Wednesday, October 30, 2019

E-learning itu….

Photo by bruce mars from paxels

Hallo leute, wie gehts?

Ahhhhhhhhhhhhhhh, diriku baru sadar kalau elearning lagi libur, rasanya tuh kayak………. ALHAMDULILLAH YA ALLAH 😍 akhirnya, penderitaan itu diliburkan jugaaaakkkkkkk…

Jujur ya, e-learning buat gue itu semacam momok yang tidak menakutkan tapi cukup menyeramkan, karena efek samping yang ditimbulkan sangat merugikan mahasiswa seperti diriku ini karena itu bakal berimbas pada LULUS / TIDAK LULUSnya lo dalam matkul e-learning tersebut. Dan gue, termasuk orang yang, AH TUHAN, KENAPA SIH HARUS ADA ELEARNING???????????? KENAPAH?????????? AKUTUH MALES NGERJAIN ELEARNING. Oke plis, jangan pernah tiru gue dalam hal ini, jangannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn!!!! Kalau lo mau meniru orang, carilah orang yang baik, misal : Gue di 10 tahun kedepan. Insya Allah, sudah pantas untuk ditiru *jika lo semua cukup percaya 😎*

Karena begitu magernya gue sama e-learning, hal itu menjadikan gue termasuk dalam deretan mahasiswa yang mengerjakan e-learning di detik-detik penutupan e-learning, kayak misal deadline pengerjaan itu jam 12 malam, gue bakal ngerjain di jam 9 atau jam 10 malam di hari itu, padahal (kadang) 1 atau 2 hari setalah dosen posting forum gue itu udah cek, tapi selalu ada setan yang menghalangi malaikat baik yang ada dalam diri gue, sehingga hasilnya adalah… yaudahlah nanti aja. Yaudahlah besok aja. Yaudahlah nanti malem aja. Yaudahlah ketinggalan. Kampret kan?

Adakalanya gue itu lebih memilih untuk nonton youtube daripada ngerjain elearning, dengerin lagunya Melly Goeslow, dengerin puisi di AADC, atau bahkan nonton daily vlog orang-orang yang tinggal di luar negeri, parah kan gue? Parah, sumpah!!!!!!!!!! Bisa-bisanya gitu anak yang kayak gue ini punya cita-cita lanjut S2 di eropa, nggak habis pikir!!!!!!!!!!! Nggak habis pikir sama jalan pikirannya itu kemana? Mikirnya itu pake otak yang ada di dengkul mana? Ckckckk.

*lupakan*

Bicara masalah elearning gue berani taruhan kalau mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir kayak gue ini paling males ngerjain elearning, bahkan gue berani bertaruh kalau kebanyakan mahasiswa karyawan itu sebenernya merasa elearning itu seperti beban tambahan. Coba lo bayangin, di hari kerja yang membosankan lo masih harus dikejar-kejar untuk jawab soal / diskusi / menanggapi forum / mengerjakan quiz / buat video presentasi di forum / berpikir untuk isi forum, apapun itu…. Bete nggak sih? Belum lagi itu menjadi kewajiban selama lo kuliah. Bete? Banget!!!!!!!!!!!!!!!!! Gue bahkan benci banget sama yang namanya elearning, menurut gue elearning itu seperti godam yang sewaktu-waktu bakal menghancurkan kepala berkeping-keping. Parah sekali akutu wkwkwk.

Beberapa kali gue itu nguping mahasiswa pas lagi di perpus bicara masalah e-learning, kebanyakan dari mereka bilang “ih males banget masih ada elearning” “gue belum ngerjain elearning *nyebut matkul* mager banget” dan banyak hal lain. Gue sampe, OMAYGATTTTTTTTTTTTTTTTTT, TERNYATA BUKAN GUE DOANG YANG MAHASISWA KAMPRETTTTTTTTTTT Ternyata diluar sana banyak juga mahasiswa-mahasiswa yang kayak gue, wahhhhhhhhhhhhh, amannnnnnnnnnn *sekali lagi jangan ditiru*

