Assalamualaikum
gaes!!! Kabar sehat ya? Gue doakan kalian semua senantiasa di berikan kesehatan
oleh Allah SWT, amiinnn!!
Kali
ini gue akan sedikit mengangkat tentang tulisan gue beberapa waktu lalu, yang
berjudul Mencintaimu Tanpa Titik, dalam tulisan gue yang itu, gue membahas
tentang seseorang yang ingin memiliki pasangan yang bisa mengerti dia dan
terlebih bisa sayang dengan keluarganya. Masih ingat? Coba cek dan baca lagi.
Dalam tulisan itu gue menuliskan sedikit cerita tentangnya yang begitu
mencintai keluarga hingga membuatnya menunda menikah demi mencari seseorang
yang di harapkan (mencintainya dan keluarganya). Gue
sejalan dengan dia (ciyeeeeeeeeeeeee), dan gue sangat suka dengan orang yang
memiliki prinsip seperti itu, apalagi jika dalam hubungan rumah tangga “kita”
bisa mempersatukan nggak hanya 2 hati yang saling mencinta melainkan 2 keluarga
besar yang di penuhi rasa bahagia. Bisa lo bayangin betapa bahagianya rumah
tangga lo kelak kalau itu terjadi dalam hidup lo? Bisa hidup rukun dengan
mertua, kakak ipar adik ipar, saudara-saudara dekat maupun jauh dan terlebih
nggak ada yang saling membicarakan satu sama lain dari belakang. Keren kan?
Tapi kenyataannya? Semua tak selalu seperti itu, ada memang tapi sejauh ini gue
belum menemukan, apalagi dalam kehidupan nyata versi gue hahahah. Yang ada dan
seringkali gue temui adalah kisah-kisah mertua yang membicarakan menantunya,
menantu membicarakan mertuanya, kakak ipar membicarakan adik iparnya maupun
sebaliknya, dan dari pembicaraan itu gue bisa mendengarkan mertua yang selalu
berusaha mengerti menantu (dari sudut pandangnya), menantu yang berusaha
mengerti mertua (dari sudut pandangnya), kakak ipar yang selalu hitung-hitungan
dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga (bagi yang masih tinggal seatap dengan
keluarga dari suami (berdasarkan sudut pandang adik ipar)), sampai akhirnya
tiba membicarakan ke masalah dapur.
Suatu
waktu, ketika gue tengah liburan kerja dan tengah mager di rumah kumpulah para
Mahmud tengah momong anak-anak mereka yang asyiiiik main di depan rumah gue.
Gue orangnya nggak terlalu suka ngegosip dan jugak paling males untuk berada di
keramaian, alhasil pas mereka tengah berkisah tentang mertua dan para saudara
ipar, guepun berusaha untuk tak menggubris walaupun pada kenyataannya kuping
gue nggak henti-hentinya menyimak. Dari percakapan yang mereka lakukan, gue
bisa menarik kesimpulan bahwa salah satu Mahmud itu terganggu dengan kehadiran
adik iparnya yang tengah menginap di rumah yang di tempati oleh ia, suami,
beserta orangtua suaminya. Bahkan dalam beberapa kesempatan gue bisa melihat
bahwa ia begitu tak suka dengan sang adik ipar dan sering membicarakannya di
belakang, berkata inilah itu lah, serta membanding-bandingkan kasih sayang yang
diberikan mertuanya untuk anaknya dan anak dari adik iparnya, sampeeee
segitunya cuy. Yaampun!!!
Tapi
itulah kenyataannya, gue aja sampe bingung dengan fenomena yang ada ini? apakah
kelak ketika tiba menjadi menentu guepun akan melakukan hal yang sama? tidak
suka dengan adik ipar atau kakak ipar, bahkan parahnya tidak suka dengan mertua
hingga meski satu rumah tapi jarang tegur sapa? Apakah itu trendnya? Atau
memang manusianya? Entahlah, tapi yang jelas, gue selalu kesal tiap kali
mendengar siapapun yang membicarakan mertuanya di belakang. Bahkan gue pernah
denger seorang menantu yang bilang “dia mah lebih sayang sama emaknya dari pada
sama gue, iya gue tahu itu emaknya. Tapi kan gue istrinya” pas denger gitu
rasanya kepingin gue sahutin aja “yang namanya suami surganya yak di kaki
emaknya bukan di kaki istrinya” tapi toh gue diem aja dan justru terus nyimak
pembicaraan mereka.
