Thursday, August 27, 2020

Udah KENAL belum???? (Bu Tejo Ghibah Malem-malem)

Belakangan gue mengerti bahwa, kita belum tentu mengenal orang yang kita nikahin sampai kita tinggal bareng. Bahkan menyakitkannya saat kita nikah pun itu nggak menjamin kalau kita benar-benar mengenal pasangan kita sampe akhirnya satu diantara kita ninggalin pasangannya demi orang lain (gue pake kata KITA biar lebih enak ya🤣). Sering nggak sih denger hal-hal semacam itu? Eh tapi jangan salah sangka, gue nulis ini lantaran keingetan sama dialog dari buku yang beberapa bulan lalu gue baca, The Little Paris Bookshop. Dalam buku itu ada bagian dimana pengurus apartemen tempat Jean Perdu tinggal menceritakan tentang tetangga baru mereka, seorang perempuan yang ditendang dari tempat tinggalnya sendiri oleh suami yang dinikahinya, dan entah si pengurus atau penghuni lain apartemen bilang gini kita tidak akan pernah mengenal suami kita sampai dia menendangmu dari rumah, yah begitulah kira-kira. Yang mana itu berarti bahwa menikahpun nggak menjamin kita mengenal baik pasangan kita. Nggak menjamin mereka sepenuhnya terbuka. Nggak menjamin bahwa kita nggak akan merasakan apa yang dirasakan Catherine (si penghuni baru apartemen) yang ditendang dari kehiduapannya sendiri oleh suami yang di nikahinya selama 20 tahun lebih.

Nah, malah karena alasan 'untuk saling mengenal' salah seorang temen pernah nanya dengan seriusnya mengenai mengapa Indonesia nggak melegalkan tinggal serumah dengan pasangan sebelum nikah, pertanyaan yang sontak dapet tanggapan super riuh di grup. Dia memberikan alasan bahwa dia kepingin tinggal serumah dulu sama pacarnya sebelum mutusin buat nikah, seenggaknya dia mau tahu apakah ada yang berubah kalau mereka ketemu tiap hari sebagai pasangan serumah, apakah dengan begitu pasangannya bakal lebih terbuka, apakah mereka bakal lebih mengenal satu sama lain, apakah orang yang dia pacarin saat ini udah tepat, apakah...apakah...apakah lain yang dia kemukakan. Dan, yeah, masuk akal juga sih alasannya, tapi masuk akal bukan berarti bisa di aplikasikan dalam kehidupan nyata, terlebih saat RUU KUHP jelas membuat pasal mengenai zina dan hukuman bui 6 bulan didalamnya dengan denda maksimal 10jt, yang entah bertujuan untuk apa? Yang entah untuk memberi efek jera atau apa wkwkwkwkk. Dan mengenai Pasal ini bener-bener berjalan apa nggak, ya nggak tahu juga kan? Apalagi menariknya nih, selama kepala desa atau orang-orang didalamnya cuek-cuek aja nggak apa-apa juga sih (sepertinya) karena hal ini berlaku cuma kalau ada aduan baik dari orangtua/suami/istri/anak/kepala desa, jadi kalau selama nggak ada aduan ya terserah anda yang mau mempraktekkan😁

"Kalau dikita jatuhnya kumpul kebo itu, dan memang nggak di terima gitu aja"

"Boleh sih kalau nggak ketahuan, hak lo itu"

"Bisa aja sih sebenernya, selama lingkungan lo cuek ya oke-oke aja. Tapi kalau enggak siap-siap di gerebek dan di arak keliling kampung"

Percakapan selesai. Sepenuhnya tanpa penyelesaian.

Well, indonesia emang belum bisa seterbuka itu sih. Tapi faktanya di beberapa tempat dan bahkan kota besar orang cuek-cuek aja, malah gue tahu orang yang kumpul kebo ampe puluhan tahun🤐 , lah itu kok bisa? Pasti lo mau bilang gitu kan? Ya, baca yang gue tulis di atas, selama lingkungan tempat tinggal cuek-cuek aja ya woles, selama nggak ada aduan ya nggak apa-apa. Itu hidupmu. Itu hakmu. Ye kan? Intinya sih ya, selama lo masih di indonesia ya ikuti budaya yang berlaku di indonesia, tapi kalau mau coba juga nggak apa-apa kan konsekunsi di tanggung sendiri😂

