Monday, September 25, 2017

Cintailah Orangtuanya Seperti Kamu Mencintainya


Assalamualaikum gaes!!! Kabar sehat ya? Gue doakan kalian semua senantiasa di berikan kesehatan oleh Allah SWT, amiinnn!!

Kali ini gue akan sedikit mengangkat tentang tulisan gue beberapa waktu lalu, yang berjudul Mencintaimu Tanpa Titik, dalam tulisan gue yang itu, gue membahas tentang seseorang yang ingin memiliki pasangan yang bisa mengerti dia dan terlebih bisa sayang dengan keluarganya. Masih ingat? Coba cek dan baca lagi. Dalam tulisan itu gue menuliskan sedikit cerita tentangnya yang begitu mencintai keluarga hingga membuatnya menunda menikah demi mencari seseorang yang di harapkan (mencintainya dan keluarganya). Gue sejalan dengan dia (ciyeeeeeeeeeeeee), dan gue sangat suka dengan orang yang memiliki prinsip seperti itu, apalagi jika dalam hubungan rumah tangga “kita” bisa mempersatukan nggak hanya 2 hati yang saling mencinta melainkan 2 keluarga besar yang di penuhi rasa bahagia. Bisa lo bayangin betapa bahagianya rumah tangga lo kelak kalau itu terjadi dalam hidup lo? Bisa hidup rukun dengan mertua, kakak ipar adik ipar, saudara-saudara dekat maupun jauh dan terlebih nggak ada yang saling membicarakan satu sama lain dari belakang. Keren kan? Tapi kenyataannya? Semua tak selalu seperti itu, ada memang tapi sejauh ini gue belum menemukan, apalagi dalam kehidupan nyata versi gue hahahah. Yang ada dan seringkali gue temui adalah kisah-kisah mertua yang membicarakan menantunya, menantu membicarakan mertuanya, kakak ipar membicarakan adik iparnya maupun sebaliknya, dan dari pembicaraan itu gue bisa mendengarkan mertua yang selalu berusaha mengerti menantu (dari sudut pandangnya), menantu yang berusaha mengerti mertua (dari sudut pandangnya), kakak ipar yang selalu hitung-hitungan dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga (bagi yang masih tinggal seatap dengan keluarga dari suami (berdasarkan sudut pandang adik ipar)), sampai akhirnya tiba membicarakan ke masalah dapur.
Suatu waktu, ketika gue tengah liburan kerja dan tengah mager di rumah kumpulah para Mahmud tengah momong anak-anak mereka yang asyiiiik main di depan rumah gue. Gue orangnya nggak terlalu suka ngegosip dan jugak paling males untuk berada di keramaian, alhasil pas mereka tengah berkisah tentang mertua dan para saudara ipar, guepun berusaha untuk tak menggubris walaupun pada kenyataannya kuping gue nggak henti-hentinya menyimak. Dari percakapan yang mereka lakukan, gue bisa menarik kesimpulan bahwa salah satu Mahmud itu terganggu dengan kehadiran adik iparnya yang tengah menginap di rumah yang di tempati oleh ia, suami, beserta orangtua suaminya. Bahkan dalam beberapa kesempatan gue bisa melihat bahwa ia begitu tak suka dengan sang adik ipar dan sering membicarakannya di belakang, berkata inilah itu lah, serta membanding-bandingkan kasih sayang yang diberikan mertuanya untuk anaknya dan anak dari adik iparnya, sampeeee segitunya cuy. Yaampun!!!

Tapi itulah kenyataannya, gue aja sampe bingung dengan fenomena yang ada ini? apakah kelak ketika tiba menjadi menentu guepun akan melakukan hal yang sama? tidak suka dengan adik ipar atau kakak ipar, bahkan parahnya tidak suka dengan mertua hingga meski satu rumah tapi jarang tegur sapa? Apakah itu trendnya? Atau memang manusianya? Entahlah, tapi yang jelas, gue selalu kesal tiap kali mendengar siapapun yang membicarakan mertuanya di belakang. Bahkan gue pernah denger seorang menantu yang bilang “dia mah lebih sayang sama emaknya dari pada sama gue, iya gue tahu itu emaknya. Tapi kan gue istrinya” pas denger gitu rasanya kepingin gue sahutin aja “yang namanya suami surganya yak di kaki emaknya bukan di kaki istrinya” tapi toh gue diem aja dan justru terus nyimak pembicaraan mereka.
Dalam hidup ini gue menemukan bahwa ketika seseorang sudah berkeluarga maka yang menjadi prioritasnya bukan lagi kepada orangtua, melainkan rumah tangga yang kini mereka bina. Alhasil banyak kejadian bahwa anak akhirnya seolah lupa dengan orangtua mereka. Mereka sibuk mengurusi dapur mereka sendiri, tak peduli bagaimana perasaan orangtua terhadap mereka. dan kebanyakan dari kisah ini yaitu, suami yang begitu patuh terhadap kata-kata istri, mungkin ini sering terjadi. Parahnya, kalau seandainya ada suami takut dengan istri dan istrinya nggak suka dengan mertuanya alhasil yah gitulah, gue yakin kalian pasti faham.