Dalam
hidup ini gue menemukan bahwa ketika seseorang sudah berkeluarga maka yang
menjadi prioritasnya bukan lagi kepada orangtua, melainkan rumah tangga yang
kini mereka bina. Alhasil banyak kejadian bahwa anak akhirnya seolah lupa
dengan orangtua mereka. Mereka sibuk mengurusi dapur mereka sendiri, tak peduli
bagaimana perasaan orangtua terhadap mereka. dan kebanyakan dari kisah ini
yaitu, suami yang begitu patuh terhadap kata-kata istri, mungkin ini sering
terjadi. Parahnya, kalau seandainya ada suami takut dengan istri dan istrinya
nggak suka dengan mertuanya alhasil yah gitulah, gue yakin kalian pasti faham.
Kenapa
sih nani lo nulis ginian? Sok ngerti tauk nggak loh? Gini lho, beberapa waktu
lalu gue mendengarkan cerita mama gue tentang seorang ibu yang nangis-nangis di
depan mama gue lantaran kangen sama anak laki-laki satu-satunya yang dari habis
lebaran idul fitri belum pernah berkunjung lagi kerumahnya buat sekedar say
hello atau apa. Dia cerita betapa kangennya dia sama anaknya itu dan yang buat
gue miris adalah, ibu dari tuh laki-laki memiliki keterbutuhan khusus yang buat
dia nggak bisa bekerja dan Cuma diam di rumah dengan mengandalkan uang
pemberian suaminya yang kata mama gue sehari paling ngasih 10rb atau 5rb,
sumpahhhhhh!!!!!!!!! Gue dengernya sampe syokkkkkk!!! Dan yang buat gue syuper
syok adalah, rumah tuh anak laki-lakinya nggak jauh meeeennnnnnn deket banget,
pokoknya deket lah, orang masih satu desa kok Cuma beda kampung doang. Yang
buat miris, tuh anaknya kalau mau pulang
atau pergi kerja ngelewatin gang rumah ibunya, soalnya hanya itu akses utama
(terdekat) yang harus di lewatin untuk keluar menuju jalan raya. Tapi tuh anak
nggak pernah datang ke rumah orangtuanya. Jujur demi apapun, sebegitu kuat kah
pengaruh seorang istri? Atau sebegitu pentingkah keluarganya yang sekarang
sampai bisa-bisanya ia melupakan seorang ibu yang nangis-nangis Karena kangen
sama anak laki-laki yang bahkan selalu melewati gang menuju rumah ibu
kandungnya? Gue sampe gereget loh denger cerita itu, apalagi harus liat mama
gue manggilin tuh anak cowok waktu nggak sengaja ketemu dijalan Cuma buat
bilang kalau mamanya kangen banget sama tuh anak.
“kenapa harus nyampein di jalan sih ma? Kan bisa ke rumahnya” kata gue sedikit sebal lantaran gue hampir nyusruk ngimbangin mama gue yang jingkat-jingkat di motor buat mangggilin tuh orang.
“nggak
enak kalau nyampein di rumahnya, soalnya istrinya suka cemberut kalau
dibilangin gitu” kata mama gue.
“lah,
biarin aja. Justru harus di gituin biar dia merasa tersindir, kalau sayang sama
anaknya harus sayang juga sama orangtuanya. Masa iya, mau orangtua dia aja yang
di perhatiin, sementara orangtua suaminya kangen sama anaknya sampe
nangis-nangis” kata gue kesal.
Kebetulan,
gue sering lewat rumah anak tuh ibu-ibu yang curhat sama mama gue, gue sering
liat tuh anak cowok main sama anaknya yang usianya kira-kira 2 tahun. Di
gendong-gendong. Diajak jalan-jalan. Dimanjain lah pokoknya. Tapi gue bingung
juga, bisa-bisanya seorang ayah sayang sama anaknya tapi di lain sisi nggak
peduli sama orangtuanya. Aneh!!!
