Wednesday, February 1, 2017

CINTA BUTA ATAU DIPAKSA BUTA?

Ini adalah sebuah perjalanan spiritual (njiiiiir) gue dengan beberapa orang yang berakhir dengan percakapan menarik penuh inspirasi yang pada akhirnya melahirkan sebuah rasa ingin menulis yang super besar (gue nulis gak pake koma). Nah, yang pertama ini gue rangkum dari percakapan gue dengan sepupu yang absurd tapi kadang-kadang sebijak Mario Teguh, semua bermula dari sebuah perjalanan kita ke gunung. Diperjalanan menuju pulang, gue sama dia cerita panjang tentang pekerjaan lantas bagaimana ceritanya sampai tahap kita membahas masalah hati (omagah), gue nggak bisa berkata-kata lagi ketika dia membahas masalah H-A-T-I karena katanya itu adalah bagian yang udah berat pake banget karet 2 pedes (heh?).
Ditengah jalan yang mendung itu gue membuka dengan sebuah pertanyaan “lo pernah jenuh sama pekerjaan lo?”
Dan dari pertanyaan itu, keluarlah setiap uneg-unegnya tentang pekerjaannya, bagaimana setiap orang yang bekerja akan merasa jenuh dengan apa yang mereka jalani. Apalagi kalau pekerjaan itu selalu mereka lakukan berulang kali, monoton, sama, selalu seperti itu, sistematis, terstruktur, whatever you say, pokoknya gituuuuuuu. Katanya, dia sudah jenuh dengan pekerjaannya dan pernah terpikir untuk melakukan hal yang gue lakukan tapi urung lantaran dia nyaman dengan teman-teman disana, jika ada yang membuat dia bertahan sampai saat ini berada disana alasannya 1 , teman-temannya udah baik banget.
Sementara gue, selama 1 tahun bekerja gak pernah merasa bahwa, gue nyaman dengan lingkungan disana. Teman-teman? Biasa aja, bahkan parahnya gue gak pernah sekalipun rindu dengan mereka. Gue benar-benar mengamati mereka ketika 1 minggu sebelum resign, ketika briefing atau ada kesempatan untuk ngobrol “apa oneday gue bakal kangen sama mereka?” yang sampai sekarang ternyata “BELUM” entah, kenapa gue seperti ini? Karena bagi gue, mereka hanya teman kerja, bukan teman yang kita keluar bareng atau kemana-mana bareng, yang mungkin ketika seharipun nggak ketemu gue akan kangen sekangen-kangennya. Ini adalah sebuah bentuk ketidak pedulian gue, tapi diluar ini gue bangga pernah berada diantara mereka, karena mereka baik J
Gue inget, kemarin bagas bilang kalau kita mau kerja itu harus pake hati, kita harus cinta sama pekerjaan yang kita jalani. Sementara dia gak pernah liat itu di gue, katanya “dari dulu lo tuh maunya kerja di tivi bahkan sampe sekarang juga masih tetep sama, Semuanya yang lo lakuin disana Cuma dengan tujuan lo bakal kerja di tivi, makanya lo kerjanya nggak pake hati, just nyari duit doang disana. Karena pikiran lo masih tetep sama, KERJA DI TIVI. Itu kan cita-cita lo”
Kalo jujur, yak emang bener kata dia. Semua hal gue lakuin Cuma dengan satu alasan, bisa kerja di Tv. Gue gak pernah bekerja dengan heart full of love selama disana.
Hal ini juga pernah ditanya sama temen gue, Nia, “lo pernah sampe closing banyak karena lo cinta sama pekerjaan lo atau gimana?”
Jawaban gue “apa gue pernah cerita sama lo kalau gue cinta sama pekerjaan gue?
“nggak pernah” dia
“semuanya gue lakukan karena sebuah kebutuhan” selesai sudah percakapan dengannya.