Karena kemalesan gue mengerjakan elearning, seringnya gue itu ngerjain elearning di jam-jam menjelang penutupan elearning kan ya. Nah, kalau udah gitu biasanya gue bakal keteteran banget karena harus baca modul + mikir kira-kira kata-kata apa yang pas untuk menjawab forum. Biasanya di moment-moment seperti inilah gue bakal digelayuti perasaan bersalah. Disitulah saat-saat menyesal karena menyia-nyiakan waktu begitu terasa. Disitulah gue biasanya berusaha untuk memperbaiki semuanya. Dan disitulah biasanya gue bakal berjanji sama diri sendiri untuk nggak mengabaikan elearning. Untuk ngerjain tepat waktu. Untuk nggak mengulur-ngulur waktu. Untuk lebih bertanggung jawab. Untuk, pokoknya BERUBAH. Dari penyesalan yang gue sebutkan tadi JANJI itupun terdengar nggak muluk, tapi faktanya……………. Nggak pernah terealisasi. Kejadian sama terus terulang kembali. Janji-janji karet terus bertebaran. Dan gue pun sadar bahwa….., gue kayak politisi yang banyak mengumbar janji karet untuk menenangkan diri, heleeeeeeeeeeehhhhhhhhhhhhhhh. Dan, kalau udah gitu guepun bakal pake system, yaudahlah yang penting isi. Yang penting di absen. Yang penting….. lulus. Padahal sebenernya lulus aja nggak cukup broh!!! Percaya sama gue, kalau lo terus kayak gitu, lo nggak bakal dapet apa-apa dari kuliah selama 4 tahun. Lo Cuma jadi mahasiswa yang…. Pengetahuannya kurang kemana-mana. Kayak siapa ni? Kayak gue lah wkwkwkwk. Sekarang gini, gue ini kan anak broadcasting kan? Tapi coba lo Tanya gue, “nani, berita  yang lagi tranding minggu ini apa ya?” belum tentu gue bisa jawab pertanyaan segampang itu. Nggak usah jauh-jauh, Tanya deh temen-temen gue, paling yang ikuti perkembangan terbaru masalah gituan adalah anak-anak yang kerja di media, diluar itu jawabannya… Apa ya? Enggak tahu. Ini pengalaman sih sebenernya.

Lo nanya, emang penting buat tahu perkembangan berita?

Jawaban gue, gue juga sebenernya nggak tahu, tapi seenggaknya ketika lo baca berita lo bakal dapet tambahan informasi tentang hal-hal yang terjadi disekitar lo. Lo bakal tahu fenomena apa yang terjadi saat itu, lo bakal peka sama isu-isu social, lo bakal (setidaknya) tahu apa yang menjadi problema di sekitar lo, tahu perihal perkembangan-perkembangan yang terjadi di dunia otomotif, digital, ekonomi, politik, misalnya. Yak kan? Tapi saat lo nggak baca apa-apa, lo nggak tahu apa-apa, gimana bisa lo menjadi mahasiswa kritis? Bagaimana bisa lo tahu apa-apa yang mesti lo “pikirkan”. Kejadian ini terajdi sama gue di kelas riset, gue termasuk mahasiswa yang “gagal” karena untuk kelas riset ini judul proposal skripsi gue di tolak 4 kali sama dosen. Gue nggak bisa mengemukakan alasan atas setiap pemilihan judul. Gue nggak tahu saat di ajak bicara kritis. Gue bahkan nggak bisa mengemukakan pendapat gue saat dosen minta ganti judul, padahal menurut gue gini… menurut gue gitu…. Tapi karena gue jarang baca, gue jarang melihat fenomena social yang mestinya bisa diangkat, jadilah…….. gue tertinggal. Itu…… oke kita lupakan tentang ini, kita balik lagi ke ELEARNING.

