Wednesday, October 30, 2019

E-learning itu….

Photo by bruce mars from paxels

Hallo leute, wie gehts?

Ahhhhhhhhhhhhhhh, diriku baru sadar kalau elearning lagi libur, rasanya tuh kayak………. ALHAMDULILLAH YA ALLAH 😍 akhirnya, penderitaan itu diliburkan jugaaaakkkkkkk…

Jujur ya, e-learning buat gue itu semacam momok yang tidak menakutkan tapi cukup menyeramkan, karena efek samping yang ditimbulkan sangat merugikan mahasiswa seperti diriku ini karena itu bakal berimbas pada LULUS / TIDAK LULUSnya lo dalam matkul e-learning tersebut. Dan gue, termasuk orang yang, AH TUHAN, KENAPA SIH HARUS ADA ELEARNING???????????? KENAPAH?????????? AKUTUH MALES NGERJAIN ELEARNING. Oke plis, jangan pernah tiru gue dalam hal ini, jangannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn!!!! Kalau lo mau meniru orang, carilah orang yang baik, misal : Gue di 10 tahun kedepan. Insya Allah, sudah pantas untuk ditiru *jika lo semua cukup percaya 😎*

Karena begitu magernya gue sama e-learning, hal itu menjadikan gue termasuk dalam deretan mahasiswa yang mengerjakan e-learning di detik-detik penutupan e-learning, kayak misal deadline pengerjaan itu jam 12 malam, gue bakal ngerjain di jam 9 atau jam 10 malam di hari itu, padahal (kadang) 1 atau 2 hari setalah dosen posting forum gue itu udah cek, tapi selalu ada setan yang menghalangi malaikat baik yang ada dalam diri gue, sehingga hasilnya adalah… yaudahlah nanti aja. Yaudahlah besok aja. Yaudahlah nanti malem aja. Yaudahlah ketinggalan. Kampret kan?

Adakalanya gue itu lebih memilih untuk nonton youtube daripada ngerjain elearning, dengerin lagunya Melly Goeslow, dengerin puisi di AADC, atau bahkan nonton daily vlog orang-orang yang tinggal di luar negeri, parah kan gue? Parah, sumpah!!!!!!!!!! Bisa-bisanya gitu anak yang kayak gue ini punya cita-cita lanjut S2 di eropa, nggak habis pikir!!!!!!!!!!! Nggak habis pikir sama jalan pikirannya itu kemana? Mikirnya itu pake otak yang ada di dengkul mana? Ckckckk.

*lupakan*

Bicara masalah elearning gue berani taruhan kalau mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir kayak gue ini paling males ngerjain elearning, bahkan gue berani bertaruh kalau kebanyakan mahasiswa karyawan itu sebenernya merasa elearning itu seperti beban tambahan. Coba lo bayangin, di hari kerja yang membosankan lo masih harus dikejar-kejar untuk jawab soal / diskusi / menanggapi forum / mengerjakan quiz / buat video presentasi di forum / berpikir untuk isi forum, apapun itu…. Bete nggak sih? Belum lagi itu menjadi kewajiban selama lo kuliah. Bete? Banget!!!!!!!!!!!!!!!!! Gue bahkan benci banget sama yang namanya elearning, menurut gue elearning itu seperti godam yang sewaktu-waktu bakal menghancurkan kepala berkeping-keping. Parah sekali akutu wkwkwk.

Beberapa kali gue itu nguping mahasiswa pas lagi di perpus bicara masalah e-learning, kebanyakan dari mereka bilang “ih males banget masih ada elearning” “gue belum ngerjain elearning *nyebut matkul* mager banget” dan banyak hal lain. Gue sampe, OMAYGATTTTTTTTTTTTTTTTTT, TERNYATA BUKAN GUE DOANG YANG MAHASISWA KAMPRETTTTTTTTTTT Ternyata diluar sana banyak juga mahasiswa-mahasiswa yang kayak gue, wahhhhhhhhhhhhh, amannnnnnnnnnn *sekali lagi jangan ditiru*

