|
Photo by bruce mars from paxels |
Hallo leute, wie gehts?
Ahhhhhhhhhhhhhhh, diriku baru
sadar kalau elearning lagi libur, rasanya tuh kayak………. ALHAMDULILLAH YA ALLAH 😍 akhirnya, penderitaan
itu diliburkan jugaaaakkkkkkk…
Jujur ya, e-learning buat gue itu
semacam momok yang tidak menakutkan tapi cukup menyeramkan, karena efek samping
yang ditimbulkan sangat merugikan mahasiswa seperti diriku ini karena itu bakal
berimbas pada LULUS / TIDAK LULUSnya lo dalam matkul e-learning tersebut. Dan
gue, termasuk orang yang, AH TUHAN, KENAPA SIH HARUS ADA ELEARNING????????????
KENAPAH?????????? AKUTUH MALES NGERJAIN ELEARNING. Oke plis, jangan pernah tiru
gue dalam hal ini, jangannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn!!!! Kalau lo mau meniru
orang, carilah orang yang baik, misal : Gue di 10 tahun kedepan. Insya Allah,
sudah pantas untuk ditiru *jika lo semua cukup percaya 😎*
Karena begitu magernya gue sama
e-learning, hal itu menjadikan gue termasuk dalam deretan mahasiswa yang
mengerjakan e-learning di detik-detik penutupan e-learning, kayak misal
deadline pengerjaan itu jam 12 malam, gue bakal ngerjain di jam 9 atau jam 10
malam di hari itu, padahal (kadang) 1 atau 2 hari setalah dosen posting forum
gue itu udah cek, tapi selalu ada setan yang menghalangi malaikat baik yang ada
dalam diri gue, sehingga hasilnya adalah… yaudahlah nanti aja. Yaudahlah besok
aja. Yaudahlah nanti malem aja. Yaudahlah ketinggalan. Kampret kan?
Adakalanya gue itu lebih memilih
untuk nonton youtube daripada ngerjain elearning, dengerin lagunya Melly
Goeslow, dengerin puisi di AADC, atau bahkan nonton daily vlog orang-orang yang
tinggal di luar negeri, parah kan gue? Parah, sumpah!!!!!!!!!! Bisa-bisanya
gitu anak yang kayak gue ini punya cita-cita lanjut S2 di eropa, nggak habis
pikir!!!!!!!!!!! Nggak habis pikir sama jalan pikirannya itu kemana? Mikirnya
itu pake otak yang ada di dengkul mana? Ckckckk.
*lupakan*
Bicara masalah elearning gue
berani taruhan kalau mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir kayak gue ini paling
males ngerjain elearning, bahkan gue berani bertaruh kalau kebanyakan mahasiswa
karyawan itu sebenernya merasa elearning itu seperti beban tambahan. Coba lo
bayangin, di hari kerja yang membosankan lo masih harus dikejar-kejar untuk
jawab soal / diskusi / menanggapi forum / mengerjakan quiz / buat video presentasi
di forum / berpikir untuk isi forum, apapun itu…. Bete nggak sih? Belum lagi
itu menjadi kewajiban selama lo kuliah. Bete? Banget!!!!!!!!!!!!!!!!! Gue
bahkan benci banget sama yang namanya elearning, menurut gue elearning itu
seperti godam yang sewaktu-waktu bakal menghancurkan kepala berkeping-keping.
Parah sekali akutu wkwkwk.
Beberapa kali gue itu nguping
mahasiswa pas lagi di perpus bicara masalah e-learning, kebanyakan dari mereka
bilang “ih males banget masih ada elearning” “gue belum ngerjain elearning
*nyebut matkul* mager banget” dan banyak hal lain. Gue sampe,
OMAYGATTTTTTTTTTTTTTTTTT, TERNYATA BUKAN GUE DOANG YANG MAHASISWA
KAMPRETTTTTTTTTTT Ternyata diluar sana banyak juga mahasiswa-mahasiswa yang
kayak gue, wahhhhhhhhhhhhh, amannnnnnnnnnn *sekali lagi jangan ditiru*
Karena kemalesan gue mengerjakan
elearning, seringnya gue itu ngerjain elearning di jam-jam menjelang penutupan
elearning kan ya. Nah, kalau udah gitu biasanya gue bakal keteteran banget karena
harus baca modul + mikir kira-kira kata-kata apa yang pas untuk menjawab forum.
Biasanya di moment-moment seperti inilah gue bakal digelayuti perasaan
bersalah. Disitulah saat-saat menyesal karena menyia-nyiakan waktu begitu
terasa. Disitulah gue biasanya berusaha untuk memperbaiki semuanya. Dan
disitulah biasanya gue bakal berjanji sama diri sendiri untuk nggak mengabaikan
elearning. Untuk ngerjain tepat waktu. Untuk nggak mengulur-ngulur waktu. Untuk
lebih bertanggung jawab. Untuk, pokoknya BERUBAH. Dari penyesalan yang gue
sebutkan tadi JANJI itupun terdengar nggak muluk, tapi faktanya……………. Nggak
pernah terealisasi. Kejadian sama terus terulang kembali. Janji-janji karet
terus bertebaran. Dan gue pun sadar bahwa….., gue kayak politisi yang banyak
mengumbar janji karet untuk menenangkan diri, heleeeeeeeeeeehhhhhhhhhhhhhhh.