Kenapa sih nani lo nulis ginian? Sok ngerti tauk nggak loh? Gini lho, beberapa waktu lalu gue mendengarkan cerita mama gue tentang seorang ibu yang nangis-nangis di depan mama gue lantaran kangen sama anak laki-laki satu-satunya yang dari habis lebaran idul fitri belum pernah berkunjung lagi kerumahnya buat sekedar say hello atau apa. Dia cerita betapa kangennya dia sama anaknya itu dan yang buat gue miris adalah, ibu dari tuh laki-laki memiliki keterbutuhan khusus yang buat dia nggak bisa bekerja dan Cuma diam di rumah dengan mengandalkan uang pemberian suaminya yang kata mama gue sehari paling ngasih 10rb atau 5rb, sumpahhhhhh!!!!!!!!! Gue dengernya sampe syokkkkkk!!! Dan yang buat gue syuper syok adalah, rumah tuh anak laki-lakinya nggak jauh meeeennnnnnn deket banget, pokoknya deket lah, orang masih satu desa kok Cuma beda kampung doang. Yang buat  miris, tuh anaknya kalau mau pulang atau pergi kerja ngelewatin gang rumah ibunya, soalnya hanya itu akses utama (terdekat) yang harus di lewatin untuk keluar menuju jalan raya. Tapi tuh anak nggak pernah datang ke rumah orangtuanya. Jujur demi apapun, sebegitu kuat kah pengaruh seorang istri? Atau sebegitu pentingkah keluarganya yang sekarang sampai bisa-bisanya ia melupakan seorang ibu yang nangis-nangis Karena kangen sama anak laki-laki yang bahkan selalu melewati gang menuju rumah ibu kandungnya? Gue sampe gereget loh denger cerita itu, apalagi harus liat mama gue manggilin tuh anak cowok waktu nggak sengaja ketemu dijalan Cuma buat bilang kalau mamanya kangen banget sama tuh anak.

“kenapa harus nyampein di jalan sih ma? Kan bisa ke rumahnya” kata gue sedikit sebal lantaran gue hampir nyusruk ngimbangin mama gue yang jingkat-jingkat di motor buat mangggilin tuh orang.

“nggak enak kalau nyampein di rumahnya, soalnya istrinya suka cemberut kalau dibilangin gitu” kata mama gue.

“lah, biarin aja. Justru harus di gituin biar dia merasa tersindir, kalau sayang sama anaknya harus sayang juga sama orangtuanya. Masa iya, mau orangtua dia aja yang di perhatiin, sementara orangtua suaminya kangen sama anaknya sampe nangis-nangis” kata gue kesal.

Kebetulan, gue sering lewat rumah anak tuh ibu-ibu yang curhat sama mama gue, gue sering liat tuh anak cowok main sama anaknya yang usianya kira-kira 2 tahun. Di gendong-gendong. Diajak jalan-jalan. Dimanjain lah pokoknya. Tapi gue bingung juga, bisa-bisanya seorang ayah sayang sama anaknya tapi di lain sisi nggak peduli sama orangtuanya. Aneh!!!
Seperti itulah, makanya orang yang paling gue kasihi pernah bilang “ketika saya menikah saya nggak mau Cuma saya yang bahagia dan mengabaikan perasaan keluarga saya” dalam arti bahwa, ketika dia berkeluarga kelak, dia nggak mau kalau setelah menikah ia hanya memikirikan tentang keluarga barunya dan melupakan keluarga yang sejak kecil telah bersamanya. Jadi, pemikiran seperti inilah yang seharusnya dimiliki oleh siapapun. Karena menikah itu bukan tentang elo dan suami lo, melainkan keluarga besar. Jangan egois, cobalah untuk sayang sama keluarga pasangan lo. Jangan Cuma keluarga lo aja yang mau dapet prioritas tapi usahakan keduanya. Sayangi orangtuanya seperti elo menyayangi anaknya. Karena, akan tiba waktu dimana elo termasuk gue, akan menjadi seorang mertua. Entah kapan ya hahahahahah.

