Sunday, June 9, 2019

Selamat Jalan (23/100)

Photo by Brett Sayles from Pexels
Mata yang tertutup itu sudah tidak akan lagi terbuka. Tidak akan pernah pula menghadirkan cerita atau turut andil dalam setiap obrolan menunggu senja sambil bersenda guru bersama tetangga di beranda rumahnya yang sederhana. Ia telah berjuang untuk hidupnya, dan sore itu perjuangannya usai sudah. Ia menutup mata untuk selamanya. Melempar duka untuk mereka yang mengenalnya. Duka yang akan terus di bawa hingga tahun-tahun setelahnya.

Mata yang tertutup itu telah mengukir banyak cerita. Banyak kisah. Banyak perjalanan. Pahit manis, asam garam, semua pernah ia rasa. Ia tahu rasanya menjadi orangtua. Menjadi mertua. Ia tahu rasanya memiliki cucu. Bahkan ia tahu pasti rasanya menjadi tua dan menyaksikan anak-anak nya tumbuh hingga berkeluarga. Ia tahu rasa itu. Ia punya kenangan itu. Kemewahan yang tidak semua orang dapat rasakan. Dan dia memiliknya.

Sesempurna itu hidupnya.

Wajah itu di tutup. Rapat. Menandakan akhir dari semua kisahnya. Sanak saudara yang menyaksikan berusaha untuk tak tersedu. Anak-cucu berusaha melihatnya dengan baik, mengingat wajah terakhir yang bisa mereka lihat, untuk akhirnya mengenang wajah itu. Membawanya di setiap hari. Di setiap waktu. Di setiap saat. Di setiap kesempatan. Tak peduli bahwa wajah itu telah lama berlalu bersama kapas yang menutup seluruh wajahnya dan kain putih yang memisahkannya dengan ia yang dulu.

Hal yang pasti telah datang padanya, dan... Selamat jalan... Penanda bahwa perjalanan panjangnya telah di mulai.

No comments:

Post a Comment