Speaking about elarning, setiap dosen pasti menyertakan modul ketika e-learning, biasanya modul itu berkaitan erat dengan forum dan quiz… benar? Benar!!!!!!!!!!  Sudah pasti. Misalnya, saat kita membahas masalah Politik Citra, otomatis dosen akan melampirkan modul mengenai Politik Citra, saat yang di bahas tentang Politik Persepsi, otomatis modulnya pasti tentang itu. Nah, suatu ketika saat gue lagi scroll down jawaban di forum gue menemukan tanggapan temen gue yang bahasanya super, memikat. Nggak seperti jawaban kebanyakan temen gue yang hasil kopas dari google, jawaban dia enggak. Bahasa yang digunakan itu Bahasa sehari-hari, persis kayak gue lagi nulis gini. Contohnya relevan dan berdasarkan situasi saat ini. Jujur, gue nggak meragukan jawabannya. Pertama, karena nih anak suka banget baca. Kedua, gue pernah baca tanggapan dia di salah satu forum di kelas elearning yang pernah kita ambil bareng semester lalu, pada saat itu dia menjawab forum dosen dengan sangat baik bahkan langsung mendapat respon yang sangat keren dari ibu dosen, makanya gue enggak meragukan jawabannya. TAPI, karena gue di set cukup kepo jadilah jawaban itu gue copy dan gue paste dilaman pencarian GUGEL. Hasilnya…………… gue menemukan kata-kata yang sangat mirip bahkan identic dengan jawaban temen gue di…. KOMPASIANA. Ya Allah, ternyata anak ini kopas dari kompasiana 🙄🙄 jadi selama ini gue ketipu dengan jawaban super cerdas itu?????

Karena kejadian itu gue sempet minta tanggapan dia perihal itu… gue bilang perihal kekaguman gue mengenai jawaban-jawabannya dan pada akhirnya pada fakta tentang gue yang menemukan bahwa jawaban itu nggak lain hasil kopas dari google….

“rajin banget sih lo”

“iya, soalnya dari semua jawaban, cuma jawaban lo yang di respon sama dosen”

“wkwkwkwk, gue malah nggak tahu kalau dosen respon… habis ngerjain yaudah…”

“lo kalau ngerjain forum atau quiz baca modulnya nggak?”

“enggak pernah…. Biasanya gue lihat awalnya aja, misal, yang di bahas tentang Politik Persepsi, nah udah… habis itu gue langsung cari aja di gugel, udah deh wkwkwk”

“Kan kalau sama *sebut nama dosen* itu dia bakal kasih jurnal, yang mana pertanyaannya itu semua ada di jurnal yang dia kasih, terus  gimana?”

“sama aja, gue kopas pertanyaannya terus gue paste di google, kalau udah kayak gitu bakal muncul kok yang sesuai sama apa yang dosen kasih, misal dari academia edu, dari jurnal-jurnal yang di publish or sebagainya, udah deh kopas, beres….”

Temen gue yang lain nanggapin “iya gue juga sekarang udah gitu, lagian sekarang tuh kita udah dimudahkan ngapain segala di ambil pusing, toh dosen juga nggak bakal mau repot-repot periksa jawaban kita satu-satu, karena mereka juga pekerjaannya banyak dan biasanya mereka itu udah ada jadwal untuk posting materi setiap minggunya yang udah di atur dari kampus – ”

Oh gituh toh, baru tahu halimah ternyata mereka seperti itu… kalau gue, selalu baca modulnya, malah waktu semester satu gue sampe baca berulang-ulang modulnya kalau nggak ngerti-ngerti wkwkwkwk.

Tapi gini, gue emang nggak terbiasa kayak gitu. kopas pernah? Pernah lah, biasanya kalau udah mepet-mepet banget baru kopas dan asal comot dari sumber yang ada di gugel, tapi kalau seandainya waktu gue luang pasti gue bakal menanggapinya dengan sepenuh hati…

Pernah suatu ketika gue itu lagi ngerjain salah satu elearning, kebiasaan gue itu kan biasanya setelah download modul dan baca pasti scroll down jawaban temen-temen gue kan. Nah pada saat itu gue menemukan suatu yang buat gue senyam-senyum dengan jawaban mereka…. Seriusan, parah banget…….. jadi, dosen itu bertanya tentang materi yang udah di posting di module, nah jawaban temen-temen gue sebenernya nggak ngaco Cuma……. MEREKA MALES BACAAAAAAAAAAA. Jadi, jawaban mereka semuanya samaaaaaaaaa. Dari temen gue yang pertama kali jawab sampe yang keberapa gitu SAMA PERSIS. Contohnya sama. Kata-katanya sama. Maksud gue, kalau ya memang kopas mbok ya baca-baca dulu gitu jawaban temen lo, jangan sampe ini sama semua gitu….. malah pernah gue nemuin salah seorang temen yang ambil jawaban dari gugel dimana jawabannya itu list gitu, jadi 1 2 3 4 5… nah, temen selanjutnya copas dari sumber yang sama dari bagian 6, 7, 8, 9, tapi lagi-lagi nggak pinter gitu, dia Cuma asal kopas tanpa edit nomornya, kan kocakkkkkk…. Gue sampe, yaampun parah banget…. Diluar itu ada juga hal yang buat gue sampe merasa, kok gini banget sih mahasiswa adalah ketika, dosen udah respon jawaban temen di atas dan sudah jelas tertera disana “mbak, jawabannya memang panjang lebar, tapi kok nggak mendekati pertanyaannya ya?” terus, temen-temennya jawab yang sama persis juga sama temennya yang dikomentari kayak gitu, pertanyaan gue???? Lo nggak baca tanggapan-tanggapan dosen apa? Lo nggak baca kalau temen lo yang jawab kayak gitu di komen begitu sama dosen??????