Btw bebrapa waktu lalu gue sempet baca juga di google tentang hubungan menantu sama mertua, isinya disana tentang curhatan para menantu mengenai hubungan mereka dengan mertuanya. Sumpah!!! Gue bacanya senyum-senyum sendiri, soalnya isi curhatannya hampir semua pernah gue dengar dari para menantu yang sering  ngomongin mertuanya (hasil nguping) hahahahahaha. Tapi di google itu jauh lebih beragam tentunya, ada yang ngebahas masalah bagaimana ia kesal dengan suaminya yang selalu menomor satukan keluarganya daripada ia sebagai istri, tentang pendapatan suami yang kecil tapi mertua nggak mau tau, ada juga yang berkisah tentang mertua yang begitu menyayangi sang cucu sampai seolah-olah menjauhkan dia dari sang buah hatinya, beragam banget ya?

Intinya sih ya gaes, sayangilah mertua kalian seperti kalian menyayangi suami kalian. I know bahwa suami adalah orang yang kalian sangat cintai untuk saat ini, tapi walau bagaimanapun dia tetap menjadi seorang anak dari seorang wanita yang sejak kecil telah merawatnya hingga kini berada di pelukan kalian. Jangan jauhkan ia dari orangtuanya terlebih ibunya, karena walau bagaimanapun Surga seorang laki-laki tetap berada di telapak kaki sang ibu, tapi seorang wanita, ketika ia berbakti pada seorang suami, maka pintu surga akan terbuka dari berbagai arah untuknya.
Bukan bermaksud untuk menggurui terlebih karena gue juga belum berpengalaman perihal itu (pacar aja gak punya wkwkwkwk) hanya saja, gue selalu nggak suka denger pembicaraan menantu yang mengatakan ketidak sukaannya terhadap mertua. Lagian bisa-bisanya gitu suka sama anaknya tapi nggak suka sama orangtuanya, kan aneh! Soalnya setahu gue, anak itu gambaran dari orangtuanya jadi kalau lo sayang sama suami lo sebisa mungkin lo juga harus sayang sama orangtuanya, alasannya simple ; karena cowok yang kini begitu memahami diri lo seperti itu karena hasil didikan orangtuanya!!!
1 hal lagi, yaitu, lo harus bisa adil. Ngerti kan? Maksudnya, kalau lo biasanya tiap sebulan sekali kasih orangtua uang bulanan usahakan di sama ratakan, kalau kasih orangtua kalian 1jt maka kasih mertua juga dengan jumlah yang sama, kasih keponakan dari pihak lo 50rb maka keponakan suami lo di kasih juga dengan jumlah yang sama. soalnya, kan tiap bulan uang gaji suami biasanya di serahin ke istri semua (ini sih kata temen gue, soalnya gue mah belom nikah jadi nggak ngerti wkwkwkw) jadi otomatis kan pemasukannya jadi nambah wkwkwk. Iya nggak? Jangan Cuma urusin urusan pribadi aja, tapi orangtua juga penting broh, malah sih kalau bisa tiap beberapa bulan sekali ajak ortu + mertua keluar bareng, rame-rame gitu.


Saran aja yah. Soalnya gue juga belum ngerasain, insha allah saya mah adil… calonnya aja dulu calon wkwkwkwk… #bercanda #nggakserius #merried #menantu #mertua #pondokindahmertua #akumahbelumdulu #fair #bukanghibah #anakmama #sayangmama #inshaAllahsayangorangtuakamu

Sunday, September 24, 2017

Cerita Hari Ini


Kamu tahu? Dulu, aku berharap kamulah orangnya
Yang akan menemaniku melalui hari,
Yang dengan setia menemaniku berbagi,
Dan dengan sabar mengajariku untuk dapat mengerti.

Kamu tahu? Dulu, aku berharap kamulah orangnya
yang ku pikir akan merubahku,
yang ku pikir akan merubah hidupku,
Dan terlebih, yang akan selalu menjagaku
Ku pikir, kamulah orangnya,
Kamulah segalanya.

