Thursday, March 30, 2017

Jangan pacarin aku abang, halalin aja…

Judulnya buat geli yah? menurut gue sih gitu tapi jangan nilai sesuatu berdasarkan judulnya ya, kan udah di bahas di pertemuan kemarin *dikira kuliah* karena gue yakin banget isinya nggak akan secetek judulnya :D dan lupakan bahwa memang kenyataannya tulisan gue nggak ada yang berbobot, tapi untuk itu simak dulu tulisan ini, jadi kalau lo mau olok-olok gue ada bahannya yang bisa mendukung…

Siapa diantara kalian (para pembaca) yang belum pernah pacaran? Udah ngaku aja, nggak ada hadistnya kok yang menyatakan kalo seseorang yang belum pernah pacaran itu bakal di masukan ke neraka. Kalau ada, pasti gue duluan yang bakal masuk *dih* tapi karena nggak ada, jadi gue berani ngomong gitu *ketawa senang*
Oke, pacaran memang sudah menjadi nafas *menurut gue lho* bagi setiap remaja dan bahkan gak hanya remaja, orang yang sudah berkeluarga juga banyak yang mencoba peruntungannya lagi *siapa tuh?* biasanya sih di lingkungan kerja, atau bahkan mungkin dengan dia yang lebih muda, entahlah. Tapi untuk pembukaan ini yang mau gue bahas perihal remajanya dulu aja ya, kalau yang sudah masuk puber ke 2 kita bahas di pertemuan berikutnya aja *kalau inget*

Gini lho, untuk kalian para remaja *termasuk gue* kalian tahu nggak definisi pacaran itu apa? buat lo disana *sambil tunjuk* yang masih pake topi SD, lo tahu nggak pacaran itu apa? *nanya dengan tampang guru BK* kalau nggak, elo… iya elo… yang panggil ayah bunda padahal masih pake seragam SMP, lo tahu nggak apa itu pacaran? Dan apa aja yang boleh atau nggak dilakuin ketika pacaran? Dan lo tau nggak kalo lo udah sebut pacaran itu tandanya apa huh? Sini gue kasih tahu ya, jadi yang dimaksud dengan pacaran itu merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan keluarga yang dikenal dengan PERNIKAHAN. Bisa di ulang? Baca yak yang bener…. Iyaaaa, jadi itu merupakan proses saling mengenal satu sama lain untuk mencari kecocokan sebelum memutuskan MENIKAH. Emang lo udah siap buat nikah? Orang masih sekolah, jajan aja masih minta sama mama kok yak nikah, mau nafkahin anak orang pake apa? PR agama? PR seni budaya? Atau PR mencintai kamu selamanya *ceburin muka ke air* aduh nggak cukup jeung, hidup butuh uang buat foya-foya lho *bijak yang menyesatkan* emangnya mau waktu harusnya lo menikmati masa remaja harus di habiskan dengan menjadi ibu atau kepala keluarga? Udah siap emangnya? Mending belajar aja sih yang bener, dapetin beasiswa kuliah ke luar negri seperti ke New York University atau tetap di Negara sendiri dan berprestasi dengan jadi mahasiswa UI keren lho, sumpah!! daripada masih kecil udah pacaran, atau sekolah sambil pacaran dan setelah lulus langsung nikah. Aduh nggak banget deh, lo kira sekarang jaman nenek gue, yang usianya belasan udah nikah dan jadi ibu rumah tangga. Sekarang tuh udah emansipasi men, dimana nggak Cuma laki-laki yang bisa mengenyam pendidikan tinggi, lo juga bisa….. Atau, jangan-jangan lo nggak menghargai pahlawan emansipasi kita yang udah berjuang agar laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama? kalau gitu, kenapa? *mendramatisir* lo mau nyalahin media kayak sebagian mahasiswa *termasuk gue* yang berasumsi bahwa media membawa pengaruh buruk pada perilaku remaja pada saat ini? Ini bukan Cuma tentang media broh, tapi audiencenya jugak, udah tahu tayangan sekarang itu Cuma nyari rating tapi kok masih di tonton, udah tahu jam-jam pulang kantor (primetime) itu masih banyak anak sekolah yang nonton tv eh ditayanginnya sinetron anak sekolah yang pacaran, anak sekolah yang bawa motor gede, anak sekolah yang dandanannya sekseh, dan joget-joget? Siapa yang salah kalau kayak gini, pasti nggak Cuma nyalahin media orangtua juga ikut disalahin? Jadi aneh kan bilangnya bahas pacaran tapi malah meliuk ke masalah lain *out of the topic*

Jujur ya, gue bahas masalah ini lantaran resah. Resah kenapa? resah karena anak SD sekarang sudah mulai pacaran, dan parahnya dan bahkan ini buat gue sampe syok berat adalah, adek gue yang usianya baru 7 tahun dan tengah duduk di bangku SD suka cerita sama gue tentang pacar, di tambah sepupu gue jugak yang usianya 6 tahun dan kini tengah duduk di TK pernah minta dibeliin coklat sama cici gue buat valentine *gue nulis sambil mangap-mangap* parah nggak sih zaman sekarang? Tapi satu hal yang gue yakini, mereka tuh *adek dan sepupu gue* nggak ngerti tentang ini, mereka hanya terbawa lingkungan dan pergaulan yang salah. Yang kita jugak nggak tahu bakal sampai kapan. Mungkin selamanya, selama ada internet dan mereka bisa menggali informasi dari berbagai sumber kapanpun dimanapun hanya dengan diam di depan laptop atau smartphone hadiah ulang tahun. entahlah….

Oke diluar dari ini gue mau bahas hal yang lebih serius dan ini harusnya menjadi perhatian yaitu, banyak anak-anak usia sekolah yang hamil di luar nikah, naudzubillah… dan parahnya, selama mereka hamil 9 bulan orangtua mereka nggak tahu tentang itu, mereka baru tahu setelah anak-anak itu telah melahirkan. Gue boleh tanya nggak, ini siapa yang salah sih? kok bisa begini ceritanya. Pergaulan macam apa yang kalian jalani wahai remaja? Hingga bisa-bisanya hal seperti ini terjadi, hamil di luar nikah, meninggalkan pendidikan karena harus menjadi ibu rumah tangga dan faktornya ialah kacelakaan. Oh Lord!!! Gimana cara kalian untuk bisa menafkahi anak istri kalau sudah begini, sementara kalian ijazahnya hanya tamat SMP karena keluar dari bangku sekolah ketika mengenyam pendidikan di Sekolah menengah Umum terlebih usia kalian baru belasan. Mau di kasih apa aku bang? Belum lagi akibat yang harus diterima kedepan….

