Monday, September 25, 2017

Cintailah Orangtuanya Seperti Kamu Mencintainya


Assalamualaikum gaes!!! Kabar sehat ya? Gue doakan kalian semua senantiasa di berikan kesehatan oleh Allah SWT, amiinnn!!

Kali ini gue akan sedikit mengangkat tentang tulisan gue beberapa waktu lalu, yang berjudul Mencintaimu Tanpa Titik, dalam tulisan gue yang itu, gue membahas tentang seseorang yang ingin memiliki pasangan yang bisa mengerti dia dan terlebih bisa sayang dengan keluarganya. Masih ingat? Coba cek dan baca lagi. Dalam tulisan itu gue menuliskan sedikit cerita tentangnya yang begitu mencintai keluarga hingga membuatnya menunda menikah demi mencari seseorang yang di harapkan (mencintainya dan keluarganya). Gue sejalan dengan dia (ciyeeeeeeeeeeeee), dan gue sangat suka dengan orang yang memiliki prinsip seperti itu, apalagi jika dalam hubungan rumah tangga “kita” bisa mempersatukan nggak hanya 2 hati yang saling mencinta melainkan 2 keluarga besar yang di penuhi rasa bahagia. Bisa lo bayangin betapa bahagianya rumah tangga lo kelak kalau itu terjadi dalam hidup lo? Bisa hidup rukun dengan mertua, kakak ipar adik ipar, saudara-saudara dekat maupun jauh dan terlebih nggak ada yang saling membicarakan satu sama lain dari belakang. Keren kan? Tapi kenyataannya? Semua tak selalu seperti itu, ada memang tapi sejauh ini gue belum menemukan, apalagi dalam kehidupan nyata versi gue hahahah. Yang ada dan seringkali gue temui adalah kisah-kisah mertua yang membicarakan menantunya, menantu membicarakan mertuanya, kakak ipar membicarakan adik iparnya maupun sebaliknya, dan dari pembicaraan itu gue bisa mendengarkan mertua yang selalu berusaha mengerti menantu (dari sudut pandangnya), menantu yang berusaha mengerti mertua (dari sudut pandangnya), kakak ipar yang selalu hitung-hitungan dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga (bagi yang masih tinggal seatap dengan keluarga dari suami (berdasarkan sudut pandang adik ipar)), sampai akhirnya tiba membicarakan ke masalah dapur.
Suatu waktu, ketika gue tengah liburan kerja dan tengah mager di rumah kumpulah para Mahmud tengah momong anak-anak mereka yang asyiiiik main di depan rumah gue. Gue orangnya nggak terlalu suka ngegosip dan jugak paling males untuk berada di keramaian, alhasil pas mereka tengah berkisah tentang mertua dan para saudara ipar, guepun berusaha untuk tak menggubris walaupun pada kenyataannya kuping gue nggak henti-hentinya menyimak. Dari percakapan yang mereka lakukan, gue bisa menarik kesimpulan bahwa salah satu Mahmud itu terganggu dengan kehadiran adik iparnya yang tengah menginap di rumah yang di tempati oleh ia, suami, beserta orangtua suaminya. Bahkan dalam beberapa kesempatan gue bisa melihat bahwa ia begitu tak suka dengan sang adik ipar dan sering membicarakannya di belakang, berkata inilah itu lah, serta membanding-bandingkan kasih sayang yang diberikan mertuanya untuk anaknya dan anak dari adik iparnya, sampeeee segitunya cuy. Yaampun!!!

