monoton terus setiap hari, melewati tempat yang sama setiap hari dan berbicara dengan kata-kata yang sama setiap harinya. I think, gue berada dititik dimana gue harus mengakhiri ini. Namun ada yang membuat gue bertahan selama 1 tahun ini yaitu keyakinan bahwa gue bisa dan ternyata keyakinan aja gak cukup karena hati sama pikiran gue gak sama. Meskipun gue mencoba untuk berpikir lebih jauh lagi tapi gak bisa, hati gue bilang nggak!!! Ini tentang nurani….
Jadi sekarang gue masih dirumah, banyak menghabiskan waktu untuk membaca dan menulis. Mengasah kemampuan gue dibidang jurnalistik.
Bismillah, Insya Allah gue gak akan berada lama-lama dalam kondisi miris seperti sekarang. Gue akan berjuang lagi untuk melanjutkan mimpi gue supaya kuliah gak harus membebankan pada orangtua.

Oiya, kalau setelah ini gue berhasil bekerja di media, gue akan menggunting rambut gue seperti mbak Prita Laura dan mewarnainya seperti ini :
Hasil gambar untuk gaya rambut prita laura
Sumpah demi apapun, wajah gue sama sekali gak cocok dengan gaya rambut seperti ini ditambah kepala gue kecil jadinya kayak cowok banget *kalo gue* soalnya beberapa waktu lalu gue sempet gunting kayak gitu dan alhasil gue jijik liat muka gue sendiri *ini seriusan!!!* beruntung mbak Prita Laura cantik jadi mau diapain juga rambutny tetep aja cantik, gak kayak gue *nangis kenceng*

Sunday, January 15, 2017

Aku Kembali



Aku kembali
Berjibaku dengan kertas dan pena
Memuntahkan kata yang tak teraba
Mengeluarkan setiap kecewa tanpa terbaca
Aku terdiam
Membiarkan setiap resah keluar
Membiarkan aku merasa dan menguliti,
setiap kepahitanku sendiri
tanpa ada seorangpun yang tahu
tanpa seorangpun yang akan peduli

Ya Tuhan, tinta ini begitu hitam
Begitu legam
Dan kata yang keluar membuatku tercekat
Aku takut, Tuhan
Aku takut tak sanggup memuntahkannya
Aku resah
Seperti resah seorang yang menanti kematian
Takut terlupakan
Takut kehilangan
Dan takut, tak termaafkan!

Apakah ini hanya perasaan?
Aku ingin jauh lebih baik
Agar kertas serta pena ini mampu melukiskanku
Bahwa aku tak mau terus berada dalam kehitaman
Pahit!
Egois!

Aku kembali
Kertasku basah dengan bulir air mata yang terjatuh
Getir yang kusingkirkan ternyata menggerogotiku
Kini aku tak tahu kemana aku harus bertumpu
Harapku luruh!
Tuhan bisakah aku kembali?
Melanjutkannya meski kertasku koyak?

Thursday, January 12, 2017

Normal

Normal. Bukan berarti selalu berjalan dengan semestinya, bisa jadi dari sesuatu yang normal itu ada duri di dalamnya? Who knows? Bukankah normal tidak selalu normal? Bisa jadi ia bersikap senormal mungkin karena ada yang ingin disembunyikan yang semua orang gak perlu tahu apa dan bagaimana perasaannya.
someone : are u okay?
Normal : i think so
Rahasia akan tetap menjadi rahasia, untuk apa mengumbarnya di sosial media atau kepada semua orang tentang setiap gejala yang terjadi. Bersikaplah normal, toh jika memang ia akan meledak ia pun takkan memberikan tanda, tak seperti gunung yang akan meletus yang sebelumnya sudah memberikan tanda  pada orang di sekitar untuk segera menjauhinya dan pergi secepat mungkin agar tidak mati sia-sia hanya karena menantang alam. Yah begitulah!