Kamu tahu? Dulu, aku berharap kamu yang akan menjadi masa depanku
Sosok sempurna yang selalu ku gambarkan dalam setiap ceritaku
Sempurna dalam mencintai
Sempurna dalam menyayangi
Sempurna dalam menghargai
Dan sempurna dalam mengasihi
Tak peduli siapa dirimu
Atau darimana kamu
Bagiku kamulah orang itu
Sosok yang akan mengisi masa depanku

Nyatanya, Tuhan mengujiku

Tak ku rasa sakit memang,
Hanya kosong
Hampa
Sepi
Kehilangan
Menyesal

Mengapa dulu tak ku bilang bahwa aku menyukaimu?
Mengapa dulu tak ku bilang bahwa kamulah sosok itu?
Yang sepanjang waktu hadir dalam setiap bayangan masa depanku
Yang mengisi hari-hariku dengan wajah penuh senyum
Yang kini lenyap seiring keheningan panjang
Yang kini hilang seiring kabar kepergianmu

Kamu tahu? Aku mencintaimu
Kamu tahu? Aku menyukaimu
Kamu tahu? Aku mengagumimu
Kamu tahu? Hanya kamu yang bisa membuatku seperti itu.
Tak ada yang lain.
Belum ada! Selain kamu!!

Catatanku tentangmu masih tertata rapi, tentang kota yang akan kita kunjungi
juga Negara yang akan kita tinggali.
Aku menyimpannya selalu, tak peduli hingga kapan aku akan terus mengingatmu.

Bagiku, harapanku masih tetap sama.
Bersamamu.
Pergi dari sini.
Memulai semuanya di tempat lain.
Sebelum akhirnya kembali
Dan memulainya lagi.

Oiya, kamu tahu the one that got away milik katy perry? Dulu aku menyukai itu, dan menyanyikannya dengan mudah.
Kini aku menyanyikannya dengan perasaan yang rumit, aku ingat lirik yang berbunyi;
never planned that one day I’d be losing you..
Sama sepertinya, tak pernah terbersit sedikitpun di dalam pikiranku bahwa orang yang begitu ku kasihi pergi meninggalkanku… tapi…
In another life I would be your girl we’d keep all our promises be us against the world…
In another life I would make you stay so I don’t have to say you’re the one that got away…

Kamu mengerti?

Ini ceritaku untukmu hari ini.

Sunday, September 10, 2017

Sepenggal Kisah Barisan Para Anker (commuter line jabodetabek)

Tanpa disadari ternyata malam ini datang lagi, malam dimana besok kita akan memulai aktivitas lagi, dan yang paling bikin males adalah, harus bangun pagi lagi… dempet-dempetan dikereta sambil bebacaan, maygaaaaatttttttt…. Seperti inilah dunia…. Dari hal ini tentu kalian tau apa yang bakal gue bahas, bukan tentang pekerjaan, Karena itu merupakan hal klasik yang nggak perlu diangkat lagi ke permukaan. Tapi kali ini gue akan membahas tentang Commuter line dan para penumpangnya yang bikin merinding, merinding disini bukan Karena mereka memiliki wajah yang aneh-aneh penuh darah kayak yang ada di Train to Busan, melainkan cara mereka merangsek masuk itu lho yang buat gue sampe banyak-banyak bebacaan… kalian taulah yah gimana.