Tapi itulah kenyataannya, gue aja sampe bingung dengan fenomena yang ada ini? apakah kelak ketika tiba menjadi menentu guepun akan melakukan hal yang sama? tidak suka dengan adik ipar atau kakak ipar, bahkan parahnya tidak suka dengan mertua hingga meski satu rumah tapi jarang tegur sapa? Apakah itu trendnya? Atau memang manusianya? Entahlah, tapi yang jelas, gue selalu kesal tiap kali mendengar siapapun yang membicarakan mertuanya di belakang. Bahkan gue pernah denger seorang menantu yang bilang “dia mah lebih sayang sama emaknya dari pada sama gue, iya gue tahu itu emaknya. Tapi kan gue istrinya” pas denger gitu rasanya kepingin gue sahutin aja “yang namanya suami surganya yak di kaki emaknya bukan di kaki istrinya” tapi toh gue diem aja dan justru terus nyimak pembicaraan mereka.
Dalam hidup ini gue menemukan bahwa ketika seseorang sudah berkeluarga maka yang menjadi prioritasnya bukan lagi kepada orangtua, melainkan rumah tangga yang kini mereka bina. Alhasil banyak kejadian bahwa anak akhirnya seolah lupa dengan orangtua mereka. Mereka sibuk mengurusi dapur mereka sendiri, tak peduli bagaimana perasaan orangtua terhadap mereka. dan kebanyakan dari kisah ini yaitu, suami yang begitu patuh terhadap kata-kata istri, mungkin ini sering terjadi. Parahnya, kalau seandainya ada suami takut dengan istri dan istrinya nggak suka dengan mertuanya alhasil yah gitulah, gue yakin kalian pasti faham.

Kenapa sih nani lo nulis ginian? Sok ngerti tauk nggak loh? Gini lho, beberapa waktu lalu gue mendengarkan cerita mama gue tentang seorang ibu yang nangis-nangis di depan mama gue lantaran kangen sama anak laki-laki satu-satunya yang dari habis lebaran idul fitri belum pernah berkunjung lagi kerumahnya buat sekedar say hello atau apa. Dia cerita betapa kangennya dia sama anaknya itu dan yang buat gue miris adalah, ibu dari tuh laki-laki memiliki keterbutuhan khusus yang buat dia nggak bisa bekerja dan Cuma diam di rumah dengan mengandalkan uang pemberian suaminya yang kata mama gue sehari paling ngasih 10rb atau 5rb, sumpahhhhhh!!!!!!!!! Gue dengernya sampe syokkkkkk!!! Dan yang buat gue syuper syok adalah, rumah tuh anak laki-lakinya nggak jauh meeeennnnnnn deket banget, pokoknya deket lah, orang masih satu desa kok Cuma beda kampung doang. Yang buat  miris, tuh anaknya kalau mau pulang atau pergi kerja ngelewatin gang rumah ibunya, soalnya hanya itu akses utama (terdekat) yang harus di lewatin untuk keluar menuju jalan raya. Tapi tuh anak nggak pernah datang ke rumah orangtuanya. Jujur demi apapun, sebegitu kuat kah pengaruh seorang istri? Atau sebegitu pentingkah keluarganya yang sekarang sampai bisa-bisanya ia melupakan seorang ibu yang nangis-nangis Karena kangen sama anak laki-laki yang bahkan selalu melewati gang menuju rumah ibu kandungnya? Gue sampe gereget loh denger cerita itu, apalagi harus liat mama gue manggilin tuh anak cowok waktu nggak sengaja ketemu dijalan Cuma buat bilang kalau mamanya kangen banget sama tuh anak.

“kenapa harus nyampein di jalan sih ma? Kan bisa ke rumahnya” kata gue sedikit sebal lantaran gue hampir nyusruk ngimbangin mama gue yang jingkat-jingkat di motor buat mangggilin tuh orang.

“nggak enak kalau nyampein di rumahnya, soalnya istrinya suka cemberut kalau dibilangin gitu” kata mama gue.

“lah, biarin aja. Justru harus di gituin biar dia merasa tersindir, kalau sayang sama anaknya harus sayang juga sama orangtuanya. Masa iya, mau orangtua dia aja yang di perhatiin, sementara orangtua suaminya kangen sama anaknya sampe nangis-nangis” kata gue kesal.