Sumpah, gue yakin lo pasti bingung sama tulisan ini akan berujung kemana? Gue gak akan menulis tentang cinta-cintaan karena gue bukan pakar cinta, gue punya kapasitas tapi untuk hal itu? Lupakan!
Kali ini gue akan menulis tentang keyakinan si keras kepala yang akan meninggalkan tempatnya berpura-pura. Apa? Apa? Apa? berpura-pura? yep, berpura-pura untuk bersikap sebiasa mungkin! selama ini gue selalu merasa bahwa gue baik-baik aja dengan segala hal, padahal di setiap waktu gue akan mengirimkan sinyal bahwa gue tidak nyaman dengan setiap yang gue lakukan. Apakah kalian tidak sadar bahwa gue selalu malas untuk setiap kegiatan? dan bahkan gue menutup diri dari setiap kalian dengan tidak menyimpan nomor kalian di handphone gue dan bersikap bahwa itu adalah sikap yang wajar. entahlah! yang gue tahu, 1 tahun sudah cukup tuk menahan setiap emosi. 1 tahun sudah cukup untuk gue melanjutkan hidup lagi dengan bercita-cita lagi. keluar dari sana bukan berarti gue harus berhenti bermimpi, justru gue akan memulai melanjutkan kembali mimpi gue yang pernah terhenti.
Banyak pertimbangan yang hadir ketika gue akan pergi, tentang gue yang udah akrab dengan wajah-wajah mereka, gimana mereka yang kompak tapi kadang-kadang enggak, dan tentang bagaimana dengan keuangan gue kelak? apakah gue akan bisa membiayai kuliah gue? shit!!! gue yakin bisa!! gue cuma takut!! nani ingat, apa yang bisa lo lakuin kalo takut? GAK ADA!!!! jadi bersikap biasa, Tuhan sudah merencanakan ini dengan sangat baik, ingat nani tentang kekuatan alam bawah sadar yang diajari sensei? kalo iya, keputusan ini merupakan salah satu bentuk kekuatan itu, hal yang mungkin kemarin-kemarin lo lupa tapi sekarang lo ingat lagi ketika lo sudah ada di ujung sebuah keputusan.
masih ingat perjalanan bisa bekerja ditempat sekarang? apa yang lo bilang waktu akhirnya lo diterima disana? dan tiba-tiba gue senyum lagi, gue inget lagi, dan gue sadar bahwa Tuhan selalu bersama gue meskipun gue selalu lupa! Tuhan selalu sayang sama gue, selalu dengerin curhatan gue meskipun gue udah jarang mendengarkan kata-kataNya.

Mereka disana itu baik-baik banget, tapi gue belum bisa beradaptasi dengan mereka. Gue selalu merasa bahwa, ini bukan dunia gue!! ini bukan gue!! Ya, ini bukan dunia gue, terima kasih untuk kalian team yang selalu kompak, yang selama ini selalu gue lupakan dengan tidak pernah membalas setiap chat kalian hahahahahaha.

terus gimana nani?
saya pamit. terima kasih untuk kesempatannya.
keep contact ya?
*tiba-tiba berpkir, semoga ini basa-basi*