Pernah cari tahu nggak, nasib anak yang lahir karena hubungan di luar nikah? Kalau dalam proses menikah atau mengesahkan hubungan tentu nggak ada masalah ya, karena memang di Indonesia sendiri sudah di legalkan yang namanya menikahi seseorang yang sedang hamil. Tapi kalau dalam agama sendiri, terutama yang beragama islam Sudah tahu belum konsekuensi dari tindakan yang sudah terlanjur terjadi itu? kalau menurut gue pribadi ya, mereka yang dengan sengaja atau tidak melakukan tindakan itu belum tahu apa yang bakal mereka terima kedepannya. Gue aja syok lho bacanya, padahal gue nggak ngelakuin apa-apa.

Biar pembahasannya nggak terlalu berat, gue mulai ini dengan cerita ya… Siang itu kelas gue dapet giliran praktek salat untuk mengambil nilai agama, karena pengambilan nilainya dilakukan secara bergilir gue dan seorang teman memilih menunggu di bawah pohon mangga sambil ngobrol-ngobrol di kursi yang tersedia disana. Entah gimana ceritanya, waktu itu temen gue itu bilang gini “sebenernya ya ni, kita tuh nggak boleh tahu bonceng-boncengan motor sama lawan jenis. Apalagi kalau kita ada ketertarikan sama lawan jenis itu” gue lupa cerita bermula karena apa sampai kita membahas masalah ini, karena setelah perkataan itu obrolan gue dan temen gue pun melebar hingga sampai ke tahap dimana kita membahas masalah nasib anak akibat hubungan di luar nikah. Dia yang basicnya anak baik-baik, dalam arti rajin ngaji, rajin salat dan senantiasa mengisi pengajian di lingkungan rumahnya membuat gue semakin tertarik mendengar setiap cerita yang bersumber dari guru ngajinya yang mayoritas dari UIN dan salah satu perguruan tinggi khusus menghafal al qur’an *gue lupa namanya* setelah balik dari sekolah akhirnya browsinglah gue mengenai nasab bagi anak-anak yang lahir karena hubungan di luar nikah. Dalam beberapa sumber yang gue baca tertulis dengan sangat jelas, bahwa anak yang lahir karena hubungan di luar nikah itu otomatis nasabnya jatuh ke ibu, sekali lagi, ke ibu. Meskipun dalam hal ini sang laki-laki bertanggung jawab menikahi perempuan tersebut dan hidup bahagia sampai akhir hayat bukan berarti anak hasil hubungan di luar nikah itu pindah nasab ke ayah, kenapa? kenapa? kenapa? karena ini anak hasil hubungan diluar nikah *makanya hati-hati*. lantas kalau suatu saat anak itu meninggal gimana? ya, binti atau bin yang dipakai itu adalah nama ibu karena hukumnya dosa besar jika anak tersebut “mengakui” orang tersebut sebagai ayah. Kok lo ngomongnya gitu sih ni, sok tau…. Oke, gue jelasin yaa.. dari beberapa sumber yang gue baca di internet menjelaskan bahwa secara biologis iya, dia adalah orangtua lo yang sah, tapi secara agama itu bukan. Bahkan, dalam agamapun dirinya di bebaskan dalam menafkahi, memberi warisan, dan menikahkan. Jadi kalau kedepannya, anak tersebut adalah seorang wanita, yang berhak menikahkannya adalah wali hakim meskipun, ayahnya ada. karena anak ini lahir karena hubungan diluar nikah, jadi seperti itu ketentuannya. Jujur ya, gue takut lho kalau ini sampai terjadi dan pelakunya tidak tahu tentang adanya ketentuan ini dalam agama islam, benar mereka pada akhirnya menikah dan membesarkan anak itu bersama sampai lahir putra/putri kedua, tapi kan tetep aja anak pertama yang lahir karena hubungan di luar nikah itu nasab jatuh ke ibu dan ayah nggak punya hak untuk menikahkan. Sedih nggak? Ketika menyaksikan buah hati yang sudah kita besarkan hingga akhirnya menunaikan perintah Allah untuk menikah tapi sebagai orangtua lo nggak bisa jadi wali nikah, dan membiarkan ia di nikahkan wali hakim sementara nasabnya memakai nama ibu. Oiya, untuk kasus pernikahan ini, ini nggak bisa diwakili saudara laki-laki dari pihak ayah ya, karena (lagi-lagi) berdasarkan sumber yang gue baca keluarga dari pihak laki-laki (Ayah) bukanlah keluarga anda secara hukum islam.

Oke, biar lebih jelasnya gue akan jelaskan satu persatu ya, dan gue juga akan sertakan sumbernya supaya lo juga bisa langsung cek dari sumber yang bisa di pertanggung jawabkan.
Jadi disini gue mulai bahas yah gaes berdasarkan sumber yang gue dapet di internet, lets begin…

1.      Anak yang lahir karena hubungan di luar nikah tidak di nasabkan ke bapak
So, itu berarti anak yang lahir dari hubungan di luar nikah sudah putus nasab dari ayah biologisnya dan itu berarti nasab akan jatuh ke ibunya, meskipun sang ayah biologis akhirnya bertanggung jawab nasab tetap jatuh kepada ibu. Seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan tentang anak zina : “untuk keluarga ibunya yang masih ada, baik dari wanita merdeka maupun budak” (HR. abu dawud, kitab Ath-Thala, bab Fi Iddi’a Walad Az-Zina No. 2268)
Dalam riwayat yang lain, dari Ibnu Abba, dinyatakan “siapa yang mengklaim anak dari hasil diluar nikah yang sah, maka dia tidak mewarisi anak biologis dan tidak mendapatkan warisan darinya.” (Hr. Abu Dawud, kitab Ath-Thalaq, Bab Fi Iddi’a Walad Az-Zina no2266)
Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keputusan bahwa anak hasil hubungan dengan budak yang tidak dia miliki, atau hasil zina dengan wanita merdeka tidak di nasabkan ke bapak biologisnya dan tidak mewarisinya
Nah dengan adanya keterangan diatas para ulama menyimpulkan bahwa anak hasil zina atau hubungan diluar nikah SAMA SEKALI bukan anak bapaknya, maka dari itu tidak bisa di-bin-kan ke bapaknya.
Sudah jelas?

Lah terus kalau seandainya ada yang di-bin-kan ke bapaknya gimana?