Commuter line, anjiiiiir gue nggak tahu harus mengucapkan apa kepada moda transportasi public yang satu ini, nggak ada kata-kata yang lebih romantic selain mengatakan bahwa disinilah gue bisa menemukan keajaiban-keajaiban kecil yang bisa buat gue senyum-senyum sendiri (berasa kayak baca chat pacar) dan kadang bisa juga buat gue pada akhirnya harus tarik nafas juga karena hal-hal yang bener-bener diluar pemikiran (kalo ini, kayak lagi berantem sama pacar hahahah) dan disinilah gue sekarang, Ghibah!!!
Kira-kira sudah sebulan lebih gue bekerja di jaksel, hal yang buat gue pada akhirnya menjadi begitu akrab dengan 2 moda transportasi umum yang biasanya hanya gue tumpangi selagi perlu; busway dan commuter line. Pokoknya hari-hari gue sekarang bergantung banget sama tuh dua moda transportasi (kalau punya pacar mungkin udah beda tempat bergantungnya ya?) bahkan karena mereka gue rela untuk dempet-dempetan di tengah sikutan para ibu yang jauh lebih kejam daripada pegulat, yang kalau masuk ke kereta itu main rangsek gitu aja, nggak peduli banget sama yang udah kedempet-dempet dan nempel di kaca pintu sebelah sambil mendadak kayak spiderman tapi dengan mulut komat-kamit dzikir (siapa ini?), pokoknya begitulah, gue rasa lo jauh lebih berpengalaman daripada gue yang pendatang baru ini. tapi apakah pengalaman kita juga sama? Mengenai orang-orang yang kita jumpai setiap hari, di gerbong yang sama, dengan tujuan yang juga sama dan kelakuan yang bisa buat (sekali) menahan tawa dan kadang mengelus dada.
Gue inget banget kejadian tentang COWOK GILA yang nyerobot kursi gue dengan tanpa berperi kewanitaan (nulis masih dengan emosi yang sama seperti kejadian) entah tuh orang nggak punya mata atau pura-pura menutup mata, tapi kayaknya sih emang nggak liat, soalnya dia pakai kaca mata sih (nyinyir) jadi gue berpikir bahwa dia “tidak melihat” dan jauh lebih butuh tuh kursi dari pada gue, I tried to thinking positive meskipun masih sering ngedumel. Abis nggak banget gitu meeennnnn… coba kalian bayangin, pagi itu gue udah berdiri dari stasiun rawabuntu sampe stasiun tanah abang yang kurang lebih memakan waktu selama 40 menit, dan ketika transit di stasiun tanah abang gue juga harus masuk dalam barisan para penumpang lain menuju peron 3, lo tau kan jam-jam kedatangan kereta itu kayak gimana? Padatnya naudzubillah!! Main sikut, main dorong, main teriak, main cepat, main bacok, main apajalah supaya nggak ketinggalan kereta, supaya bisa dapet tempat duduk, juga supaya bisa ambil kursi orang dengan seenaknya! (still nyinyir)