Gue masih bebincang dengan bagas, tapi kali ini dengan topic yang berbeda. entah gimana gue mulai percakapan ini sama dia tapi seinget gue, gue nanya gini kedia “kalau ada cewek/cowok pacaran sama orang yang udah berkeluarga apa pandangan lo?”
“yak enggak apa-apa, bebas. Ditempat kerja gue ada tuh kayak gitu. Mereka emang udah punya pasangan, tapi kan kalau ditempat kerja atau berada diluar itu udah lain cerita”
“gilaaaakkkkk lo!!!”
“eh, itu yang disebut cinta buta”
Gue langsung ketawa ngakak, nih anak satu belum pernah pacaran (sama kayak gue) bisa-bisanya ngebahas masalah cinta buta.
“eh oncom itu namanya bukan cinta buta, kalau cinta buta itu mereka sama-sama sendiri. tapi kalau cinta sama suami orang atau istri orang itu namanya cinta yang dipaksa untuk buta”
Hening. Nggak ada yang bisa dibahas lagi. Bagas skak mat sama pernyataan gue.
Kita berhenti membahas itu untuk sejenak, karena kita berhenti sebentar untuk makan di warung bakso. Ditengah makan, nggak ada yang kita bahas tentang orang kedua atau pekerjaan, kita justru sibuk berhahahihi bareng. Sambil dalam hati nyumpahin si abang tukang bakso lantaran kita nggak di tawarin minum, sementara sepasang muda-mudi dibelakang kita bertiga malah ditawarin minum-_-
Padahal, kita kan mau diperhatiin jugakkkkkkkkkkkkkkk *siap-siap ambil golok*
Selesai makan, kita langsung lanjut lagi, ditengah jalan ban motor yang dibawa yogi kurang angin, sambil nunggu dia tambah angin gue langsung memulai percakapan lagi sama bagas, masih melanjutkan pembahasan yang kedua tapi gue memulainya dengan percakapan yang lain.
“tipikal cewek lo kayak gimana?” gue
“dewasa dan bisa ngertiin, terus nggak malu-maluin kalo diajak kondangan”
“janda termasuk dong?” gue ngakak
“eh, kalau udah menyangkut hati, kita udah nggak peduli lagi sama yang namanya status. Hati itu udah berat men!! Ini masalah hati”
“oh, pantesan selama ini lo ngejar-ngejar guru PKN, karena lo suka yang lebih dewasa ckckckck”
“eh, gue itu sama dia Cuma kagum doang, nggak lebih dari itu. sama kayak lo ke miss nunung, Cuma kagum”
“masaaaaakkkkk? Emang beda kagum sama “sesuatu” yang dari hati”
“yak beda lah!!”
“kasih gue contoh konkret”
“nggak bisa, karena semua yang dari hati itu sulit untuk dijelaskan”
“sekarang gue tanya, kalau laki-laki or perempuan suka sama istri atau suami orang apakah itu datang dari hati? Apakah itu yang namanya cinta buta” gue mulai mencecar dia dengan pertanyaan yang biasanya gue perdebatkan dengan seseorang.
Dan jawaban yang mengejutkanpun keluar dari mulut orang yang mengakunya cerdas dan bijak ini, berikut jawabannya akan gue underline + bold.
“itu namanya cinta yang salah, karena walau bagaimanapun akan ada hati yang tersakiti” gue udah nahan ketawa waktu nih anak ngomong gitu, untung gue pake masker jadi gak keliatan kalau gue lagi cengar-cengir denger omongannya hahahah “kalau itu terjadi bukan sama orang yang sudah berkeluarga, maksud janda sama orang yang belum menikah or sama duda gak masalah karena ketika mereka menikah tentu gak Cuma mereka aja yang bahagia, coba hitung, ada anak dan tentu keluarga mereka yang ikut bahagia. Tapi kalau itu terjadi contoh, janda tadi menikah sama suami orang, nah, bisa lo bayangin ada berapa orang yang bakal kecewa. Anak yang mungkin akan pindah status, kalau ternyata ortunya bakal berakhir bercerai dan anak janda tadi, kalau ternyata bokap tirinya gak sayang. Who knows meeeennnnnn!!!!! Mending sama gue aja deh”
“berarti kalau sampe terjadi, itu termasuk cinta buta yang dipaksakan yah…? wah menarik yah, ternyata lo bisa jugak diajak membahas hal-hal kayak gini… nah terus gimana?”
“yah mendingan gak usah dijalanin, cari aja yang masih sendiri atau mau menerima dia apa adanya bukan karena ada apa-apanya dan yang bisa menerima dia apa adanya ini bukan seseorang yang dipanggil papa atau mama sama orang yang menunggu dirumah”
“wuiiiiiiiiiiiiiiiiiihhhhhh kereeeeennnnnnnnnn” sumpah gue takjub… ternyata dia kalau diajak ngebahas kayak ginian lumayan juga, jangan-jangan ini efek karena gue mancingnya lumayan, soalnya nih anak kalau diajak ngomong hal-hal yang kesini dia pasti bakalan “apaan sih lo gak jelas” tapi kali ini BOOOOOOOOOOMMMMMMMMMMMMMM….

Sebenarnya percakapan sama dia gak Cuma sampe disitu, karena pas kita sampe rumah pun kita masih cerita tentang banyak hal, tentang masa depan dan masih banyak cerita kocak lain, tapi karena gue males untuk ngebahas semua jadi yang gue publish Cuma sampe permasalahan ini, karena kan lo tau cerpen yang biasanya gue angkat gak jauh dari percakapan gue tadi.
Pernah ada yang tanya “kok cerita-cerita yang lo kasih tahu gue semuanya tentang perceraian, cinta beda agama dan kisah-kisah yang berakhir sedih terus sih?”
“karena gue suka membahas hal itu, itu adalah hal yang sering terjadi dalam kehidupan kita. Bahkan sekalipun kita bersatu, one day akan ada saat dimana kita akan menemukan salah satu dari kita akan pergi lebih dahulu, itu kan termasuk ke tahap patah hati jugak”

No comments:

Post a Comment