Tapi kadang ada juga dosen yang gini, “kok jawabannya sama yah sama yang sebelumnya” dan gue ngakak baca tanggapan itu, tapi ya mungkin yang jawab itu punya rumus pengerjaan e-learning mirip temen gue kayaknya HABIS NGERJAIN, CABUT!!!!!!!! Jadinya dia nggak berusaha memperbaiki itu atau ngerespon tanggapan dosen 😪😪

Itu sih.

E-learning itu sebenernya bikin mager, karena memang gue sendiri aja merasa seperti dikejar-kejar gitu. Meski sebenernya jawabannya itu mudah tapi rasanya itu berat banget buat meluangkan waktu 30 menit untuk focus sama satu e-learning. ibarat kata kayak salat aja, meskipun itu kewajiban tapi rasanya itu berat banget, buat salat tepat waktu aja susah malah kadang-kadang enggak ngerjain wkwkwk.

Jadi sebenernya kalau udah gini, gue juga nggak nyalahin mahasiswa atau dosen Cuma semestinya ada kebijakan baru yang buat mahasiswa aktif di forum, misal kayak kalau jawabannya nggak sesuai atau hasil kopas otomatis tidak di absen sama dosen, atau jawaban otomatis di tolak system wkwkwk. Kayaknya lucu deh. Mungkin sekarang lucu, tapi kalau udah bener ada kebijakan kayak gitu mungkin gue bakal merasa dicambuki sama kebijakan e-learning wkwkwkwk.

Thursday, October 24, 2019

Mahasiswa kagum sama dosen itu wajarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr!!!!

Kalau dulu kelompok gue buat film pendek yang bercerita tentang bagaimana seorang mahasiswa kagum sama dosennya karena sosok dosen yang keibuan, sosok dosen yang cerdas dan menjadi bentuk pelarian karena kurangnya kasih sayang ibu kepada anaknya,. Nah kalau kali ini gue bakal nulis / cerita tentang gue dan temen-temen gue yang kagum sama dosen *kibas-kibas rambut nggak jelas* Iyappp, jadi bukan cuma gue aja lho yang kagum sama dosen, beberapa temen gue juga ada yang kagum sama dosen. Bahkan ada temen gue yang rela ambil kelas lintas jalur cuma buat ambil matkul yang di ampu sama dosen yang dia kagumin *ngomong sambil bisik-bisik* dan yang lucu dari "pengorbanan" itu justru perjuangannya yang nggak membuahkan hasil. Miris banget lah. Bayangin ya, temen gue ini sengaja ambil kelas yang biasanya di isi dosen yang dikaguminya di jam 17.00 dengan harapan ibu dosen tersebut lah yang bakal isi matkul yang dia ambil, tapi nyatanya BUKAN alias DOSEN LAIN. Nggak sampe disitu, yang buat gue sampe melongo dongo itu waktu tahu kalau untuk ambil matkul di jam 17.00 itu dia harus berkorban waktu yang nggak sediktit, coba lo pikir, kelas yang dia ambil itu mulai jam 17.00 kan? sementra temen gue ini selesai kelas pagi aja jam 12 TENGGGGGGGGG, ARTINYA untuk masuk kelas ibu dosen yang dikaguminya itu dia harus melewati 2 matkul kosong. Menurut gue itu bakal terbayar kalau dosen yang di harapkan yang isi kelas tapi berhubung bukan jadinya malah miris wkwkwkwk. Tapi dia cukup tabah dan masih bisa menertawakan itu waktu cerita sama gue, ampun deh mbakkkkkkkkkk!!!!!