singkat cerita, gue sudah berada di peron 3 dan tengah menunggu kereta yang akan membawa gue ke sudirman… ketika kereta itu sudah ada di pengelihatan dan melihat kursi-kursi kosong di setiap gerbong akhirnya lelah guepun perlahan luruh, karena yang ada didalam fikiran gue “Alhamdulillah, seenggaknya gue bisa duduk menuju sudirman” tapi kenyataannya, pas gue masuk dan lari menuju kursi itu dan tinggal menjatuhkan pantat gue di kursi panjang  yang hanya menyisakan satu pantat, tiba-tiba seorang laki-laki yang entah punya mata atau enggak langsung lompat dan duduk begitu aja tanpa ada raut berdosa dimatanya!!! Demi apapun gue kaget, nggak nyangka, surprise, melongo dongo, mangap lebaaar sambil dalam hati “mas, lo nggak pernah belajar untuk bisa menghargai wanita ya” bangkeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee!!!!! Dan lo tahu, di kursi itu apa yang dia lakukan? Ngegame? Cuma ngegameeeeeee!!! Oh fuck… shit…!!!! Kalau yang nyerobot ibu-ibu atau cewek gue nggak masalah karena sesama wanita, gue tahu fisik kita nggak sekuat laki-laki (gue pernah buktiin ini, gue bertiga sama temen gue terengkeh-rengkeh mindahin meja makan keluar rumahnya tapi nggak bisa, sementara satu orang laki-laki berhasil melakukannya dengan begitu mudah), jadi gue akan dengan sangat mudah untuk melupakan itu, tapi ini seorang laki-laki yang jelas-jelas mencuri hak gue dengan begitu tidak berperi, masih muda, dan…. Gue taksir usianya dibawah 25 tahun…. Unbelievable!!!
(breathe in… breath out) oke gue ngerti kalau gue masih belum bisa terima dengan kejadian itu. Bukannya gue terlalu mengkotak-kotakan antara hak wanita dan perempuan dan seolah-olah pikiran gue nggak terbuka, gue faham tentang persamaan gendre, tapi setidaknya hargailah sedikit. Susah ya untuk bersikap baik sama orang? Atau, jangan-jangan lo banci? Okeh, gue rasa ini sudah cukup menjawab.
Kejadian itu buat gue bad mood, akhirnya pas lagi di taksi gue cerita sama temen-temen gue tentang kejadian itu, nah disitu ternyata nggak Cuma gue yang punya pengalaman gak enak pagi itu tapi temen gue juga. Kalau temen gue itu ceritanya lagi berdiri di kereta, sementara didepannya bapak-bapak duduk cantik sambil (entah) tidur atau pura-pura tidur. Nah, disamping temen gue itu ada ibu-ibu bawa anak yang kebetulan berdiri jugak. Karena Alhamdulillah Tuhan memberi kami amanah untuk sekolah dan mencerdaskan diri, alhasil kamipun semua bisa membaca kalau di setiap gerbong tertulis bahwa “kursi-kursi prioritas itu “dikhususkan” untuk ibu hamil, penyandang disabilitas, manula, ibu dan anak, jadi pas temen gue lihat ada ibu bawa anak dan ikut kedorong-dorong, dia pun berinisiatif untuk menegur bapak-bapak itu tapi malah GEEEEEEEERRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR…. HAHAHAHAH
percakapan kami berlanjut dengan ditimpali oleh bapak sopir taksi, akhirnya kami berkisah tentang beberapa penumpang kereta yang nggak bisa untuk bersikap dewasa, kayak orang yang main serobot kursi gue dan bapak-bapak yang GEEERRRRRRRRRR itu. Tapi yasudahlah, lagi juga gue tahu masih banyak para penumpang kereta yang jauh lebih pengertian dibanding mereka, yang tahu bagaimana bersikap di moda transportasi umum.