Seperti
itulah, makanya orang yang paling gue kasihi pernah bilang “ketika saya menikah
saya nggak mau Cuma saya yang bahagia dan mengabaikan perasaan keluarga saya”
dalam arti bahwa, ketika dia berkeluarga kelak, dia nggak mau kalau setelah
menikah ia hanya memikirikan tentang keluarga barunya dan melupakan keluarga
yang sejak kecil telah bersamanya. Jadi, pemikiran seperti inilah yang
seharusnya dimiliki oleh siapapun. Karena menikah itu bukan tentang elo dan
suami lo, melainkan keluarga besar. Jangan egois, cobalah untuk sayang sama
keluarga pasangan lo. Jangan Cuma keluarga lo aja yang mau dapet prioritas tapi
usahakan keduanya. Sayangi orangtuanya seperti elo menyayangi anaknya. Karena,
akan tiba waktu dimana elo termasuk gue, akan menjadi seorang mertua. Entah
kapan ya hahahahahah.
Btw
bebrapa waktu lalu gue sempet baca juga di google tentang hubungan menantu sama
mertua, isinya disana tentang curhatan para menantu mengenai hubungan mereka
dengan mertuanya. Sumpah!!! Gue bacanya senyum-senyum sendiri, soalnya isi
curhatannya hampir semua pernah gue dengar dari para menantu yang sering ngomongin mertuanya (hasil nguping)
hahahahahaha. Tapi di google itu jauh lebih beragam tentunya, ada yang ngebahas
masalah bagaimana ia kesal dengan suaminya yang selalu menomor satukan
keluarganya daripada ia sebagai istri, tentang pendapatan suami yang kecil tapi
mertua nggak mau tau, ada juga yang berkisah tentang mertua yang begitu
menyayangi sang cucu sampai seolah-olah menjauhkan dia dari sang buah hatinya,
beragam banget ya?
Intinya
sih ya gaes, sayangilah mertua kalian seperti kalian menyayangi suami kalian. I
know bahwa suami adalah orang yang kalian sangat cintai untuk saat ini, tapi
walau bagaimanapun dia tetap menjadi seorang anak dari seorang wanita yang
sejak kecil telah merawatnya hingga kini berada di pelukan kalian. Jangan
jauhkan ia dari orangtuanya terlebih ibunya, karena walau bagaimanapun Surga
seorang laki-laki tetap berada di telapak kaki sang ibu, tapi seorang wanita,
ketika ia berbakti pada seorang suami, maka pintu surga akan terbuka dari
berbagai arah untuknya.
Bukan
bermaksud untuk menggurui terlebih karena gue juga belum berpengalaman perihal
itu (pacar aja gak punya wkwkwkwk) hanya saja, gue selalu nggak suka denger
pembicaraan menantu yang mengatakan ketidak sukaannya terhadap mertua. Lagian
bisa-bisanya gitu suka sama anaknya tapi nggak suka sama orangtuanya, kan aneh!
Soalnya setahu gue, anak itu gambaran dari orangtuanya jadi kalau lo sayang
sama suami lo sebisa mungkin lo juga harus sayang sama orangtuanya, alasannya
simple ; karena cowok yang kini begitu
memahami diri lo seperti itu karena hasil didikan orangtuanya!!!
1
hal lagi, yaitu, lo harus bisa adil. Ngerti kan? Maksudnya, kalau lo biasanya
tiap sebulan sekali kasih orangtua uang bulanan usahakan di sama ratakan, kalau
kasih orangtua kalian 1jt maka kasih mertua juga dengan jumlah yang sama, kasih
keponakan dari pihak lo 50rb maka keponakan suami lo di kasih juga dengan
jumlah yang sama. soalnya, kan tiap bulan uang gaji suami biasanya di serahin
ke istri semua (ini sih kata temen gue, soalnya gue mah belom nikah jadi nggak
ngerti wkwkwkw) jadi otomatis kan pemasukannya jadi nambah wkwkwk. Iya nggak?
Jangan Cuma urusin urusan pribadi aja, tapi orangtua juga penting broh, malah
sih kalau bisa tiap beberapa bulan sekali ajak ortu + mertua keluar bareng,
rame-rame gitu.
Saran
aja yah. Soalnya gue juga belum ngerasain, insha allah saya mah adil… calonnya
aja dulu calon wkwkwkwk… #bercanda #nggakserius #merried #menantu #mertua
#pondokindahmertua #akumahbelumdulu #fair #bukanghibah #anakmama #sayangmama
#inshaAllahsayangorangtuakamu