Ngomong-ngomong dulu gue juga sempet kagum sama dosen yang bersangkutan lho (dosen yang dikagumin temen gue), tapi akhirnya menyadari bahwa sebenernya gue nggak tahu kenapa gue bisa kagum sama dirinya yang bahkan gue nggak bener-bener tahu bagaimana cara mengajarnya. Soalnya dulu gue dapet matkul yang di ampu dosen ini untuk matkul e-learning, e-learning kan nggak ketemu tiap minggu. tapi waktu itu gue suka sama bagaimana dirinya membalas forum mahasiswa-mahasiswanya, dulu gue selalu bacain balasan dari dosen ini di forum lho, dan diem-diem berharap kalau dosen ini menanggapi forum gue tapi ENGGAK PERNAH(karena gue selalu isi forum di waktu yang mepet wkwkwkwk). Sebenernya ada juga matkul tatap muka yang diisi sama dosen ini (yang ketemu tiap minggu) tapi waktu gue dapet matkulnya gue nggak merasa ada ketertarikan apapun sama dia, cara mengajarnyapun (menurut gue) sama kayak kebanyakan dosen yang pernah mengisi kelas-kelas lain. Dan dulu gue selalu telat masuk kelas dosen ini lantaran biasanya gue sama temen-temen gue yang perhitungannya payah itu selalu bodoh dalam memilih tempat makan, alhasil gue seringnya masuk setelah kelas berjalan 30 menit bahkan pernah sampe telat 1 jam gara-gara makan di salah satu tempat makan di deket kampus (bayanging gue pesen jam 5 kurang tapi sampe menjelang magrib makanan gue belum dateng-dateng jugakkkkkk, parah banget kan????????????) Oke lupakan!!

Kalau gue boleh jujur dengan sepenuh-penuhnya kejujuran hal yang buat gue kagum sama dosen ini karena kata-kata perpisahan yang dia lontarkan di pertemuan terakhir menjelang UAS. Menurut gue kata-katanya sampe masuk ke hati dan tertancap disana *lebay* karena memang setelah itu gue langsung, ya ampun ibuuuuuuuuuuuuuuuuuu......  setelah itu selama 3 hari berikutnya gue inget nih dosen terus dan cari tahu semua tentang dia wkwkwk. Betapa kata-kata bisa membuat gue bisa membuka mata buat orang yang dulu bahkan paling buat gue “aduhhhhhhh, lo aja kali yang konsul, masa gue terus sih yang harus ngomong sama nih dosen” pas kelompok gue dapet giliran konsultasi tugas ke dosen ini.

Oiya, dari hasil kepo gue itu gue mendapatkan jejak ibu dosen ini di 2 blog pribadinya *nyengir dodol* 2 ulasan bukunya di goodreads, CV nya sebelum di edit ke yang terbaru (oleh kampus), akun facebooknya (sebelum di nonaktifkan atau di delete), akun ignya yang tanpa jejak, apalagi ya? Udah itu aja sih. Sekarang, setelah kekepoan gue terjawab, dan gue pada akhirnya nggak tahu alasan yang bisa menguatkan kenapa gue bisa kagum sama dia, gue pun berhenti hanya sampe disitu *ketawa bego*