Okeh, kita ketopik lain… kalau ini aksi saling dorong berebut masuk ke dalam kereta. Gue yakin yang baca ini pasti ada nih yang jadi oknum rusuh kayak gini. Entah mengapa gue pernah liat seorang ibu turun dari kereta. Ngambek? Bukan, tapi gara-gara sepatunya ketendang hingga jatuh ke tangga kereta, untung bukan ke jalurnya hahahahaaa. Tapi anehnya, kok bisa gitu ya? Padahal kan sepatunya lagi ke pake? Kok bisa-bisanya keseret keluar, lagi juga seharusnya kalau dia yang pada saat itu sudah posisi didalam kereta (karena dia sudah naik dari stasiiun sebelumnya) kemungkinan sepatunya itu keseret kedalem bukan malah keluar. Yahh gitulah keajaiban naik commuter line. Yang paling lucu itu kemarin, jadi gue sama temen-temen gue udah ada di stasiun sudirman mau ke tanah abang, di peron udah banyak penumpang yang nunggu. Karena hari itu hari jumat jadilah gue agak rileks dan nggak mau buru-buru, alhasil pas tahu gerbong-gerbong penuh akhirnya gue dan teman-teman memutuskan untuk nunggu kereta berikutnya. Karena posisi gue dan temen gue berada tepat di depan pintu kereta yang sudah sarat penumpang itu akhirnya gue bisa lelusa lihat para penumpang yang sudah berjejalan, dan disitupun gue bisa melihat sosok seorang laki-laki yang sudah naik dan tengah menatap ke arah peron dan… seorang wanita berteriak ke tuh cowok (kayaknya sih pacarnya deh) seketika cowok itu kayak panic dan turun dari kereta buat narik ceweknya dan langsung dorong dia masuk ke dalam kereta dengan wajah yang…. Sumpah itu lucu bangeeetttttttt…. Gue sama temen-temen gue sampe ngakak didepan tuh orang, ngakaknya bukan karena apaaaa, tapi karena muka tuh cowok yang panic dan raut yang menunjukan… gimana sih, wajah-wajah seorang cowok yang baru jadian sama ceweknya dan bersikap untuk melindunginya tapi caranya unik gitu… turun dari jejalan penumpang lain buat narik ceweknya dan terus mendorong ceweknya masuk setelah itu menyusulnya, dan si ceweknya juga langsung kayak “apa-apaan?” sambil ketawa-ketawa jugak.
Jadi inget juga kejadian beberapa waktu lalu, waktu itu gue, temen-temen gue dan barisan para penumpang udah nunggu di peron hampir 20 menitan kayaknya, karena lama alhasil penumpangnya bener-bener membeludak banget. Alhasil ini berdampak ketika kereta dateng, penumpang yang ada di belakang pada dorong-dorongan nggak jelas, padahal posisinya tuh gerbong udah penuh sesak dan udah gak bisa lagi. Gue yang ada didepan kedorong masuk dengan susah payah, 2 temen guepun terbawa arus dorongan hingga masuk juga, sementara yang satu tertinggal di gerombolan lain di stasiun sudirman alhasil kitapun terpencar dan… pas udah turun salah satu dari temen gue ngedumel “padahal gue nggak mau naik tadi, tapi ibu-ibu lebih kejam daripada bapak-bapak alhasil gue kebawa masuk” dan akhirnya besok-besoknya, mereka kapok dan nggak mau naik ke gerbong khusus cewek. Segitunyaaaaaaaaaa cong. Tapi menurut gue inilah yang menarik, bagaimana mereka berebut masuk ke kereta demi pulang lebih awal. Untuk bisa bertemu keluarga lebih awal, bersenda gurau dan terlebih istirahat lebih cepat demi memulihkan fisik kembali untuk bergelut hal yang sama keesokan harinya.
Menurut gue, penumpang kereta tuh unik-unik. Lo bisa lihat apa aja, dengar apa aja, dan terlebih belajar apa aja dari pengalaman naik kereta. Kayak gue yang seneng banget nguping pembicaraan mereka-mereka yang lagi ngobrol, karena dari situ gue bisa dapet inspirasi untuk menulis. Gue pernah denger anak FK lagi ngobrolin pasien mereka, anak sekolah yang ngomongin masa depan, 2 cewek yang lagi ngerumpi tentang pesta nikahan temennya, oborolan bapak-bapak dengan ibu-ibu tentang kuliah buah hatinya, dan banyak hal lain yang gue juga lupa. Tapi yang baru-baru ini gue lewati adalah, tentang segerombolan teteh-teteh yang beranggotakan kurang lebih 5 orang, yang selalu berada di gerbong khusus wanita dan sepanjang perjalanan asyik menyaksikan video di yutub dengan volume (sepertinya) maksimal, dan ini yang menarik, tayangan yang mereka selalu saksikan itu adalah…. Sebuah acara di salah satu stasiun tv yang berkisah tentang kematian terus, jika orang semasa hidupnya seperti ini maka nanti meninggalnya seperti ini, ciri-ciri lebih spesifik, ada pemeran tukang ketopraknya…. Tau kan acara apa? Di tv mana? Nah itu yang mereka saksikan. Dari hal itu guepun akhirnya setuju dengan pernyataan dosen gue yang pernah membahas perihal pangsa pasar, dan gue yakin bahwa acara ini menggaet pangsa pasar seperti teteh-teteh yang bareng gue itu, yang menanggapi tuh acara dengan sangat-sangat serius… karena sepanjang perjalanan dan sepanjang mereka menyaksikan acara itu senantiasa terdengar komentar-komentar, “yaampun tega banget” “ih kenapa sih jahat banget” dan seterusnya…dan seterusnya… tapi demi apapun, gue paham bahwa orang-orang tertentu masih suka tayangan seperti itu yang bagi gue sendiri, ih acara apa sih ini? karena kalau berdasarkan dosen gue, “itu bukan tayangan untuk kalian. Kalian sudah tahu mana acara yang bagus mana tidak, mana acara yang masuk akal mana tidak” dulu, gue beranggapan bahwa pernyataan dosen gue ini seolah meremehkan, namun ketika gue seringkali di hadapkan dengan kenyataan yang sebenernya ketika berada di lapangan gue baru sadar bahwa baik itu sinetron, film, buku, dan bahkan tayangan berita sekalipun punya pangsa pasarnya masing-masing.
So, bisa gue katakan juga disini bahwa dari hal-hal disekitar kita, kita masih bisa belajar. Dari bergerumun-gerumun di dalam kereta sekalipun lo bisa untuk bisa menambah pengetahuan. Buktinya gue bisa untuk membuktikan omongan dosen gue lewat kereta ini, tentang pangsa pasar hahahaha…