“siapa yang mengaku anak seseorang, sementara dia tahu bahwa itu bukan bapaknya maka surga haram untuknya.” (HR. Bukhari No. 6385)

So, sudah dapat di pastikan itu nggak bisa. Karena apabila itu terjadi jatuhnya dosa besar. Gue aja sempet syok loh bacanya, terlebih kalau mengingat di zaman sekarang sudah begitu meluasnya pergaulan bebas dan banyak anak-anak yang lahir dari hasil hubungan di luar nikah, pertanyaannya selalu? Apakah orangtua mereka tahu tentang ini? Apakah mereka pernah terpikirkan hal ini akan menimpa anak pertama mereka? Ya Allah, ampuni dosa-dosa mereka….
Jadi, anak hasil hubungan luar nikah nggak bisa di-bin-kan ke bapaknya ya gaes, karena memang bapak biologis bukan bapaknya, so haram hukumnya kalau sampai di-bin-kan ke bapaknya..
Terus ke siapa? jawabnnya ke IBU. Sebagaimana Nabi Isa alaihis salam yang dengan kuasa Allah di ciptakan tanpa ayah. Karena Beliau tidak memiliki bapak maka di-bin-kan ke ibunya, sebagaimana yang terdapat dalam  banyak ayat Allah menyebutnya Isa bin Maryam.
So, kalau di luar sana ada anak yang lahir karena hubungan di luar nikah maka nasab jatuhnya sudah pasti ke ibu… dan untuk para orangtua yang merahasiakan perihal cerita di masa lalu harapnya ada keterbukaan dengan buah hati apalagi kalau kasusnya seperti ini J

2.      Tidak ada hubungan saling mewarisi
Seperti yang sudah kita bahas di atas tadi bahwa bapak biologis bukanlah bapaknya jadi secara otomatis nggak ada yah istilah saling mewarisi antara anak ke bapak biologis begitupun sebaliknya, karena kalau masih ada yang minta harta warisan itu jatuhnya merampas harta yang bukan haknya, karena memang nggak boleh. Bahkan hal ini telah ditegaskan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadis, diantaranya :
Abdullah bin Amr bin Ash mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keputusan bahwa anak dari hasil hubungan dengan budak yang tidak dia miliki, atau hasil zina dengan wanita merdeka TIDAK di nasabkan ke bapak biologisnya dan tidak mewarisinya (HR. Ahmad, Abu Daud, di hasankan Al-Albani serta Syuaib Al-Arnauth)
Adapun kalau memang bapak biologisnya ini ingin memberikan hartanya bisa dilakukan dengan menuliskan surat wasiat bahwa si B (anak biologisnya) mendapatkan warisan sekian dari total hartanya… jadi nggak bisa “mana warisan gue?” hei, anda siapa?


3.      Siapa wali nikahnya?
anak dari hasil hubungan diluar nikah tidak memiliki bapak, bapak biologis bukanlah bapaknya, so kakek ataupun paman dari pihak bapak biologis juga tidak berhak untuk menjadi wali nikah bagi anak hasil hubungan di luar nikah. Lantas siapa yang boleh menjadi wali nikahnya kelak? Berdasarkan beberapa sumber yang gue dapat orang yang mungkin bisa menjadi wali nikahnya yaitu :
a.       Anak laki-laki ke bawah, jika dia janda yang sudah memiliki anak
b.      Hakim (pejabat resmi KUA)

Gue Cuma bisa melongo baca itu sumpaaaaahhhhhh!!!! Gue bukannya sok pinter dengan nulis ini, sama sekali nggak!! Gue Cuma ingin berbagi sedikit hal yang gue tahu tentang ini, karena menurut gue pribadi diluar sana banyak orang yang masih belum tahu tentang ini. Mungkin yang mereka tahu Cuma menikahi dan bertanggung jawab atasnya dan calon buah hatinya setelah itu selesai, padahal kenyataannya nggak gitu. Bahkan sebenarnya kalau dalam agama nggak diperbolehkan menikahi orang yang tengah berbadan 2, kecuali wanita itu telah melahirkan. Makanya, kebanyakan itu setelah bayi mereka lahir mereka akan mengadakan akad nikah kembali yang sesuai agama tapi bukan berarti yang pertama itu nggak sesuai agama, biasanya yang pertama itu dilakukan untuk tidak mencoreng nama keluarga atau apa ya bahasanya??? Pokoknya gitulah. Kalau dilingkungan gue sih kayaknya nggak gitu deh, meski si cewek sudah berbadan dua tetap nikah dan setalah itu nggak ada akad nikah kedua. Gue juga kurang faham kalau tentang itu, mungkin nanti kita bakal belajar bareng lagi yah tentang itu…
Tapi dengan tulisan ini gue harap kita semua sama-sama belajar yaaaaa, seenggaknya jangan sampai hal itu terjadi sama kita atau orang-orang terdekat kita, amiiiinnnnnnn…..
Oiya, kalau ada yang tertarik dengan bahasan ini dan mau cari tau informasinya lebih lanjut bisa cek sendiri aja yah di mbah google, banyak kok yang menjelaskan tentang status anak yang lahir karena hubungan di luar nikah dan pastinya ulasannya lebih mendetail…

Thursday, March 23, 2017

malam di barat jakarta


ini kisah dari barat jakarta,
tentang seorang anak yang tak bisa dikatakan meminta-minta, tapi entah di sebut sebagai apa..
ditangannya ia membawa gitar mainan, berharap dari yang ia mainkan dapat mendatangkan uang, namun diluar itu sebagian orang menertawakan sambil bertanya “apa yang bisa kamu nyanyikan?” ia pun meyakinkan bawa ia bisa melakukan apa yang akan ia lakukan, tapi sayangnya ia malu dan memilih berlalu..

hai ibu, apa yang kau lakukan pada anakmu?
Membiarkannya beradu pada rasa malu, sementara engkau sibuk menunggu..
Apa ini bentuk kasih sayangmu?
Mengambil waktu belajarnya untuk menuruti keinginanmu?