Monday, January 9, 2017

Fakir Pengakuan

apa yang akan lo lakukan ketika resah datang? mendengarkan musik yang bernuansa kesedihan, atau menuliskannya pada buku usang? gue yakin gak ada satu kisahpun yang akan lo simpan sendiri pada saat ini. bahkan terkadang diluar sana ada seseorang yang selalu berupaya untuk menghadirkan perhatian, mulai dengan mencari sensasi atau apapun yang sekedar untuk mendapat jempol dari setiap akun jejaring sosial, mau makan foto dulu, mau tidur foto lagi, berangkat kerja foto juga, dijalan (lagi-lagi) fotu, dimanapun. pokoknya segala sesuatu yang bisa lo bagikan bakal lo bagikan, gak peduli apakah itu akan mengundang hal positif or negatif yang penting eksis aja doeloe.
resah..resah..resah.. jika dulu diary akan menjadi tempat mengungkapkan hati, yang semuanya akan tertuang ketika 2 kata ini berlarian dari pena "dear diary" dan setiap keluh kesah semuanya tertuang indah dengan tanpa ada seorangpun yang tahu, karena itu semua rahasia. namun disaat ini, orang-orang ingin diperhatikan atau mungkin dikasihani, karena bagi gue sendiri pada saat ini yang dibutuhkan orang bukan hanya sekedar hidup dan makan, kebutuhan primer dan sekunder, pendidikan dan pekerjaan melainkan pengakuan! setiap orang menjadi fakir pengakuan! mencari jempol agar terlihat mampu memberi pengaruh atau terlihat ada yang memerhatikan! padahal dari hal-hal yang kita unggah ke jejaring sosial bisa aja itu mengundang tindak kejahatan, gak ada yang tahu kan? tapi kalo lo sering liat acara berita gue berani yakin lo pasti pernah mendengar hal seperti "seorang gadis di bunuh rekannya yang dikenal melalui jejaring sosial" miris, tapi ini nyata!
gue mau tanya? siapa yang punya facebook? instagram? twitter? path? blog? dan yang lain? pernah gak kalian melihat postingan seorang istri yang marah dengan suaminya, istri itu mengeluhkan semua perilaku kasar suaminya? dan anehnya, selang beberapa hari kemudian sang istri memposting status lagi bahwa ia sedang pergi dengan suaminya dan membangga-banggakan suaminya! shit! nggak, maksud gue gini lho, mbok ya kalau ada masalah sama suami yang itu sifatnya internal keluarga mbok yak gak usah di posting-posting toh, karena bakal ada komentar-komentar didalamnya yang berisi "sabar ya" "kok gitu sih suami lo" "ya allah, gue gak nyangka dia gitu, kasar banget sih tuh suami lo" dan pernah gak lo mikirin apa yang ada di pikiran orang-orang yang komentar pas dia posting lagi dengan caption yang beda lagi dan bernada bahagia. yup, teman lo akan berpikir "apaan sih nih orang"  karena gue merasakan hal itu!
gue sendiri gak munafik, gue aktif di sosial media! ya! facebook, twitter, instagram, bloger dan dari keempat itu mana yang seringkali gue buka, pasti facebook karena disana gue juga berteman dengan guru-guru dan teman smk, so kalaupun gue kangen sama mereka gue bisa sapa disana. twitter, dulu gue buat jejaring sosial ini untuk selangkah lebih dekat dengan idola gue yang semuanya reporter dan aktif di twitter, alhasil gue aktivasi dengan satu tujuan agar gue bisa tahu berita terbaru tentang mereka. kalo instagram, sumpah demi apapun ini gue buat berawal dari kekepoan gue sama idola gue Anisha Dasuki yang telah menonaktifkan akun twitternya, dari situlah gue buat akun instagram. lalu bagaimana dengan blog, lo tahu blog gue berisi curhatan absurd yang bahkan terkadang bercampur dengan kumpulan cerpen dan puisi, alasan gue buat ini cuma untuk mengembangkan hobi menulis gue. siapa tahu ada media yang tertarik dengan tulisan gue dan ingin membukukannya yang gue tahu itu semuanya hanya harapan seorang anak yang terobsesi untuk menjadi penulis, kasihan yah gue. gue jarang posting hal-hal bersifat pribadi didalamnya, terlebih memang orang-orang yang bergolongan darah seperti gue adalah orang yang mengutamakan azas privasi diatas segala kepentingan lain.
jejaring sosial gak semestinya digunakan hanya untuk membesarkan omongan, saling meninggikan diri dan sebagainya, jejaring sosial bisa digunakan untuk hal-hal yang positif misalanya untuk memberikan tips, mencari uang dengan ngeblog, ngevlog yang semuanya dapat menghasilkan uang besar lho kalo ditekuni. sementara itu kalaupun tak ingin berkecimpung didunia itu gak masalah, asal jangan posting hal-hal yang bisa membuat orang membangun persepsi dari apa yang kalian katakan.

lantas menurut lo, cara terbaik untuk bisa diperhatikan dengan tanpa menggunakan gadget gimana? yah buat prestasi!! setiap orang akan mengenali lo dengan prestasi yang lo punya. sekarang tinggal ditentukan apakah selama ini lo punya prestasi, please... selain menjadi fakir pengakuan tentunya!!