Nah balik lagi ke atas, tentamg mengenal pasangan. Pertanyaan gue sekarang, apakah kalian saat ini sudah cukup mengenal pasangan kalian? Apakah selama ini wajah yang ditampilkan di depan kalian itu benar-benar wajah dia yang sebenernyai? Wajah yang sama yang dia tunjukkan ke teman-teman atau keluarga? Atau wajah yang cuma di set buat kalian seorang? Karena gini lho, berdasarkan informasi yang entah gue baca dimana, menunjukkan bahwa manusia itu punya 3 wajah : Wajah yang pertama adalah wajah yang ditunjukannya pada dunia / orang-orang diluar (ini adalah wajah yang ditampilkan dilingkungan, pokoknya wajah yang lo set agar diterima masyarakat). Sementara wajah kedua adalah wajah yang ditunjukannya pada orang-orang dekat seperti teman dekat dan keluarga (lo tahu lah pasti gimana), dan yang terakhir wajah yang ditunjukannya untuk dirinya sendiri (nah ini nih, pandangan gue ini adalah wajah yang cuma KITA sendiri yang tahu. Pernah nonton film Marriage Story? Inget nggak adegan dimana Mbak Scarlett Johansson nangis sesegukan didalam kamar? Padahal waktu di depan suaminya dia berusaha buat nggak nangis? nah itu lah wajah ketiga itu, wajah yang cuma diri kita yang tahu). Kalau kata teori dalam ilmu komunikasi tuh mungkin ini tuh teori kulit bawang / teori penetrasi, Maksudnya saat lo buka kulit terluar bawang kan bakal ada kulit-kulit lain di dalamnya. Nah seperti itulah manusia, lo nggak akan bisa melihat itu dari luarnya aja :)

Jadi pertanyaannya apakah wajah yang kalian kenal itu adalah wajah yang dia pake di depan orang-orang tercintanya juga? Oke, biarlah dirimu bertanya-tanya sekarang🤣

Gue jadi inget percakapan gue beberapa waktu lalu sama seseorang yang nelepon gue malem-malem cuma buat nanya pendapat gue tentamg 2 orang yang tengah deket sama dia. Hal ini Karena salah satu dari mereka mau serius  dan malah udah kepingin di lamar... Dan mungkin diajak nikah🙄. Tiba-tiba gue heboh sendiri dong. Beginilah reaksi gue pada saat itu :

"Huh???? Cewek macem apa yang baru kenal beberapa bulan dan baru ketemu sekali udah minta di lamar??????"

Gue syokkkkkkkkkkkkkk. Apalagi dengan fakta bahwa mereka berdua kenal dari aplikasi gem, tau HUGO apa HAGO gitu? *Lupa* Mereka ketemu dari situ. Main gem bareng, tukeran no hape, terus chat lewat WA. JADIAN. Lalu anggaplah mereka LDRan. Dan kemudian Si Siti ini minta serius. Bayangin!!!!!!!!!!!!!!! Padahal pada saat itu mereka baru ketemu satu kali! astagfirullahaladzim. Sampe istighfar gue conggggggggggggg. Sebagai cewek gue langsung merasa...... Kok bisa ya????????? Jujur!! gue sampe menasihati temen gue gegara dia curhat begini... Gue emang bukan orang baik, bukan orang sempurna *Apasih ni* tapi gue berusaha untuk memberikan pengertian bahwa nikah ini bukan main papah mamahan kayak jaman kita masih kecil, bukan main rumah-rumahan dalam tenda di dalam rumah yang habis selesai ya udah, nikah ini serius..... Guw bahkan sampe ngomong gini lho 

"Wajar lah lo ngira dia baik, lo sama dia itu masih nutupin kekurangan lo masing-masing, lo berdua masih pake topeng..."

"Cari istri yang baik, yang sayang sama orangtua lo...."

Tapi yah, temen gue lagi jatuh cinta, jadi mau gue bilang abcdz juga nggak bakal di denger :) Jadi yasudahlah!

*tarik nafas dalam* dan yeah, mereka katanya bakal nikah tahun depan setelah sebelumnya bilang tahun ini... Selamat ya kalian (nggak bisa nahan tawa) semoga kalian saling mengenal satu sama lain dengan baik, terbuka, dan menjadi panutan😌

"Makannya lo download HAGO Ni, siapa tahu dapet pacar"

"Aduh bapak, terima kasih sarannya" dalam hati mending gue banting hape gue dari pada download begituan😤😤

