Sunday, January 29, 2017

Naik..Naik ke Puncak Gunung


Siapa yang suka nonton Jejak Petualang di Trans7? Acara televisi paling keren versi gue yang dibawakan oleh sosok wanita pemberani nan tangguh.. demi apapun tiap kali gue nonton acara ini, gue selalu kagum sama presenternya.... ada gitu yak cewek super pemberani yang selalu siap jalan kemanapun, terlebih ketempat-tempat yang rutenya WOW banget. Dan you know, tiap kali gue nonton acara ini selalu ada keinginan di hati gue untuk jadi seorang petualang yang bisa pergi kemanapun, ke puncak gunung, ke pedalaman, ke daerah perbatasan dan masih banyak lagi. Tapi, sebagai seorang yang berkeinginan bisa menjelajah bebas seperti itu gue juga sadar bahwa hal itu gak didukung dengan sifat idealis gue yang seringkali muncul, maksud disini adalah terkadang ketika gue berangkat ke suatu tempat yang gak sesuai ekspektasi atau mungkin ketika gue merasa lelah dengan perjalanan itu, gue justru ngeluh dan alhasil malah bad mood. Jadinya, yak marah-marah. Hal ini pernah terjadi waktu gue ada trip sama temen-temen gue, karena gue gak menikmati petualangan itu alhasil sepanjang perjalanan gue justru malah ngambek (cewek banget yah hahahaha)
Nah, dari situ terkadang gue sadar, bisakah gue seperti itu?
Hal ini juga pernah gue saksikan dalam sebuah acara televise di salah satu stasiun tv, hampir sama seperti jejak petualang tapi kalau ini lebih kayak acara di trans 7 yang INDONESIAKU waktu di pandu mbak Miladia Rahma, jadi selain menggali informasi tentang kesenjangan social disini juga dilengkapi dengan kayak petualangannya gitu. Nah, pernah tuh, presenter acara tv yang gak gue sebutin dari tv mana itu gak setangguh yang di Jejak Petualang, karena suatu hal dia malah nangis dan mukanya bad mood gitu. Ada campuran antara gondok sama ketakutan dimukanya. Sebagai penonton yang gak cerdas-cerdas banget guepun merasa “kok gitu sih nih presenternya” dan tiba saat dimana gue merasa bahwa “menjadi presenter yang lebih sering berada dilapangan untuk tayangan documenter seperti ini harusnya siap dengan segala kondisi apapun, tapi melihat si mbak-mbak yang menangis itu gue merasa bahwa, cemen banget sih” gak ngaca banget gue, padahal gue juga sering banget bad mood gitu dan marah-marah gak jelas hahahahaha.

Kenapa gue bahas masalah itu?
Gini lho, tadi siang gue sama 2 temen idiot gue (padahal mereka pinter, tapi bohong J) melakukan perjalanan ke gunung. Kita berdalih ini kita lakukan untuk latihan fisik, olahraga gitulah karena kita jarang banget gerak hahahaha. kita pergi ke gunung itu dan naik keatasnya, kenapa gak gue sebut mendaki? Karena gue gak bisa menyebut itu sebagai sebuah pendakian alasannya, karena itu bukan gunung salak, gede pangrango atau sebagainya. Tapi gak apalah.
Gue ada sedikit cerita tentang perjalanan kesana, lo tau kan gue orangnya kayak gimana, yup suka menggampangkan sesuatu, nah itu terjadi tadi guys waktu gue mau pergi ke gunung, gue kesana dengan memaki sandal jepit. Yup, jepit!!!! alasannya, cuacanya cerah gak mungkin hujan vroh. Tapi, yang namanya alam kan kita gak ada yang pernah tau, tiba-tiba diperjalanan gue menuju ke gunung itu hujan turun dengan sangat derasnya, jalanan yang tadinya dihiasi debu-debu kini berubah dengan genangan air, sandal jepit gue yang indah sudah tidak berbentuk dan gue menyesali kebodohan itu.
Alhasil selama kita jalan keatas gunung gue terus mempertanyakan “apa diatas gak ada tempat cuci kaki?” (manja banget) yang dijawab temen gue dengan “NGGAK ADA”
Alhasil guepun pasrah dengan kebodohan itu, pokoknya masukan deh buat kalian, kalau mau kemana-mana itu segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan matang, jangan kayak gue-_- makai sandal boleh, tapi harus sesuai, jangan dipukul rata. Karena yang namanya sandal itu beda-beda fungsi dan manfaatnya…. CATET!!!!!!!!!!!

Sepanjang perjalanan menuju keatas gunung itu gue seneng banget, gue merasa bahwa “mungkin gini ya rasanya jadi pembawa acara Jejak Petualang? Capek tapi asyiiiikkkk” dan disitu gue terus ngoceh seolah-olah gue adalah pembawa acara, sementara 2 teman gue bertugas, sebagai pemandu dan satunya sebagai campers hahaha, gelooooooo.
Tapi ada satu hal yang gue dapet dari perjalanan naik gunung tadi, gue bisa tahu rasa capeknya naik gunung, tapi seneng pas udah ada diatas, meskipun agak sedikit kecewa karena yang ada dibayangan gue tentang gambaran gunungnya terlalu jauh, terlalu jauh dari ekspektasi maksudnya. Pokoknya susahlah diungkapkan dengan kata-kata-_- tapi gak apalah, ini baru permulaan. Semoga kedepannya, gue bisa beneran ikut mendaki gunung kayak yang sering dilakukan beberapa temen kampus gue.

Dan ini sebenernya ada korelasinya juga dari saran seorang teman :
“kita boleh serius tentang pendidikan kita, atau mungkin target yang ingin kita capai. Tapi, diluar itu kita juga perlu mengayakan diri dengan petualangan-petualangan menarik, yang bisa membuat kita berpikir dari sudut pandang berbeda. Lelah fikiran bisa diobati dengan berpetualang, gak harus jauh, yang terpenting kamu keluar dari rutinitas”

Jadi sekarang gimana nani?
Ya sekarang gue mau mengayakan diri gue dengan petualangan-petualangan menarik, gak harus mewah, biar sederhana tapi bisa membuka fikiran. Terlebih karena gue kepingin melatih diri gue sebelum jadi jurnalis hahahaha, biar suatu hari ketika gue ditugaskan kemanapun gue sudah siap dengan itu. tapi gue gak siap kalau diatas gunung itu banyak pemandangan orang-orang pacaran, kenapa? Seperti yang pernah gue bahas di postingan gue yang lain, gue jengah liat orang pacaran. Gue gak peduli itu cinta buta atau yang dipaksa buta, yang jelas kalian harus tahu dimana tempat untuk pacaran diaman tempat untuk menghilangkan kejenuhan (marah kan gue)
Lo tahu perasaan gue pas sampe diatas? Pas liat banyak orang pacaran? Gue speechless, niatnya bakal jadi fotografer untuk temen-temen malah buyar, gue gak konsen, jadi malu sendiri. sumpah demi apapun, itu nggak banget-_-

No comments:

Post a Comment