Thursday, March 9, 2017

Serunya kuliah soreeeeee

Holaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa gaesssssssss, apa kabar? Yang sudah masuk kuliah mana suaranya? *sok terkenal* oke, berhubung minggu ini gue sudah masuk kuliah kembali jadi gue mau bercerita sedikit tentang waktu kuliah gue yang sekarang.. sebenarnya nggak ada bedanya dengan semester 2 kemarin, semester ini gue mengambil kelas sore lagi. Padahal waktu kemarin udah males ambil yang sore lantaran maunya jam 7 udah leyeh-leyeh di rumah atau udah duduk cantik di commuter line yang gak terlalu ramai itu, tapi niat tinggal niat lantaran gue dan 2 temen lainnya sepakat untuk ambil kelas sore (lagi).
Kelas sore itu di mulai dari jam 14.30-22.00 dan itu nonstop tanpa ada istirahat. Jadi kalau matkul pertama selesai kita langsung pindah kelas untuk masuk kelas ke dua dan setelah kelas kedua selesai kita bakal pindah kelas lagi untuk masuk di kelas terakhir. Lo tau, pepindahan dari 1 matkul ke matkul lain hanya selisih 1 menit meeeeennn, jadi kalo lo dapet dosen yang mengajar penuh selama 2 jam 29 menit otomatis lo hanya punya waktu 1 menit untuk pindah ke kelas berikutnya yang kadang jaraknya itu bikin lo istighfar saking jauhnya di tambah turun naik tangga *hiperbolis orang yang suka telat* *padahal gak jauh kalo lagi gak telat* *pasang muka sedatar mungkin* *gak usah di bayangin karena bakal bikin lo haus* waktu semester 2 dulu gue kayak gitu, ini selisih antara matkul ke 2 dan ke 3. Jadi, dosen di matkul ke 2 ini kalo mengisi kuliah itu penuh tanpa jeda kecuali untuk sholat magrib *yaiyalah* malah kadang melebihi waktu yang sudah ditentukan yang akhirnya buat gue telat di kelas berikutnya, di tambah kelas ke 3 (Penulisan Naskah Berita Televisi) adanya di gedung E sementara gue ada di B. alhasil setelah selesai matkul ke 2 (Penulisan Naskah Non Berita Televisi) gue harus muterin gedung, terus nyebrang ke E dan setelah itu turun ke lantai 3 *ini rute yang salah* *ketawa ngakak*
Nah itu untuk hari sabtu, kalo hari minggu pas tatap muka gue mulai kuliah dari jam 09.00-19.30 itu nggak penuh kayak di hari sabtu, karena ada jam kosong di jam 14.30-17.00 yang biasanya gue isi dengan tidur-tiduran di perpustakaan atau nggak numpang download karena wifi perpustakaan yang lumayan ngebut kalo dibandingkan sama warnet deket rumah gue *ngebandinginnya salah-salah aja* kadang gue isi juga dengan makan diluar sendirian, soalnya kalo minggu gue sekelas sama el dan sulis di paginya aja jadi kalau udah sore yak jarang ketemu, paling kalau lagi kebetulan ketemu yak ngobrol sebentar dan akhirnya pisaaaaaaaah deh, seringnya sih kalau minggu itu jarang ketemu setelah matkul pertama. Tapi untukk semester 3 ini, gue, el dan sulis ambil kelas yang samaaaa semuaaaa. Jadi otomatis kita ketemu di setiap kelas :D
Banyak cerita tersusun dari kenangan 1 semester ketika gue ambil kelas sore, tentang bagaimana serunya ketika sebagian orang merajut cerita malam minggu dengan pasangannya sementara kita sibuk dengan materi kuliah, bagaima suasana kampus pas malem yang gak terlalu rame jika dibandingkan siang, terus gimana sulitnya kadang cari toilet yang masih buka lantaran jam 10 biasanya toilet sudah di bersihkan dan di kunci. Dan di semester 3 ini gue mengulangnya kembali, menghabiskan malam minggu di kampus bareng temen-temen kuliah dan para dosen yang tidak pernah lelah, karena sebagian dari dosen ada juga yang masih aktif bekerja di stasiun-stasiun tv.
Sebenernya gue mau share foto di semester 2, tapi berhubung gue males harus pilih satu-satu karena saking banyaknya, jadi cuma ceritanya aja ya... nah disini juga gue bakal ceritain 3 hal yang pernah gue alami di semester 2, anggaplah ini sebuah pengalaman :
Pernah sampe rumah jam 1 dini hari lantaran kejebak banjir.
Jadi ceritanya gini guys, gue ini kan kadang-kadang suka bawa motor, terlebih kalau hari sabtu alasannya sih sederhana, soalnya kalo sabtu kan masuknya jam 14.30 jadi gue bisa berangkat jam 12 dengan bawa motor sendiri *padahal seringnya berangkat jam 1* enaknya lagi, gue bisa nikmatin perjalanan yang lumayan panjang itu dengan mendengarkan lagu-lagu pilihan yang sudah gue siapkan, memilih rute yang beda-beda, jadi gue nggak melulu lewat tempat yang sama. Karena gue suka moody gitu, jadi kadang kalau gue lagi bawa motor gue suka mampir ke bawah fly over pasar kebayoran lama buat cari-cari buku bekas *ini kalo mau pergi*, terus lanjut lewat pondok indah, lewatin sekolah tempat gue menuntut ilmu dulu (smk link and match) dan lewat jalan yang dulu selalu gue lewati untuk pergi atau pulang sekolah *padahal ini rute muter lho* seneng deh rasanya malem-malem keliling-keliling gitu, sendiri lagi *itu gila namanya* nah berhubung tadi gue tulis “kalo lagi moody” jadi sebenarnya gue jarang lewat rute ini, dan seringnya lewat rute biasa. Rute yang memberi pengalaman berharga buat gue karena telah memperkenalkan gue dengan sesuatu yang sudah sangat akrab dengan Jakarta, yup BANJIR. Dan karena kebanjiran iutlah yang buat gue sampe rumah jam 1 dini hari. Jadi begini kronologi yang menimpa gue :
Sore itu hujan turun dengan sangat deras disertai dengan petir yang bersambaran *mendramatisir* karena hujan itu juga gue, el, sulis nggak bisa kemana-mana untuk makan, alhasil kita jajan di kantin kampus yang selalu ramai dan di bawa ke tempat sepi untuk menyantapnya. Hujan yang mulai dari sore itu terus mengguyur sampe magrib kalo nggak salah, soalnya pas gue keluar dari kelas di jam 9 hujan udah berhenti dan hanya meninggalkan jejak basah di tanah aspal. Setelah itu, gue langsung caw ke jalan yang biasa gue lewatin, jalan yang selalu ramai dan bahkan cendrung selalu macet terlebih karena jalan yang biasa gue lewatin ini akan menemui titik temu didepan, tapi apes men, ini macetnya nggak kayak biasa-biasanya yang setelah ngelewatin beberapa titik temu harusnya akan lancar, kalo ini sebaliknya, semakin lo jalan macetnya makin-makin sampe-sampe gue kesel sendiri. setelah beberapa lama akhirnya sayup-sayup gue denger seorang ibu ngomong sama pengendara motor di depan gue kalau di depan nanti ada banjir sampe selutut orang dewasa, gue yang belum pernah ngerasain kebanjiran malah biasa aja dan gak mikirin apa yang bakal terjadi. Gak mikir kalo banjir berarti lo nggak bisa lewat, atau kemungkinan terburuknya lo harus muter balik lagi yang bakal makan waktu lama karena memang udah nggak bisa muter lagi. Sesampainya dititik banjir tiba-tiba gue inget kata-kata presenter tv Robert Harianto yang pernah ngasih tips di WIDE SHOT dulu, katanya “kalo kita berkendara di tempat yang banjir jangan matikan mesin kendaraan, tapi tetep nyalakan dan gas karena itu akan menghalangi air masuk kedalam mesin kendaraan” tapi prakteknya, pas gue berada di jalan yang banjir, tips yang senantiasa gue ingat itu pergi entah kemana. Alhasil gue “memakai jasa” mendorong dari orang, gue nggak tau motor gue diapain sampe bisa nyeberang, soalnya gue jalan belakangan menerjang air yang selutut itu. ternyata sulit lho jalan di tengah genangan air, soalnya gue yang Cuma bawa diri aja kesulitan apalagi kalo sama bawa motor bisa-bisa jatuh ditengah banjir-_-
Setelah memanaskan motor cukup lama *pas udah nyebrang lho ya* akhirnya gue memutuskan untuk jalan lagi. Semula jalan yang gue lewati lancar-lancar aja sampe akhirnya selang kurang lebih 10 menitan gue udah nemuin titik banjir lagi, nah di titik kedua ini gue udah mulai ketakutan soalnya gue udah ngerasain gimana sulitnya jalan di banjir. Di pinggir jalan banyak pengendara motor lain yang memilih untuk menepikan kendaraannya dan menunggu banjir surut *Sampe kapan?* gue memilih melakukan hal yang sama, tapi nggak lama Cuma 5 menit, karena menurut gue itu buang2 waktu. So, gue nerobos banjir lagi tanpa minta bantuan orang-orang *karena memang disini nggak ada jasa dorong-_-* dan menerapkan tips dari koko Robert, Alhamdulillah gue berhasil melewatinya dengan sangat baik. Dengan senang gue melanjutkan perjalanan lagi DAAANNNN GUEEEEEEEE KETEMU TITIK BANJIR LAGIIIIIIIII, INI LEBIH PARAH!!!!! KETINGGIANNYA SAMPE SE PAHA GUEEEEEEEEEE!!!!!! DAN ARUSNYA KENCENG LANTARAN DI DEKAT SITU ADA SUNGAI KECIL *kira-kira lebar 1-1.5M* dan itu cukup buat gue sulit jalan, akhirnya gue jalan mepet ke truk yang lagi jalan pelan di samping gue. Kemana motor gue? Motor gue di dorong oleh abang-abang baik hati, yang akhirnya gak Cuma dorong aja tapi bantuin nyalain mesin motor gue yang mati lantaran kemasukan air-_- motor gue koma sampe kurang lebih 1 jam gara-gara banjir di titik ke 3 itu. malah batre hp gue lowbat, duit gue sekarat, gak bawa kartu ATM, pokoknya sedih lah.. terus-terus di deket gue ada mahasiswi pulang kuliah motornya koma juga dan dia nangis2 lantaran motor maticnya nggak nyala-nyala padahal udah di otak-atik sama orang-orang yang motornya mogok jugak, sama kayak motor gue yang di bantuin sama beberapa orang. disitu gue terharu, ternyata orang Indonesia itu baik-baik banget *nangis nulisnya*
Motor gue nyala lagi hoooooooorrrrrrrrrrreeeeeeeeeeeeeeeeeee…..horeeeeeeeeeee…. tapi gue bingung juga, soalnya gue harus lewatin 1 sungai lumayan besar di jalan yang mau ke bsd. Gue tanya-tanya sama abang-abang yang ada disitu jalan mana yang bisa gue lewatin supaya gue nggak lewat jalan itu, dia kasih gue pilihan. Pertama, lewat bintaro atau pilihan kedua gue bisa lewat alam sutera tapi kalau lewat alsut berarti gue lewat perumahan-perumahannya dulu *semacam jalan tikus gitu* baru bisa ke bsd, panic lah gue. Gue paling nggak bisa lewat perumahan soalnya sering banget nyasar didalam perumahan, nah bintaro? NO, belum lama sebelum kejadian itu gue nyasar di bintaro dan malah mau ke mampang-_- lagi juga itu udah jam 12 malem, nggak lucu kalo jam segitu gue nyasar di tempat yang sama sekali gak gue tau apalagi gue cewek, sendirian, bawa motor, hp mati, gak bawa dompet dan Cuma ada duit 100rb di tas, apa yang akan terjadi sama gue???????
Alhasil dengan mempertimbangkan setiap risiko yang akan gue terima, guepun memutuskan untuk melewati jalan biasa, dan benar, sungai itu meluap. Dan parahnya, jalanan disini sepi banget. jadi Cuma ada 2 motor yang melewati jalan itu salah satunya motor gue. Dan you know, setelah gue lewatin banjir itu motor gue hampir tewas lagi, tapi ada beberapa orang dideket situ menyarankan gue untuk memanaskan mesinnya lagi, mainin gasnya dan sebagainya. Alhasil setelah motor gue gak batuk-batuk lagi gue pun memutuskan untuk sesegera mungkin pulang kerumah, lantaran itu udah jam setengah 1 dan itu berarti jalan yang menuju rumah gue pasti udah sepi pake banget.
Alhamdulillah, gue sampe jugak di rumah tepat jam 1 lewat berapa gitu dalam keadaan celana yang basaaaaaahhhhhhhh. Yang penting sampe rumah J

