Thursday, December 29, 2016

Buka Bukumu, Baca dan Jangan Jadikan Itu Pajangan!!

Assalamualaikum teman, Alhamdulillah gue bisa kembali lagi setelah beberapa lama absen dari dunia persilatan ini, maklum sekarang daku sudah menyandang status manusia berdaya, maaf gue agak sombong, tapi itu merupakan cara terbaik pamer biar gak keliatan ria meskipun itu termasuk ria dan bahkan memang ria *jedotin kepala diaspal* 

oke, dalam satu minggu ini ada hal menarik yang gue lakukan dan ini dapat mengembalikan daya imajinasi gue terhadap apa-apa yang gue tangkap lewat sebuah tulisan super menghanyutkan. Yup, gue berhasil menyelesaikan membaca sebuah buku yang sudah sekian lama gue biarkan ia bersama tumpukkan buku lain yang bahkan masih terbungkus rapi oleh plastic, namun karena jadwal gue akhir-akhir ini yang Alhamdulillah gak begitu sibuk membuat gue akhirnya melirik buku berjudul “PEREMPUAN-PEREMPUAN TAK BERWAJAH” karangan penulis keren asal Italia, Francesca Marciano menjadi pilihan yang sangat tepat untuk menemani kejenuhan, dan dengan rasa gak percaya yang entah keluar dari mana, kini gue merasa sedih karena buku itu sudah selesai dibaca sampai ke halaman terakhir. 

Sumpaaaahhhhh, itu keren banget. Dan entah gimana ceritanya, gue merasa bahwa Francesca Marciano membuat gue jatuh cinta dengan dua tokoh utama dalam cerita tersebut, Imogen Glass (Jurnalis) dan Maria Galante (Fotografer), keduanya adalah perpaduan sifat yang menarik, antara Imo yang mudah bergaul dan Maria yang pemalu. Kadang kala gue merasa bahwa sifat yang ada dalam diri gue diwakili antara sosok Imo dan Maria, bagaimana terkadang gue bersikap terlalu memudahkan sesuatu seperti Imo yang gue sebut itu sebagai optimism super tinggi namun disisi lain gue juga merasa bahwa gue seperti Maria yang lebih senang diam dan melihat orang dengan mendengarkan dan memerhatikan tanpa harus, yah gitulah… sifat mereka membawa gue semakin hanyut dan ditambah dengan deskripsi sang penulis yang buat gue bener-bener merasa, oh God this is the best book I ever read so far!!

Pada awal cerita, Marciano menjelaskan dengan rinci sosok “Aku” yang tidak lain adalah Maria Galante, tentang kehidupannya dengan laki-laki bernama Carlo yang berakhir lantaran laki-laki tersebut ketahuan berselingkuh, hubungannya dengan agennya Pierre yang diam-diam ia taksir, dan bagaimana rutinitasnya setiap hari sebagai fotogrfer makanan. Agak sedikit membosankan memang, tapi dalam cerita ini benar-benar bisa buat kita merenung. Tentang persahabatannya dapet, perjuangannya juga iya dan terlebih bagaimana Marciano mengajak kita mengetahui seperti apa detail wilayah konflik. Ada hal bodoh yang perlu gue kasih tahu ke kalian wahai teman, dalam buku ini latar belakang tempatnya yaitu di Kabul yang notabenenya orang arab-arab gitu lah, tapi yang ada diimajinasi gue dan gak bisa lepas adalah, yang gue bayangin justru sosok wanita-wanita india *cukup nani!!!* mungkin sebagian orang akan kaget dengan imajinasi gue yang benar-benar melampaui batas, tapi setelah gue telaah lebih lanjut kenapa bisa yang keluar di bayangan gue orang-orang india ini karena… Pada waktu sekolah dulu, gue pernah baca buku tentang kehidupan wanita india yang dipaksa menikah di usia masih sangat muda, bahkan di bawah usia 17 tahun. buku itu merupakan kisah nyata dari sang penulis yang ia ceritakan secara rinci mulai dari kehidupannya yang berantakan, ayahnya yang kasar dan ia yang harus putus sekolah lantaran gak ada biaya. Yang semuanya berujung pada pernikahannya dengan laki-laki yang usianya diatas dirinya bahkan selisih usianya sangat jauh. Ketika dia berkeluargapun permasalahan gak otomatis berhenti, karena dia mendapatkan suami yang sangat kasar, tidak memperbolehkannya untuk bersosialisasi dengan tetangga dan parahnya beliau ini gak pernah dinafkahi.