Oke, sekian pembahasan tidak jelas gue. Cukup untuk hari ini. selamat malam dan selamat beristirahat.

Saturday, September 9, 2017

Di Balik Jendela

Di balik jendela
anak-anak berseragam sekolah di bonceng sepeda motor oleh ayahnya
ibu-ibu sibuk dengan masakannya
beberapa orang asyik dengan obrolannya
seorang nenek yang menemani cucunya

dibalik jendela
mereka memiliki cerita sendiri
tentang hari yang akan mereka jalani
pelajar dengan tugas sekolah yang belum diselesaikan
nenek dengan cucu yang diasuhnya setiap hari
ibu dengan tugas rumah tangga yang tanpa henti

dari balik jendela
kami mengamati
setiap lintasan yang kami lewati
mobil dengan kecepatan tinggi
pelajar yang berlari-lari
seorang wanita keluar dari bilik mandi
serta,
deretan nisan untuk menjadi renungan:

bahwa dalam setiap hari yang kita jalani ada saat dimana kita semua KEMBALI

Friday, September 1, 2017

Mencintaimu Tanpa Titik

Aku tersenyum mengenangmu, ketika untuk pertama kalinya aku mendengar kau berbicara perihal cinta, memang bukan kamu yang memulai pembicaraan itu, tapi setidaknya aku berhasil melihat wajah malu yang sesekali coba kau sembunyikan di balik bantal. Bagiku, itu adalah moment yang memiliki kesan tersendiri untukku, setidaknya itu dari sudut pandangku.

Mendengar kau bercerita tentang pasangan seperti apa yang “masuk” dalam kriteriamu membuatku lebih memasang telinga dan memerhatikan lebih seksama, bahkan aku berusaha menerjemahkan setiap kata yang keluar dari mulutmu, seolah dengan cara seperti itulah aku bisa menangkap maksud dari setiap kata-katamu.

katamu sambil tersenyum, kau mencari pasangan yang bisa mengerti dirimu, menerima keluargamu dan terlebih bisa mencintai mereka seperti yang kamu lakukan. Katamu lagi, menikah itu bukan hanya sekedar menyatukan antara kamu dan si calon pendampingmu kelak, melainkan dua keluarga besar. Itu sebabnya kamu mencari sosok yang bisa mencintaimu dan juga keluargamu.

Entah mengapa, kata-katamu seolah terekam jelas di kepalaku. Bahkan aku mengingat setiap ekspresimu tiap kali kau menyebutkan tentang kriteria itu. Aku tahu, di balik senyum malu-malu itu kau bersungguh-sungguh mengatakannya. Entah untuk siapa kriteria itu akan kau jatuhkan, mungkin pada salah satu kenalan yang kini tengah dekat denganmu atau orang lain yang kini masih sibuk dengan dunianya, yang belum sekalipun bertemu denganmu, namun telah Tuhan siapkan untukmu. Aku tak tahu. Yang pasti, siapapun calon pasanganmu, dialah yang terbaik untukmu, dialah yang akan mencintai keluargamu, dialah yang akan membantumu mewujudkan harapanmu, dan dialah orang yang paling beruntung karena berhasil memenangkan hatimu.

“dia bisa buat saya nyaman terlebih dahulu, ketika dia udah bisa buat saya nyaman maka akan masuk tahap dimana saya akan memperkenalkan dia ke keluarga saya, dan setelahnya bisa nggak dia buat keluarga saya nyaman sama dia (calon pasangan)”

Hei, entah mengapa aku tak yakin akan menemukan seseorang sepertimu setelah ini, sosok yang begitu mencintai keluarga sampai membuatmu mengutamakan mereka diatas kepentinganmu sendiri. Kau orang pertama yang ku kenal yang begitu mencintai keluarga dengan teramat sangat. Hal yang ternyata membuatku (Tanpa sadar) menaruh hati pada sosokmu. Entahlah!

Ini sekedar kisahku tentangmu, yang (dulu) ku harap akan menjadi pemeran utama dalam kisah hidupku di masa depan dan membantuku menata hari ke hari dengan cerita berbeda yang menghadirkan makna luar biasa.Tapi, siapa sangka harapanku benar-benar tinggal harapan. Tinggal kenangan. Kau memutuskan Kembali. Ya, setidaknya itu kenyataannya.


Kau tahu? Ikhlas belum bisa sepenuhnya ku utarakan untuk saat ini, namun hanya mengingatmu membuatku perlahan menyadari bahwa ada hari dimana ikhlas itu akan menemuiku. Dan jika saat itu tiba, kaulah alasan atas ikhlas itu. Ya, kaulah alasan itu. Alasan ikhlasku. Juga alasan yang membuatku mencintaimu tanpa alasan apapun. Sesuatu yang ku harap itu tanpa titik.