Beragam cerita di dalam commuter line
Nah, setelah kejadian yang kurang mengenakan lantaran kebanjiran itu akhirnya gue kembali lagi ngegojek + naik kereta, jadi gue Cuma bawa motor sampe stasiun, yang di lanjutkan dengan commuter line dan setelahnya order gojek. Gue orangnya suka traumatic gitu, jadi untuk beberapa waktu gue emang anti banget bawa motor ke kampus. Karena gue tahu 1 hal, kampus gue gak mungkin kebanjiran tapi akses menuju kampus, itu yang jadi pertimbangan.
Nah, disini gue bakal cerita tentang pengalaman gue selama kurang lebih 1 tahun ini aktif menggunakan kereta sebagai moda transportasi andalan menuju kampus, ada banyak hal unik yang gue temuin dari setiap pengguna moda transportasi yang satu ini, tentang bagaimana gue sering 1 gerbong sama laki-laki penyuka sesame jenis, ibu-ibu rempong, anak-anak yang suka lari-lari dalam kereta, ibu-ibu ngegosip dengan suara yang bisa buat gue kepingin nimbrung, ibu-ibu yang netekin buah hatinya di dalam gerbong yang ada laki-lakinya jugak *ini buat gue speechless* dan orang-orang yang berbicara dengan suara angkuh menyombongkan diri sendiri padahal itu ngibul alias nol besar.
Oiya, dulu banget gue itu antis untuk duduk di gerbong selain yang di khususkan untuk wanita, alasannya karena gue pernah dapet pengalaman buruk di gerbong yang bercampur dengan penumpang laki-laki. Kalaupun gue ngejar kereta yang pintunya hampir ketutup dan gue masuk di gerbong selain yang di khususkan untuk wanita pasti gue bakal jalan dengan kecepatan tinggi meski sambil terhuyung-huyung untuk sampai ke gerbong khusus wanita, gak peduli sepadat apa gerbong khusus wanita atau seberapa sadisnya ibu-ibu yang suka maen dorong kalau mau turun-_- karena menurut gue, di gerbong ini penuh privasi. Oiya, seharusnya di gerbong khusus wanita ini petugasnya juga harus wanita dong. Masa iya laki-laki yang ditempatin di gerbong wanita, menang banyak dong dia *ketawa jahat*
Tapi semenjak gue masuk fakultas ilmu komunikasi dan gue belajar banyak hal tentang interaksi social, akhirnya gue meninggalkan keyakinan gue dan mulai membiasakan diri untuk naik di gerbong manapun tanpa peduli apa yang bakal gue dapetin disana. In the end, disinilah gue bisa melihat keaneka ragaman, bisa lihat cowok genteng jalan sama cewek yang biasa aja, keluarga kecil yang (sepertinya) bahagia, anak kecil yang makan kwaci di dalam kereta *lah…lah…lah* laki-laki yang pegangan tangan dengan laki-laki jugak dan ini yang menurut gue agak yah gitulah, awalnya gue sering curi-curi pandang sampe akhirnya biasa aja *mungkin karena keseringan kali yeeee*
Nah diluar itu semua ada yang lebih berkesan buat gue. Jadi waktu itu gue mau berangkat kuliah, nah siang itu pas lagi nunggu kereta di stasiun rawa buntu gue ketemu sama seorang wanita usia kira-kira 27an, pakai cardigan cream, bawa tas *bukan ransel*, pake kacamata, dan rambutnya diikat rapi. Sebenarnya di depan stasiun gue udah liat dia, karena dia tepat berada didepan gue pas di loket tiket. Gue nggak nyangka aja segerbong lagi sama dia dan duduk berhadap-hadapan mengingat jarak menunggu kereta yang lumayan jauh *atau gue gak sadar pas dia jalan ke deket gue* entahlah!!
Cerita bermula ketika kereta berhenti di stasiun sudimara, di stasiun ini ada banyak penumpang yang naik, salah satunya seorang ibu usia kira-kira 40 tahunan dengan seorang wanita muda yang menggendong balita usia 9 bulanan *kalo gak salah denger* yang duduk tepat di samping gue. Karena posisi duduk gue sama wanita usia (sekitar)27 tahunan yang naik bareng dari stasiun rawa buntu itu hadap-hadapan jadi gue bisa liat dia dengan sangat jelaaaaaaaasssss. dari pertama balita beserta ibu dan neneknya duduk disamping gue, mata wanita itu nggak lepas dari balita tadi, dan gue bisa lihat dia senyum sendiri kalau liat nenek balita itu bercanda sama cucunya. Sumpah itu keren banget. wanita tadi nggak lepas mandangin balita yang disamping gue dengan raut yang buat gue nebak pasti dia pengantin baru dan kepingin cepet punya momongan//dia kangen sama anaknya yang seusia balita tadi karena ditinggal kerja//atau yang terakhir, dia wanita yang udah kepingin cepet nikah dan punya momongan//// dan gue merasa bahwa mungkin dia wanita yang sudah siap nikah dan kepingin cepet-cepet punya momongan :D *sok tahu banget yah gue* Kalau lo mau tau tentang wanita tadi, wanita itu memiliki tubuh yang tinggi mungkin 165cm, badan yang gak gemuk dan gak kurus pokoknya pas, wajah yang enak buat diliat, pake kacamata, dan keliatannya kalem dan baik pastinya. Demi apapun Itu adalah pengalaman yang sangat membekas disini *nunjuk dada kiri yang berisi jantung* senyum tulus wanita itu ke balita yang lagi digendong neneknya, dan tundukannya, dia yang kelelahan dan akhirnya menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi dan menutup matanya *mungkin ngenbayangin gimana rasanya punya momongan* *kayaknya gue harus jadi penulis deh wkwkwkwkwk* *balada di commuter line*