Dan tadaaaaaaaaa, dalam buku “PEREMPUAN-PEREMPUAN TAK BERWAJAH” ini menceritakan perjalanan Imo dan Maria ke Kabul untuk mengangkat kisah mengenai angka bunuh diri terhadap wanita yang sangat tinggi di sana, yang penyebabnya yaitu wanita-wanita tersebut dipaksa menikah dengan laki-laki yang tidak mereka sukai dan bahkan usianya bisa 4 kali usia mereka, damn! Marciano mendeskripsikan ini dari berbagai macam sudut pandang yang akhirnya buat lo yang baca buku ini akan hanyut dengan setiap kata yang lo baca. Awalnya pasti, ya ampun ini cerita apaan sih? tapi, penulis yang baik akan membuat lo terus membaca meskipun itu terdengar konyol. Seenggaknya itu yang gue rasain, konyol disini bukan berarti ceritanya konyol melainkan sang pembaca itu konyol jika terus membacanya ditengah ketidak tahuannya tentang jalan cerita. Tapi itu akan terus dilakukan, jika sang penulis tahu bagaimana memperlakukan pembaca agar tetap hanyut.

Gimana? apa masih ada yang bilang kalau imajinasi gue melampaui batas? Enggak! Imajinasi gue bertumpu pada perempuan india lantaran gue merasa ada persamaan permasalahan yang diangkat dalam versi yang berbeda! Sebenernya, gue males buat riview buku ini soalnya ini terlalu berkesan buat gue, dan gue mau Cuma gue yang tahu tentang ceritanya *kebiasaan!!* tapi berhubung gue lagi berbaik hati asudahlah,

Selalu ada pelajaran yang bisa kita dapatkan dengan membaca, ya meskipun yang dibaca ini hanyalah sebuah Novel. Namun, novel apa yang kita baca menentukan bagaiamana kita. Entah sejak kapan gue merasa perbedaan dalam diri gue, seenggaknya gue merasa bahwa gue gak butuh novel yang jalan ceritanya, gitulah! Gue butuh novel yang didalamnya berisi tentang hal yang bisa membuka mata, meskipun itu fiksi.

Gue punya buku dengan judul “ALIEN ITU MEMILIHKU” ini novel yang diangkat dari kisah nyata tentang seorang perempuan bernama indah melati setiawan yang berjuang melawan penyakit kanker tulang yang dideritanya. Gue pernah pinjemi itu ke seorang teman, dan setelah sekian lama berselang gue menanyakan sama dia apa pendapatnya tentang buku itu? dan jawaban yang gue terima membuat gue syok berat sampe harus menarik nafas dalaaaaaaaaaaaaaaaaaammmm..
“gue gak suka bukunya, ngeri banget itu tentang kanker! Jadinya gue gak baca” dengan berbagai kekuatan gue yakinkan sama dia bahwa buku itu bagus dan dia harus baca, ada pemahaman tentang apa itu kanker tulang yang bakal dia tahu dan apa itu kemoterapi, tapi ah sudahlah! dia terlanjur menolak dan gak mau membacanya! Jadi, biarkan! Dia menjadi dirinya dengan pilihannya dan gue menjadi diri gue dengan pilihan gue.

Padahal teman, rugi lho kalau kita jarang baca! Karena buku akan membuka mata kita tentang hal-hal yang gak kita tau, buku akan mengajak kita mengelilingi dunia dari satu tempat dan bahkan akan menambah knowledge hanya dengan ketersediaan kita membaca lembar demi lembar sebuah halaman buku.

Kapan-kapan gue review secara mendetail yah untuk “PEREMPUAN-PEREMPUAN TAK BERWAJAH” sekaranag gue mau melakukan hal lain dulu..