Monday, July 24, 2017

Ber-monolog



Seperti apakah rupamu saat ini? Masihkah sama seperti dulu? Lugu dan selalu seperti itu… entahlah, nampaknya sudah tidak..
Kau yang dulu jelas bukan kau yang sekarang..
Meskipun pada kenyataannya kau masih yang dulu..
Tapi, tentu banyak yang berubah.
Setidaknya, kau kini sudah lebih gagah dengan kemeja yang selalu kau kenakan..
Ya, kemeja lengan panjang yang selalu kau gulung hingga ke siku itu ternyata berhasil membuat kau semakin terlihat lebih sempurna…
Setidaknya, kau tak lagi tampak lucu dengan seragam sekolahmu…

Hei, kapan terakhir kali kita bersua? Ya Tuhan, hampir 2 tahun yang lalu? Benarkah? Atau aku salah menghitung… ah, sial!! Benar. Kita memang bertemu 2 tahun yang lalu, aku ingat kata-katamu, sebenarnya hari itu kau harus bekerja, namun untuknya kau rela mengambil libur.. ah, andai saja ia tahu itu,. Tapi mungkin, sekarang ia sudah tahu tentang hal kecil namun begitu manis itu.

Andai saja aku seberani dirimu, mungkin aku tak perlu banyak membisu. setidaknya tidak ada waktu terbuang dalam diam, yang hanya diisi dengan deru kenalpot motor yang lalu lalang atau bahkan suara binatang malam yang sudah mulai mengisi sabtu malam itu.. kau tahu, malam itu adalah kali pertama aku dihadapkan dengan orang yang ku kagumi, setidaknya, aku pernah merasakan bagaimana rasanya berdua denganmu seraya terus berkisah tentang masa depan. Andai saja, Tuhan tak menghadirkan perasaan aneh itu, mungkin aku akan berdongeng panjang tentang mimpiku, sama seperti kau.. tapi, pada kenyataannya Tuhan menghadirkan rasa itu, bahkan lucunya, Ia membuat aku semakin menggila dengan menghadapkanku daripada kau…
Entahlah, aku memang berlebihan… ku harap kau mengerti itu…

Monday, July 17, 2017

Untuk Tuan

ada rindu diantara tumpukkan masa lalu, yang bersamanya hadir pula kenangan tentang dirimu. tak selalu yang menyenangkan memang, ada kalanya ingatan menghantarkanku pada saat dimana kata-katamu setajam belati yang siap menyayat hingga perih terasa tak berkesudahan. namun, rindu ini bukan tentang benci, rindu ini murni rasa yang tak sempat bermukim, yang karenanya ia berlarian mencari tuan yang telah menghadirkan rasa yang tak pernah usai. tuan yang sengaja ku tinggalkan sendirian, tuan yang sengaja ingin ku lupakan namun tak pernah tersampaikan, dan tuan yang kini bayangnya menemani malam-malamku menjelang tidur, yang bersamanya hadir kembali kenangan tentang rasa yang pernah tersimpan.

"goodbye doesn't mean forever.. let me tell you goodbye doesn't mean we'll never be together again"


jika bisa, seandainya bisa, aku ingin mencintaimu dengan sederhana namun dengan kasih sayang yang tak sesederhana kedengarannya, yang dengan kasih itu aku bisa membuatmu dapat tertawa lebar di tengah luka yang mereka lemparkan ke wajahmu, yang dengan kasih itu aku bisa membuatmu lebih hebat dari yang kau tahu.

Kita

from google

aku menata kembali harapan tentang rindu dan kamu. membiarkannya mengalir, bermetamorfosa tanpa mengemis dirimu. kembali bukan jalan untuk menapaki lagi rasa yang sempat kita miliki, pun merindu tak lagi dapat sembuhkan luka lama yang menyebar layaknya racun yang siap membunuh.
dan takut, ialah rasa terburuk ketika merindunya menjadi momok.
aku ingin lupa rasa yang masih tetap sama, ketika menantimu menjadi begitu berharga dan melihatmu begitu berarti.
jujur, aku tak tahu siapa kita kini, aku tak tahu.. mungkinkah ini kenang? mungkinkah ini sayang? atau satu dari bagian yang terbuang yang terdampar dalam kubangan kepahitan masa silam yang semakin legam saat masa lalu menyeruak masuk dan kenangan didalamnya menyelinap dari tiap lubang menganga yang ku biarkan terbuka.

ku buka kembali kisah tentang kita, ketika tanpa sengaja ku temukan goresan pena hitam yang berkisah :
kitalah kenang masa silam itu, yang ditinggalkan di pojok belakang ruang tanpa penerangan untuk sesekali di pandang. kitalah kecewa itu, yang berlari melintasi luka tanpa berusaha untuk mengobatinya terlebih dahulu. kitalah rasa itu, yang berkorban hati tanpa tahu apa yang kita korbankan atasnya. kitalah orang itu, yang mencintai tanpa kata, yang memeluk tanpa menyentuh, yang merindu dengan segenap hati tanpa tahu rasa apa yang kita miliki.

dan kitalah, yang berdiri di lain sisi dengan kenangan masa silam yang terus menghantui.