Ngegojek lagi kitah..
Kalau gue naik kereta secara otomatis gue juga akan kembali lagi menggunakan gojek, dan semejak itu (sampai sekarang) kalau ke kampus gue selalu menggunakan moda transportasi yang satu ini meskipun kalau ujan ya keujanan *yaiyalah* nah banyak banget cerita disini karena tiap-tiap driver memiliki ceritanya masing-masing meskipun nggak jarang gue ketemu driver yang cueknya bukan maaaaeeennnnnnnnn....
Pernah ketemu sama driver gojek yang buat gue telat masuk kuliah lantaran nggak tau jalan ke mercu buana, ada juga driver yang sepanjang jalan ngajakin gue ngobrol terus padahal kepala gue lagi pusing banget dan lagi nahan mual lantaran kurang tidur *ini kalau kuliah sabtu minggu* dan seringkali gue dapet driver yang diam seribu bahasa seolah-olah kalau dia ngomong dia akan membongkarkan rahasia Negara *waduh*, tapi diluar itu ada juga driver gojek yang ceritanya masih membekas dihati gue. Salah satunya cerita seorang driver gojek yang sebut saja namanya Mahmud.
Reka adegan :
Hari itu adalah hari minggu dimana kuliah seharusnya libur namun karena tugas yang terlalu banyak terlebih tugas buat video akhirnya gue dan teman sekelompok tetap ngampus untuk mengerjakan tugas, mulai dari jam 10an sampe magrib *bayangin*
Setelah tugas selesai dan sudah makan kitapun memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing. Yang lain semua sudah membubarkan barisan, tinggal gue dan sulis yang lagi berkutat dengan hp untuk order gojek. Setelah beberapa menit, akhirnya gue dapet driver dan kebetulan drivernya itu cewek. Gue yang pernah ngerasain gimana nggak enaknya di bonceng motor sama ibu-ibu *canggung* berniat untuk cancel driver ini, tapi sulis ngelarang soalnya gak semua driver ibu-ibu itu garing meskipun kenyataannya sulis juga nggak memungkiri itu *karena dia lebih sering dapet driver cewek* yaudahlah gue tunggu sampe tuh drivernya dateng.
Pas drivernya dateng gue sama sulispun pisah. dari awal drivernya tuh udah baik banget sampe akhirnya sepanjang jalan kita ngobrol sana-sini, mulai dari tempat tinggal, pekerjaan sampe ke rumah tangga. Padahal awalnya gue kira dia itu mahasiswi, ternyata dirinya itu merupakan seorang single parent, usianya baru 29 tahun dan dirinya sudah memiliki buah hati yang kini duduk di kelas 1 SD. Buah hatinya inilah yang menjadi alasan dirinya keluar dari pekerjaan yang bisa dikatakan WOW selain karena masalah internal kantor tentunya. Dalam cerita bersama Mahmud itu, ia juga menceritakan bahwa sebenarnya dia sudah mendapatkan beberapa panggilan kerja mulai dari finance, IT, dan bahkan kontraktor. Namun semua ditolak karena ia nggak mau ninggalin buah hatinya.
“kalau kerja jarang ketemu anak neng, pulang kerja capek pasti maunya tidur. Kalau kayak gini (jadi driver gojek) kan bisa anterin anak sekolah, nemenin belajar, ketemu anak juga bisa tiap hari” itu penuturannya, keren kan? Bisa wawancara driver gojek :P berkesan kan :D
Terus..terus..gue pernah juga dapet driver gojek orang Madura gitu, sumpah pas gue di telponin sama dia gue ngerasa kayak di omel-omelin-_- di jalan dia juga ngajakin gue ngobrol tapi lagi-lagi nadanya kayak orang ngomel-ngomel, alhasil gue nanggapinya dengan takut-takut, tapi setelah udah sampe stasiun dan tuh driver pergi gue ketawa-ketawa sendiri lantaran sebenernya tuh driver baik tapi lantaran logatnya yang terkesan kayak ngebentak-bentak buat gue ketakutan bhahahahhakakakkkkkk…