Karena kemalesan gue mengerjakan elearning, seringnya gue itu ngerjain elearning di jam-jam menjelang penutupan elearning kan ya. Nah, kalau udah gitu biasanya gue bakal keteteran banget karena harus baca modul + mikir kira-kira kata-kata apa yang pas untuk menjawab forum. Biasanya di moment-moment seperti inilah gue bakal digelayuti perasaan bersalah. Disitulah saat-saat menyesal karena menyia-nyiakan waktu begitu terasa. Disitulah gue biasanya berusaha untuk memperbaiki semuanya. Dan disitulah biasanya gue bakal berjanji sama diri sendiri untuk nggak mengabaikan elearning. Untuk ngerjain tepat waktu. Untuk nggak mengulur-ngulur waktu. Untuk lebih bertanggung jawab. Untuk, pokoknya BERUBAH. Dari penyesalan yang gue sebutkan tadi JANJI itupun terdengar nggak muluk, tapi faktanya……………. Nggak pernah terealisasi. Kejadian sama terus terulang kembali. Janji-janji karet terus bertebaran. Dan gue pun sadar bahwa….., gue kayak politisi yang banyak mengumbar janji karet untuk menenangkan diri, heleeeeeeeeeeehhhhhhhhhhhhhhh. Dan, kalau udah gitu guepun bakal pake system, yaudahlah yang penting isi. Yang penting di absen. Yang penting….. lulus. Padahal sebenernya lulus aja nggak cukup broh!!! Percaya sama gue, kalau lo terus kayak gitu, lo nggak bakal dapet apa-apa dari kuliah selama 4 tahun. Lo Cuma jadi mahasiswa yang…. Pengetahuannya kurang kemana-mana. Kayak siapa ni? Kayak gue lah wkwkwkwk. Sekarang gini, gue ini kan anak broadcasting kan? Tapi coba lo Tanya gue, “nani, berita  yang lagi tranding minggu ini apa ya?” belum tentu gue bisa jawab pertanyaan segampang itu. Nggak usah jauh-jauh, Tanya deh temen-temen gue, paling yang ikuti perkembangan terbaru masalah gituan adalah anak-anak yang kerja di media, diluar itu jawabannya… Apa ya? Enggak tahu. Ini pengalaman sih sebenernya.

Lo nanya, emang penting buat tahu perkembangan berita?

Jawaban gue, gue juga sebenernya nggak tahu, tapi seenggaknya ketika lo baca berita lo bakal dapet tambahan informasi tentang hal-hal yang terjadi disekitar lo. Lo bakal tahu fenomena apa yang terjadi saat itu, lo bakal peka sama isu-isu social, lo bakal (setidaknya) tahu apa yang menjadi problema di sekitar lo, tahu perihal perkembangan-perkembangan yang terjadi di dunia otomotif, digital, ekonomi, politik, misalnya. Yak kan? Tapi saat lo nggak baca apa-apa, lo nggak tahu apa-apa, gimana bisa lo menjadi mahasiswa kritis? Bagaimana bisa lo tahu apa-apa yang mesti lo “pikirkan”. Kejadian ini terajdi sama gue di kelas riset, gue termasuk mahasiswa yang “gagal” karena untuk kelas riset ini judul proposal skripsi gue di tolak 4 kali sama dosen. Gue nggak bisa mengemukakan alasan atas setiap pemilihan judul. Gue nggak tahu saat di ajak bicara kritis. Gue bahkan nggak bisa mengemukakan pendapat gue saat dosen minta ganti judul, padahal menurut gue gini… menurut gue gitu…. Tapi karena gue jarang baca, gue jarang melihat fenomena social yang mestinya bisa diangkat, jadilah…….. gue tertinggal. Itu…… oke kita lupakan tentang ini, kita balik lagi ke ELEARNING.

Speaking about elarning, setiap dosen pasti menyertakan modul ketika e-learning, biasanya modul itu berkaitan erat dengan forum dan quiz… benar? Benar!!!!!!!!!!  Sudah pasti. Misalnya, saat kita membahas masalah Politik Citra, otomatis dosen akan melampirkan modul mengenai Politik Citra, saat yang di bahas tentang Politik Persepsi, otomatis modulnya pasti tentang itu. Nah, suatu ketika saat gue lagi scroll down jawaban di forum gue menemukan tanggapan temen gue yang bahasanya super, memikat. Nggak seperti jawaban kebanyakan temen gue yang hasil kopas dari google, jawaban dia enggak. Bahasa yang digunakan itu Bahasa sehari-hari, persis kayak gue lagi nulis gini. Contohnya relevan dan berdasarkan situasi saat ini. Jujur, gue nggak meragukan jawabannya. Pertama, karena nih anak suka banget baca. Kedua, gue pernah baca tanggapan dia di salah satu forum di kelas elearning yang pernah kita ambil bareng semester lalu, pada saat itu dia menjawab forum dosen dengan sangat baik bahkan langsung mendapat respon yang sangat keren dari ibu dosen, makanya gue enggak meragukan jawabannya. TAPI, karena gue di set cukup kepo jadilah jawaban itu gue copy dan gue paste dilaman pencarian GUGEL. Hasilnya…………… gue menemukan kata-kata yang sangat mirip bahkan identic dengan jawaban temen gue di…. KOMPASIANA. Ya Allah, ternyata anak ini kopas dari kompasiana πŸ™„πŸ™„ jadi selama ini gue ketipu dengan jawaban super cerdas itu?????

Karena kejadian itu gue sempet minta tanggapan dia perihal itu… gue bilang perihal kekaguman gue mengenai jawaban-jawabannya dan pada akhirnya pada fakta tentang gue yang menemukan bahwa jawaban itu nggak lain hasil kopas dari google….

“rajin banget sih lo”

“iya, soalnya dari semua jawaban, cuma jawaban lo yang di respon sama dosen”

“wkwkwkwk, gue malah nggak tahu kalau dosen respon… habis ngerjain yaudah…”

“lo kalau ngerjain forum atau quiz baca modulnya nggak?”