Dan, kalau udah gitu guepun bakal pake system, yaudahlah yang penting isi. Yang
penting di absen. Yang penting….. lulus. Padahal sebenernya lulus aja nggak
cukup broh!!! Percaya sama gue, kalau lo terus kayak gitu, lo nggak bakal dapet
apa-apa dari kuliah selama 4 tahun. Lo Cuma jadi mahasiswa yang….
Pengetahuannya kurang kemana-mana. Kayak siapa ni? Kayak gue lah wkwkwkwk.
Sekarang gini, gue ini kan anak broadcasting kan? Tapi coba lo Tanya gue,
“nani, berita yang lagi tranding minggu
ini apa ya?” belum tentu gue bisa jawab pertanyaan segampang itu. Nggak usah
jauh-jauh, Tanya deh temen-temen gue, paling yang ikuti perkembangan terbaru
masalah gituan adalah anak-anak yang kerja di media, diluar itu jawabannya… Apa
ya? Enggak tahu. Ini pengalaman sih sebenernya.
Lo nanya, emang penting buat tahu
perkembangan berita?
Jawaban gue, gue juga sebenernya
nggak tahu, tapi seenggaknya ketika lo baca berita lo bakal dapet tambahan
informasi tentang hal-hal yang terjadi disekitar lo. Lo bakal tahu fenomena apa
yang terjadi saat itu, lo bakal peka sama isu-isu social, lo bakal (setidaknya)
tahu apa yang menjadi problema di sekitar lo, tahu perihal
perkembangan-perkembangan yang terjadi di dunia otomotif, digital, ekonomi,
politik, misalnya. Yak kan? Tapi saat lo nggak baca apa-apa, lo nggak tahu
apa-apa, gimana bisa lo menjadi mahasiswa kritis? Bagaimana bisa lo tahu
apa-apa yang mesti lo “pikirkan”. Kejadian ini terajdi sama gue di kelas riset,
gue termasuk mahasiswa yang “gagal” karena untuk kelas riset ini judul proposal
skripsi gue di tolak 4 kali sama dosen. Gue nggak bisa mengemukakan alasan atas
setiap pemilihan judul. Gue nggak tahu saat di ajak bicara kritis. Gue bahkan
nggak bisa mengemukakan pendapat gue saat dosen minta ganti judul, padahal
menurut gue gini… menurut gue gitu…. Tapi karena gue jarang baca, gue jarang
melihat fenomena social yang mestinya bisa diangkat, jadilah…….. gue
tertinggal. Itu…… oke kita lupakan tentang ini, kita balik lagi ke ELEARNING.
Speaking about elarning, setiap
dosen pasti menyertakan modul ketika e-learning, biasanya modul itu berkaitan
erat dengan forum dan quiz… benar? Benar!!!!!!!!!! Sudah pasti. Misalnya, saat kita membahas
masalah Politik Citra, otomatis dosen akan melampirkan modul mengenai Politik
Citra, saat yang di bahas tentang Politik Persepsi, otomatis modulnya pasti
tentang itu. Nah, suatu ketika saat gue lagi scroll down jawaban di forum gue
menemukan tanggapan temen gue yang bahasanya super, memikat. Nggak seperti
jawaban kebanyakan temen gue yang hasil kopas dari google, jawaban dia enggak. Bahasa
yang digunakan itu Bahasa sehari-hari, persis kayak gue lagi nulis gini. Contohnya
relevan dan berdasarkan situasi saat ini. Jujur, gue nggak meragukan
jawabannya. Pertama, karena nih anak suka banget baca. Kedua, gue pernah baca
tanggapan dia di salah satu forum di kelas elearning yang pernah kita ambil
bareng semester lalu, pada saat itu dia menjawab forum dosen dengan sangat baik
bahkan langsung mendapat respon yang sangat keren dari ibu dosen, makanya gue
enggak meragukan jawabannya. TAPI, karena
gue di set cukup kepo jadilah jawaban itu gue copy dan gue paste dilaman
pencarian GUGEL. Hasilnya…………… gue menemukan kata-kata yang sangat mirip bahkan
identic dengan jawaban temen gue di…. KOMPASIANA. Ya Allah, ternyata anak ini
kopas dari kompasiana 🙄🙄 jadi selama ini gue ketipu dengan jawaban super cerdas itu?????
Karena kejadian itu gue sempet
minta tanggapan dia perihal itu… gue bilang perihal kekaguman gue mengenai
jawaban-jawabannya dan pada akhirnya pada fakta tentang gue yang menemukan
bahwa jawaban itu nggak lain hasil kopas dari google….
“rajin banget sih lo”
“iya, soalnya dari semua jawaban,
cuma jawaban lo yang di respon sama dosen”
“wkwkwkwk, gue malah nggak tahu
kalau dosen respon… habis ngerjain yaudah…”
“lo kalau ngerjain forum atau
quiz baca modulnya nggak?”