Nah, sebenarnya cerita kayak diatas juga bisa lo dapetin ketika lo ambil kelas pagi, jadi nggak hanya anak sore yang punya cerita semenarik gue. Tapi, lo akan bisa melihat sebuah keindahan ketika lo dalam keadaan tenang, karena kalau malam suasananya udah beda banget. dimana-mana adanya ketenangan, suasananya juga adem, jadi Insya Allah lo lebih bisa memaknai hal-hal yang ada di sekitar lo dengan lebih baik. Contoh simple deh, Jakarta itu kalau lagi siang panasnya bukan main, gue aja males ke Jakarta kalo siang-siang kecuali ke kampus karena emang kewajiban dan kampus gue tergolong di pinggiran Jakarta hahahahah. Tapi kalau udah malem, suasananya bakal beda. Banci aja bakal punya rupa kayak Keira Knigtley *gak percaya kan lo?* itu Cuma sebagian kecil vroh..
pasar kebayoran juga kalau lo liatnya pas malem, itu bakalan bedaaaaaaaa karena hati lo udah di buat adem dengan suasana malam. Coba kalau siang, udahnya macet sama sopir angkot, lalu lalang orang ke pasar, panas juga, jangankan mau berhenti untuk memandangi sekitar, lewat situ aja rasanya udah kayak kutukan L

Okay!! Sekian cerita hari ini, nggak kerasa panjang juga yah tulisannyaaaa…..

Wednesday, March 1, 2017

Judulnya keberatan?

Setiap orang nggak mungkin punya ketertarikan yang sama akan suatu hal, selalu ada perbedaan antara orang satu dengan orang yang lain. Kita juga gak bisa memaksakan orang yang gak suka akan suatu hal untuk bisa menyukainya, sesimpel itu.

Gue suka baca novel, novel apapun baik itu terjemahan ataupun karya asli penulis tanah air, selama novel itu memiliki tulisan yang bagus dan gak hanya sekedar untuk menghasilkan ending yang bahagia melainkan ending yang bisa buat kita merenung *karena kehidupan gak seperti drama korea* pasti bakal gue baca, dan pasti bakal gue beli :D asalkan jangan kasih gue novel yang judulnya gitulah……..

Dari SMP gue emang udah mulai nunjukin kalau gue nggak terlalu suka baca novel-novel dengan judul seperti FTV di salah satu stasiun tv, judul yang terlalu mengada-ada dan selalu berakhir bahagia, padahal gak semua hal itu berakhir dengan bahagia kecuali drama korea atau sinetron Indonesia. Alhasil novel-novel kayak gitu memang paling jarang gue lirik kalo lagi beli buku, gue lebih suka dengan judul novel yang mengandung nilai estetik di dalamnya dan baca sinopsisnya juga, jadi gak main judge gitu aja. Tapi bukan berarti gue gak suka baca novel dengan judul mengada-ada hanya saja gue kurang begitu tertarik dengan novel cinta-cintaan gitu deh apalagi kalau judulnya kayak FTV, kecuali pas baca sinopsisnya ada kata-kata yang menggambarkan keindahan seni merangkai kata baru gue beli tuh novel, yah yang puitis-puitis romantic gitu *malu ngakunya* yang nggak kayak tulisan gue ini pastinya.

Dan disini gue juga mau cerita tentang buku yang berjudul “PEREMPUAN-PEREMPUAN TAK BERWAJAH” kalo ada yang pernah ngestalk blog ini, pasti di salah satu postingan bakalan baca cerita gue tentang nih buku. Kalo baca judulnya apa yang ada dalam pikiran lo tentang isi dari buku ini? Secara judulnya aja kata seseorang “terlalu berat” padahal itu Cuma pandangan dia aja, karena pandangan setiap orang kan beda-beda J hayoooo ada yang mau jawab? Kalau kata beberapa temen, mereka sepakat mengatakan bahwa buku ini berisi tentang perempuan yang nggak punya malu. perempuan-perempuan yang memang melakukan apapun semaunya dengan ber-asas-kan apa yang ia percayai ya ia jalani, misal tentang (maaf) wanita-wanita yang menjajakan diri, atau melakukan hal-hal di luar yang dilakukan wanita lain namun dalam arti “negative” 

Gue pribadi waktu pertama kali baca judulnya mengira ini akan berkisah tentang prostitusi dan sebagainya, tapi ternyata salah besar. Yup salah besar. Karena buku yang ditulis Francesca Marciano ini menceritakan tentang kisah seorang jurnalis (Imogen Glass) dan fotografernya (Maria Galante) yang di tugaskan untuk meliput sebuah berita tentang kawin paksa di kabul, yang sebenarnya lebih concern ke masalah angka bunuh diri yang meningkat lantaran mereka (gadis-gadis di Kabul) yang dipaksa menikah lebih memilih mati dengan membakar dirinya sendiri daripada menikah dengan laki-laki yang usianya (dalam buku diceritakan) bisa 3x usia gadis itu sendiri. dalam buku ini juga di ceritakan bagaimana sebelum berangkat ke Kabul Maria Galante yang baru pertama kali ditugaska ke Negara konflik tersebut harus mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh mantan anggota militer untuk menguji ketahanan dalam menghadapi situasi darurat, diajarkan untuk mengenal jenis-jenis senjata dan pertolongan pertama yang harus dilakukan dalam situasi genting. Namun yang lebih keren dari buku ini, yaitu tentang pergolakan hati Maria yang harus memilih egonya untuk bisa berprestasi dalam karirnya atau mengedepankan moralnya atas nama manusia.

Sumpaaaaaaaaaah, ini buku keren banget, karena kalau kita bacanya pake *nunjuk dada kiri yang berisi jantung* lo pasti bakal menemukan hal-hal yang buat lo merenung, karena buku ini di tulis dari sudut pandang seorang wanita yang,,,, dia wanita seutuhnya, dalam arti dia wanita usia 32 tahun yang patah hati lantaran calon suaminya selingkuh, setres berat dengan perpisahannya, kadang dihantui oleh ingatan tentang ibunya yang sudah meninggal, butuh perhatian lebih, dan dia juga ingin berprestasi dalam bidang yang ia tekuni. Pokoknya manusiawi banget. dalam cerita itu juga menceritakan sosok partner kerjanya Imogen Glass yang punya obsesi besar untuk selalu berprestasi dalam pekerjaannya, cerdas, dominan, dan (yang gue tangkep ya) nggak terlalu punya rasa empati jika dibandingkan Maria yang melihat segala sesuatu gak Cuma dari sudut pandangnya aja tapi bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain. Pokoknya ini perpaduan sifat yang menarik banget deh. Lo harus baca biar bisa tahu!!!! Karena gue gak mungkin menjelaskannya sedetail mungkin, kecuali lo mau bayar gue :D