Kebetulan, gue sering lewat rumah anak tuh ibu-ibu yang curhat sama mama gue, gue sering liat tuh anak cowok main sama anaknya yang usianya kira-kira 2 tahun. Di gendong-gendong. Diajak jalan-jalan. Dimanjain lah pokoknya. Tapi gue bingung juga, bisa-bisanya seorang ayah sayang sama anaknya tapi di lain sisi nggak peduli sama orangtuanya. Aneh!!!
Seperti itulah, makanya orang yang paling gue kasihi pernah bilang “ketika saya menikah saya nggak mau Cuma saya yang bahagia dan mengabaikan perasaan keluarga saya” dalam arti bahwa, ketika dia berkeluarga kelak, dia nggak mau kalau setelah menikah ia hanya memikirikan tentang keluarga barunya dan melupakan keluarga yang sejak kecil telah bersamanya. Jadi, pemikiran seperti inilah yang seharusnya dimiliki oleh siapapun. Karena menikah itu bukan tentang elo dan suami lo, melainkan keluarga besar. Jangan egois, cobalah untuk sayang sama keluarga pasangan lo. Jangan Cuma keluarga lo aja yang mau dapet prioritas tapi usahakan keduanya. Sayangi orangtuanya seperti elo menyayangi anaknya. Karena, akan tiba waktu dimana elo termasuk gue, akan menjadi seorang mertua. Entah kapan ya hahahahahah.

Btw bebrapa waktu lalu gue sempet baca juga di google tentang hubungan menantu sama mertua, isinya disana tentang curhatan para menantu mengenai hubungan mereka dengan mertuanya. Sumpah!!! Gue bacanya senyum-senyum sendiri, soalnya isi curhatannya hampir semua pernah gue dengar dari para menantu yang sering  ngomongin mertuanya (hasil nguping) hahahahahaha. Tapi di google itu jauh lebih beragam tentunya, ada yang ngebahas masalah bagaimana ia kesal dengan suaminya yang selalu menomor satukan keluarganya daripada ia sebagai istri, tentang pendapatan suami yang kecil tapi mertua nggak mau tau, ada juga yang berkisah tentang mertua yang begitu menyayangi sang cucu sampai seolah-olah menjauhkan dia dari sang buah hatinya, beragam banget ya?

Intinya sih ya gaes, sayangilah mertua kalian seperti kalian menyayangi suami kalian. I know bahwa suami adalah orang yang kalian sangat cintai untuk saat ini, tapi walau bagaimanapun dia tetap menjadi seorang anak dari seorang wanita yang sejak kecil telah merawatnya hingga kini berada di pelukan kalian. Jangan jauhkan ia dari orangtuanya terlebih ibunya, karena walau bagaimanapun Surga seorang laki-laki tetap berada di telapak kaki sang ibu, tapi seorang wanita, ketika ia berbakti pada seorang suami, maka pintu surga akan terbuka dari berbagai arah untuknya.
Bukan bermaksud untuk menggurui terlebih karena gue juga belum berpengalaman perihal itu (pacar aja gak punya wkwkwkwk) hanya saja, gue selalu nggak suka denger pembicaraan menantu yang mengatakan ketidak sukaannya terhadap mertua. Lagian bisa-bisanya gitu suka sama anaknya tapi nggak suka sama orangtuanya, kan aneh! Soalnya setahu gue, anak itu gambaran dari orangtuanya jadi kalau lo sayang sama suami lo sebisa mungkin lo juga harus sayang sama orangtuanya, alasannya simple ; karena cowok yang kini begitu memahami diri lo seperti itu karena hasil didikan orangtuanya!!!
1 hal lagi, yaitu, lo harus bisa adil. Ngerti kan? Maksudnya, kalau lo biasanya tiap sebulan sekali kasih orangtua uang bulanan usahakan di sama ratakan, kalau kasih orangtua kalian 1jt maka kasih mertua juga dengan jumlah yang sama, kasih keponakan dari pihak lo 50rb maka keponakan suami lo di kasih juga dengan jumlah yang sama. soalnya, kan tiap bulan uang gaji suami biasanya di serahin ke istri semua (ini sih kata temen gue, soalnya gue mah belom nikah jadi nggak ngerti wkwkwkw) jadi otomatis kan pemasukannya jadi nambah wkwkwk. Iya nggak? Jangan Cuma urusin urusan pribadi aja, tapi orangtua juga penting broh, malah sih kalau bisa tiap beberapa bulan sekali ajak ortu + mertua keluar bareng, rame-rame gitu.


Saran aja yah. Soalnya gue juga belum ngerasain, insha allah saya mah adil… calonnya aja dulu calon wkwkwkwk… #bercanda #nggakserius #merried #menantu #mertua #pondokindahmertua #akumahbelumdulu #fair #bukanghibah #anakmama #sayangmama #inshaAllahsayangorangtuakamu

No comments:

Post a Comment