Sebenernya nih ya, gue itu kagum sama temen-temen gue yang dengan mantapnya memutuskan buat nikah (terutama buat temen-temen gue yang umurnya nggak jauh dari gue (kita nggak bicarain mereka yang usianya diantara 27 ke atas)), kagum karena mereka siap untuk.., terikat. Jujur nih yah, menurut gue keputusan buat nikah itu adalah hal besar dalam hidup. Besar banget malah. Pokoknya lebih besar lah dari pada pulau Jawa. Butuh keseriusan. Konsistensi (untuk bisa sayang sama orang yang sama seumur hidup), kesabaran, terus harus bisa menerima orang lain dan berbagai banyak hal sama mereka, menerima kekurangan maupun kelebihannya, apalagi ya? *Mikir* pokoknya hal-hal macam itu. Siapkah? Dan yeah, kalau sudah begitu mereka juga harus siap menyatukan dua pemikiran jadi satu, mendiskusikan segala sesuatu bareng-bareng, dan mereka udah harus sadar bahwa nggak bisa lagi asal beli barang kesukaan tanpa mikirin keuangan di rumah, mikirin buat nabung, cari-cari asuransi pendidikan/kesehatan, bahkan nih ya, sebelum mutusin nikah pun mereka sebenernya udah harus tahu bakal tinggal dimana? Apakah bakal tinggal sama orangtua? Atau ngontrak? Cicil rumah di pinggir kota? Atau satu diantara mereka udah punya rumah untuk ditinggali? Bagus kalau memang mereka punya keuangan yang baik, orangtua yang mendukung dengan beliin rumah sebagai hadiah pernikahan sehingga setelah resepsi tinggal cabut ke rumah sendiri. Tapi toh salah seorang temen (karena waktu kecil kita sering main bareng) tetep milih tinggal bareng ortu meski sudah dikasih rumah, bahkan dengeri-denger apa-apa masih disiapin sama ortu dari makan sampe pakaian. Jadi, pasangannya lebih mirip anak angkat yang ikut diurusin sama emaknya, dan pernikahannya lebih mirip main-mainan dalam tenda di dalam rumah. Apakah bisa begitu? Bisa! Temen gue😬 Tapi, yakin mau kayak gitu? *mulai kayak Bu Tejo wkwkwk*

Nah, ada juga yang lebih parah dari sekedar itu, yang setelah nikah dan dikasih keturunan ternyata belum benar-benar siap jadi orangtua. Yang masih suka senang-senang, bapak emak sibuk mainin hp anaknya lagi main comberan bareng gue *lhoooooo?*, yang suka main pukul anak karena nggak sabaran, yang merasa tugasnya paling banyak di rumah dan nggak dapet perhatian, iri sama yang single karena banyak waktu buat jalan-jalan keluar kota sementara dia cuma ibu rumah tangga yang sibuk cek sosial media dan ghibahin orang di dalamnya, terus habis itu yang paling parah jadi sering ngeluarin statement goblok dan merasa diri paling bener (maap agak emosi di bagian ini), nah yang terakhir ini nih salah satu alasan kenapa banyak oknum-oknum penyebar hoax di sosmed hahahahahaha.

Jujur dari hati terdalam, gue lebih kagum sama orang-orang yang *mikir keras* apa ya? Punya pemkirian lain, punya prioritas lain, atau pandangan terhadap masa depan yang apa ya? *Masih mikir* oke gampangnya gini deh : orang itu punya karir baik, ditunjang pendidikan yang juga baik, tapi masih mikir "belum kepikiran sih buat nikah, masih kepingin lanjut kuliah lagi" atau "Aduh... Masih belum mikirin. Masih jauh kayaknya mikirin begitu-begituan, lagian belum siap jugak" "mimpi gue masih banyak Ni, buat pacaran aja gue masih belum kepikiran wkwkwk, masih pingin ngembangin karir, perbanyak relasi." Bahkan nih, entah kenapa gue aja sampe kagum gitu sama orang-orang yang udah punya pendidikan yang sangat baik tapi masih mikirin buat belajar lagi, contohnya salah satu orang yang gue kagumi, belakangan gue baca entah dimana dia bilang lagi persiapan untuk lanjut S3, setelah beberapa tahun lalu kuliah S2 dengan ambil 2 jurusan😱 keren nggak sih?

Tapi ya balik lagi sih, tiap orang itu kan Prefensinya nggak sama. Jadi, tugas kita tuh ya menghormati apapun pilihan orang, jangan main menghakimi kalau si A itu salah, B yang bener, nikah muda itu nggak baik yang bener itu nikah di atas usia sekian, nggak gitu! Yang penting sih ya tadi, lo kudu, harus, mesti, wajib, KENAL sama orang yang lo pilih... Karena apa???????? Jangan sampe diri kalian bernasib seperti Catherine yang di tendang dari kehidupannya sendiri oleh suami yang sudah dia dampingi selama lebih dari 20 tahun. Ingat, manusia itu punya 3 wajah!!!