Pasti dalam pikiran lo terngiang, kenapa judulnya perempuan-perempuan tak berwajah kalau ceritanya tentang 2 jurnalis yang ditugasin ke Kabul? Nah, jadi gini, dalam cerita ini menjelaskan bahwa di Kabul itu masih sangat tabu dengan yang namanya fotografi, bahkan kalau ada fotografer yang mengambil gambar seseorang tanpa persetujuan yang bersangkutan bakal kena hukuman seberat-beratnya. Kok gitu? Iya gitu, soalnya Kabul kan Negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim *gue gak bisa jelasin nih disini soalnya pemahaman gue parah=gak ngerti* pokoknya ada statement yang menyatakan “bisa menghadirkan syahwat” jadinya disana memang tabu dengan hal-hal semacam itu, jadi itu yang menjadi kesulitan Maria (fotografer) untuk bisa mengambil gambar mereka, karena tiap kali Maria mengeluarkan kamera ia akan mendapati tatapan-tatapan ketakutan, kemarahan, dan penolakan yang membuat hati Maria bergejolak, apakah ia tetap melanjutkan mengambil gambar untuk bisa membuat Imo Glass senang atau mengikuti hatinya untuk bisa menjaga hati para wanita tersebut. Dan nanti lo juga bakal nemuin hal-hal menarik di akhir cerita ini :D bacaaaaa yaaaaa….

So, meskipun (lagi-lagi) kata orang “judulnya berat” tapi nggak berdampak ke isi, karena ini novel ya bukan buku pengantar ilmu politik *ketawa ngakak* sebuah pelajaran juga bahwa kita seharusnya gak menilai buku itu dari judulnya aja *buat gue jugak hahahah* kalo lo Cuma baca judulnya aja nggak akan tahu isinya gimana, kayak lo baca surat tapi yang di baca Cuma kopnya aja mana tahu isinya tentang apaaaaaa? Iya kan??????

Sebenarnya gue nulis ini lantaran agak kesal sama orang yang bilang buku ini “judulnya berat” padahal gue Cuma kepingin dia baca novel keren ini, lo tau nggak? Temen gue aja mau pinjem buku ini nggak gue kasih, sementara dia? Justru gue yang nawarin minjemin tapi responnya malah buat gue kesel. Gue aja nggak yakin buku yang dia pinjem bakal di baca sampe tuntas, entahlah. Pas baca respons itu akhirnya gue tawarin dia novel lain yang ceritanya diangkat dari kisah nyata seorang wanita yang berjuang melawan kanker tulang yang di derita, cerita ini juga bagus *menurut gue* tapi respons yang gue dapet malah bikin sakit hati, katanya “lebih parah” *kepala gue dipenuhi tanda ????????????????????* nih orang biasanya baca buku apa sih???? Dan akhirnya gue memutuskan bahwa orang ini gak seharusnya diajak membahas masalah buku daripada gue sakit hati sama responnya alhasil, gue hapus riwayat percakapan gue sama tuh orang. DI BAIKIN AJA SUSAH BANGET!!!!!!!! oke nani calm down, jangan emosi okeeeeee *tarik nafas* daripada inget-inget respon tuh orang mending nulis lagi sambil denger lagu payung teduh.

ARGHHHHHHHH SAMPE SEKARANG MASIH EMOSI…. Padahal gue udah ada rencana pinjemin tuh orang buku lain yang useful banget, tapi gara-gara responnya kemungkinan besar gue bakal berhenti deh ngebahas masalah buku bagus dan berhenti untuk berusaha akrab sama tuh orang.. *gak ngerti niat baik banget*
Padahal kalo lo semua mau tau, gue itu bukan tipikal orang yang rela membiarkan buku gue dipinjem sama orang dan gue juga bukan tipikal orang yang akan dengan sangat mudah memberikan buku gue ke orang lain. Itu hanya gue lakukan ke orang-orang tertentu aja. Bahkan gue inget banget waktu SMP gue semangat banget jelasin buku 5cm ke Nia, tapi gue nggak kasih dia pinjem buku itu. Sampe akhirnya pas duduk di bangku SMK gue nanya apa dia udah baca buku 5cm atau belom dan dia balas “udah, pinjem sama annisa, gue kan mau pinjem sama lo waktu SMP nggak di kasih” seketika gue inget percakapan gue sama nia dijalan sepulang sekolah waktu SMP dulu, waktu itu nia berniat minjem buku 5cm yang gue ceritain namun dengan berbagai alasan gue nggak meminjamkan buku itu. karena bagi gue, buku adalah hal yang nggak boleh orang lain minjem kecuali orang-orang tertentu, apalagi waktu itu gue sama nia nggak akrab.

Dan waktu SMK dulu, gue inget banget pernah tukeran buku sama adek kelas yang suka baca novel juga. gue lupa namanya. Sebenernya gue nggak begitu akrab sama dia, tapi karena gue nyaman sama dia (karena ngerasa nyambung ngebahas buku2) alhasil pas gue lulus, gue kasih dia kenang-kenangan salah satu buku terbaik yang gue punya dengan harapan dia suka sama buku itu. Dia seneng banget dikasih buku itu. dan itu udah lebih dari cukup.
Waktu SMK juga gue pernah sampe nggak bisa tenang lantaran buku gue ketinggalan di kelas, sadar buku gue ketinggalan akhirnya di dalem angkot gue telpon lita untuk minta tolong ambilin buku gue di kolong meja. Terus nggak lama, lita bilang kalo buku gue nggak ada, mereka udah nyari ke semua kolong meja. Gue syok. Gue speechless. Itu buku kesayangan gue. Finally, gue sempet ngomel-ngomel ke adek kelas siang yang nempatin kelas gue karena gue mengira buku gue di ambil sama salah satu dari mereka. Tapi, setelah gue pikir-pikir lagi kemungkinannya nggak banget, soalnya anak-anak bandel kayak mereka mana mungkin baca buku renungan yang kata-katanya puitis dan berat gila. setelah beberapa hari berlalu, nia ngaku kalau dia sama lita yang ngumpetin buku gue-_- Nia, Lita, yang kamu lakuin ke saya itu BEJAAAATTTTT JAHAAAAAAAATTTTTTTTTTTTTTTTTTT!!!!!!!!!!!!

Nah, jadi bisa disimpulin kalau gue itu nggak bisa ngasih pinjem buku gue ke sembarang orang, bahkan dengan sepupu gue aja gue tagihin terus sampe dia kepusingan dan di balikin. Sementara orang ini gue kasih dia kesempatan untuk minjem buku gue dan akan dengan sangat senang hatinya gue pinjemin buku-buku yang lain yang belum sempet gue kasih tahu. tapi tanggapannya kemarin cukup buat gue berpikir bahkan untuk nggak berkomunikasi lagi sama dia, entahlah. Kayaknya gue salah deh sempat kagum sama dia *ketawa getir* atau gue yang terlalu berharap kalau orang-orang yang gue temui punya minat yang sama akan suatu hal, yang ternyata gue salah besar.
Yaudahlah, seenggaknya orang ini kasih gue pelajaran baru 😃