“enggak pernah…. Biasanya gue lihat awalnya aja, misal, yang di bahas tentang Politik Persepsi, nah udah… habis itu gue langsung cari aja di gugel, udah deh wkwkwk”

“Kan kalau sama *sebut nama dosen* itu dia bakal kasih jurnal, yang mana pertanyaannya itu semua ada di jurnal yang dia kasih, terus  gimana?”

“sama aja, gue kopas pertanyaannya terus gue paste di google, kalau udah kayak gitu bakal muncul kok yang sesuai sama apa yang dosen kasih, misal dari academia edu, dari jurnal-jurnal yang di publish or sebagainya, udah deh kopas, beres….”

Temen gue yang lain nanggapin “iya gue juga sekarang udah gitu, lagian sekarang tuh kita udah dimudahkan ngapain segala di ambil pusing, toh dosen juga nggak bakal mau repot-repot periksa jawaban kita satu-satu, karena mereka juga pekerjaannya banyak dan biasanya mereka itu udah ada jadwal untuk posting materi setiap minggunya yang udah di atur dari kampus – ”

Oh gituh toh, baru tahu halimah ternyata mereka seperti itu… kalau gue, selalu baca modulnya, malah waktu semester satu gue sampe baca berulang-ulang modulnya kalau nggak ngerti-ngerti wkwkwkwk.

Tapi gini, gue emang nggak terbiasa kayak gitu. kopas pernah? Pernah lah, biasanya kalau udah mepet-mepet banget baru kopas dan asal comot dari sumber yang ada di gugel, tapi kalau seandainya waktu gue luang pasti gue bakal menanggapinya dengan sepenuh hati…

Pernah suatu ketika gue itu lagi ngerjain salah satu elearning, kebiasaan gue itu kan biasanya setelah download modul dan baca pasti scroll down jawaban temen-temen gue kan. Nah pada saat itu gue menemukan suatu yang buat gue senyam-senyum dengan jawaban mereka…. Seriusan, parah banget…….. jadi, dosen itu bertanya tentang materi yang udah di posting di module, nah jawaban temen-temen gue sebenernya nggak ngaco Cuma……. MEREKA MALES BACAAAAAAAAAAA. Jadi, jawaban mereka semuanya samaaaaaaaaa. Dari temen gue yang pertama kali jawab sampe yang keberapa gitu SAMA PERSIS. Contohnya sama. Kata-katanya sama. Maksud gue, kalau ya memang kopas mbok ya baca-baca dulu gitu jawaban temen lo, jangan sampe ini sama semua gitu….. malah pernah gue nemuin salah seorang temen yang ambil jawaban dari gugel dimana jawabannya itu list gitu, jadi 1 2 3 4 5… nah, temen selanjutnya copas dari sumber yang sama dari bagian 6, 7, 8, 9, tapi lagi-lagi nggak pinter gitu, dia Cuma asal kopas tanpa edit nomornya, kan kocakkkkkk…. Gue sampe, yaampun parah banget…. Diluar itu ada juga hal yang buat gue sampe merasa, kok gini banget sih mahasiswa adalah ketika, dosen udah respon jawaban temen di atas dan sudah jelas tertera disana “mbak, jawabannya memang panjang lebar, tapi kok nggak mendekati pertanyaannya ya?” terus, temen-temennya jawab yang sama persis juga sama temennya yang dikomentari kayak gitu, pertanyaan gue???? Lo nggak baca tanggapan-tanggapan dosen apa? Lo nggak baca kalau temen lo yang jawab kayak gitu di komen begitu sama dosen??????

Tapi kadang ada juga dosen yang gini, “kok jawabannya sama yah sama yang sebelumnya” dan gue ngakak baca tanggapan itu, tapi ya mungkin yang jawab itu punya rumus pengerjaan e-learning mirip temen gue kayaknya HABIS NGERJAIN, CABUT!!!!!!!! Jadinya dia nggak berusaha memperbaiki itu atau ngerespon tanggapan dosen πŸ˜ͺπŸ˜ͺ

Itu sih.

E-learning itu sebenernya bikin mager, karena memang gue sendiri aja merasa seperti dikejar-kejar gitu. Meski sebenernya jawabannya itu mudah tapi rasanya itu berat banget buat meluangkan waktu 30 menit untuk focus sama satu e-learning. ibarat kata kayak salat aja, meskipun itu kewajiban tapi rasanya itu berat banget, buat salat tepat waktu aja susah malah kadang-kadang enggak ngerjain wkwkwk.

Jadi sebenernya kalau udah gini, gue juga nggak nyalahin mahasiswa atau dosen Cuma semestinya ada kebijakan baru yang buat mahasiswa aktif di forum, misal kayak kalau jawabannya nggak sesuai atau hasil kopas otomatis tidak di absen sama dosen, atau jawaban otomatis di tolak system wkwkwk. Kayaknya lucu deh. Mungkin sekarang lucu, tapi kalau udah bener ada kebijakan kayak gitu mungkin gue bakal merasa dicambuki sama kebijakan e-learning wkwkwkwk.

No comments:

Post a Comment