“enggak pernah…. Biasanya gue
lihat awalnya aja, misal, yang di bahas tentang Politik Persepsi, nah udah…
habis itu gue langsung cari aja di gugel, udah deh wkwkwk”
“Kan kalau sama *sebut nama
dosen* itu dia bakal kasih jurnal, yang mana pertanyaannya itu semua ada di
jurnal yang dia kasih, terus gimana?”
“sama aja, gue kopas
pertanyaannya terus gue paste di google, kalau udah kayak gitu bakal muncul kok
yang sesuai sama apa yang dosen kasih, misal dari academia edu, dari
jurnal-jurnal yang di publish or sebagainya, udah deh kopas, beres….”
Temen gue yang lain nanggapin “iya
gue juga sekarang udah gitu, lagian sekarang tuh kita udah dimudahkan ngapain
segala di ambil pusing, toh dosen juga nggak bakal mau repot-repot periksa
jawaban kita satu-satu, karena mereka juga pekerjaannya banyak dan biasanya
mereka itu udah ada jadwal untuk posting materi setiap minggunya yang udah di
atur dari kampus – ”
Oh gituh toh, baru tahu halimah
ternyata mereka seperti itu… kalau gue, selalu baca modulnya, malah waktu
semester satu gue sampe baca berulang-ulang modulnya kalau nggak ngerti-ngerti
wkwkwkwk.
Tapi gini, gue emang nggak
terbiasa kayak gitu. kopas pernah? Pernah lah, biasanya kalau udah mepet-mepet
banget baru kopas dan asal comot dari sumber yang ada di gugel, tapi kalau
seandainya waktu gue luang pasti gue bakal menanggapinya dengan sepenuh hati…
Pernah suatu ketika gue itu lagi
ngerjain salah satu elearning, kebiasaan gue itu kan biasanya setelah download
modul dan baca pasti scroll down jawaban temen-temen gue kan. Nah pada saat itu
gue menemukan suatu yang buat gue senyam-senyum dengan jawaban mereka…. Seriusan,
parah banget…….. jadi, dosen itu bertanya tentang materi yang udah di posting
di module, nah jawaban temen-temen gue sebenernya nggak ngaco Cuma……. MEREKA MALES
BACAAAAAAAAAAA. Jadi, jawaban mereka semuanya samaaaaaaaaa. Dari temen gue yang
pertama kali jawab sampe yang keberapa gitu SAMA PERSIS. Contohnya sama. Kata-katanya
sama. Maksud gue, kalau ya memang kopas mbok ya baca-baca dulu gitu jawaban
temen lo, jangan sampe ini sama semua gitu….. malah pernah gue nemuin salah
seorang temen yang ambil jawaban dari gugel dimana jawabannya itu list gitu,
jadi 1 2 3 4 5… nah, temen selanjutnya copas dari sumber yang sama dari bagian
6, 7, 8, 9, tapi lagi-lagi nggak pinter gitu, dia Cuma asal kopas tanpa edit
nomornya, kan kocakkkkkk…. Gue sampe, yaampun parah banget…. Diluar itu ada
juga hal yang buat gue sampe merasa, kok
gini banget sih mahasiswa adalah ketika, dosen udah respon jawaban temen di
atas dan sudah jelas tertera disana “mbak, jawabannya memang panjang lebar,
tapi kok nggak mendekati pertanyaannya ya?” terus, temen-temennya jawab yang
sama persis juga sama temennya yang dikomentari kayak gitu, pertanyaan gue???? Lo
nggak baca tanggapan-tanggapan dosen apa? Lo nggak baca kalau temen lo yang
jawab kayak gitu di komen begitu sama dosen??????
Tapi kadang ada juga dosen yang
gini, “kok jawabannya sama yah sama yang sebelumnya” dan gue ngakak baca
tanggapan itu, tapi ya mungkin yang jawab itu punya rumus pengerjaan e-learning
mirip temen gue kayaknya HABIS NGERJAIN, CABUT!!!!!!!! Jadinya dia nggak
berusaha memperbaiki itu atau ngerespon tanggapan dosen 😪😪
Itu sih.
E-learning itu sebenernya bikin
mager, karena memang gue sendiri aja merasa seperti dikejar-kejar gitu. Meski sebenernya
jawabannya itu mudah tapi rasanya itu berat banget buat meluangkan waktu 30
menit untuk focus sama satu e-learning. ibarat kata kayak salat aja, meskipun
itu kewajiban tapi rasanya itu berat banget, buat salat tepat waktu aja susah
malah kadang-kadang enggak ngerjain wkwkwk.
Jadi sebenernya kalau udah gini,
gue juga nggak nyalahin mahasiswa atau dosen Cuma semestinya ada kebijakan baru
yang buat mahasiswa aktif di forum, misal kayak kalau jawabannya nggak sesuai
atau hasil kopas otomatis tidak di absen sama dosen, atau jawaban otomatis di
tolak system wkwkwk. Kayaknya lucu deh. Mungkin sekarang lucu, tapi kalau udah
bener ada kebijakan kayak gitu mungkin gue bakal merasa dicambuki sama
kebijakan e-learning wkwkwkwk.