Beberapa minggu lalu sebenernya salah seorang temen tanpa sengaja bilang “negara ini kan negara pertama yang dikunjungi sama bu ini* waktu kita lagi pada kumpul di ruang diskusi perpustakaan, lt 6. Pas dia nyebut nama dosen seketika radar gue langsung berbunyi nyaringggggggg, dan seketika gue pun mengalihkan perhatian gue ke temen gue yang dengan senang hati ngomong tentang nih dosen dan gue pun memancing temen gue ini untuk cerita lebih *meski gue udah tahu karena sebelumnya pernah baca di blognya* waktu itu sempet keinterupsi karena kita memang lagi diskusi tapi pada akhirnya gue berhasil menggiring temen gue untuk kembali ke masalah utama, NIH DOSEN. Dan pada saat itulah gue tahu betapa temen gue ini ternyata KAGUM BANGET, KAGUM BERAT, SUKA BANGET, sama nih dosen, bahkan karena dosen ini juga dia sampe punya “cita-cita baru” untuk jadi dosen. Lihat, betapa kekaguman itu bisa mempengaruhi seseorang. Dari temen gue ini juga gue tahu kalau awal kekaguman dia sama dosen ini karena cara ngajarnya yang enak banget (katanya lho), baik banget, dan bagaimana dia tahu kalau dosen ini membantu mahasiswanya untuk menyelesaikan skripsi (tidak mempersulit) terus apalagi ya? *lupa sumpah* oiya, dia juga cerita tentang apa yang dia dapet dari blog dosen ini, dia ceritain semua ke gue dan gue setengah mati pura-pura nggak tahu, terus yang lucu adalah waktu dia berusaha coba kasih tahu blog dosen ini, waktu itu dia lupa alamat blog nih dosen. Dia cari dengan semua kata kunci tapi nggak nemuin. Waktu itu mulut gue sebenernya udah gatel banget buat bilang "ini lho nama blognya bu dosen" tapi gue diem aja dan liatin dia usaha ketik sana ketik sini....

"bentar gue cek di wa dulu, biasanya gue itu suka berbagi kebaikan sama temen-temen gue, siapa tahu gue juga bagiin alamat blog ini ke temen-temen gue" katanya sambil ngecek laptopnya.

Gue terus merhatiin dia sambil terus memuji-muji dia karena dia bisa menemukan informasi tentang dosen “gilaaaaaaaaaakkkk, dia tahu blog BU DOSEN LHO, keren banget deh kayak detektif” kata gue yang langsung di tanggapin temen gue yang lain “tuh nani, ternyata ada yang lebih jago dari nani kan?” gue cuma manggut-maggut sambil nyengir dodol. Padahal diriku…. Fact checker lho, kayak Amanda Seyfried di film Letters to Juliet wkwkwkwk.

Nah dari situlah gue nanya-nanya tentang dosen ini, tentang kekagumannya, tentang bagaimana temen-temen lain bisa kagum sama dia juga, dan tentang yang lain-lain. Dan akhirnya sejak itu gue jadi biasa aja sama dosen ini.  Gue merasa bahwa gue nggak punya alasan untuk kagum dengan dosen tersebut. Meski dulu iyaaaaaaaaaaa, tapi tanpa alasan jelas jadinya…. Berlalu.

Tapi………….

Kekaguman gue itu justru beralih ke salah satu dosen yang mengisi kuliah di semester ini. Iya. Ibu dosen ini adalah dosen yang pernah gue takuti bahkan sebelum gue tahu orangnya kayak gimana wkwkwkwk. Serius. Jadi setelah isi KRS nama dosen yang bersangkutan langsung muncul, biasanya kan kalau dosen yang lain itu namanya bakal muncul setelah KRS disahkan kan? Nah kalau dosen ini enggak, jadi setelah gue isi KRS saat itu juga nama dosen itu langsung muncul di KRS, gue langsung, NAH LHOOOOOOOOOOOOOOO. Setelahnya gue langsung bertanya-tanya ke temen gue dan mereka bilang “ribet tuh dosen tahuuuukkkk” “kritis” “nggak bisa nyontek” “tugasnya susah” tapi gue tetep nggak berkutik, gue tetep nggak pindah ke dosen lain, padahal ada dosen lain untuk matkul ini tapi gue justru memilih untuk…. Yaudahlah. Yang ada gue justru mencari tahu siapakah dosen ini, dan hal pertama yang gue dapatkan adalah fotonya di website kampus. OH TERNYATA INI YANG NAMANYA IBU DOSEN….. Meski awalnya sempet takut karena ada senior yang pernah bilang kalau ada temennya yang proposal skripsinya nggak di terima sampe 1 semester. Tapi setelah pertemuan pertama gue langsung merasa, GUE BENER-BENER BERUNTUNG BANGET DAPET DOSEN INI. Sumpah!!!!!! OAMAYGOSHHHHHH!!!

Waktu hari pertama gue masuk kelas ini, gue menjadi mahasiswa pertama yang dateng ke kelas taukkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk. Waktu itu gue lagi cari-cari kelas gitu karena kelas gue ada di gedung R, selama gue kuliah di mercu baru sekali gue di gedung R (Waktu semester 1) makanya pas gue naik kesana gue celingak-celinguk cari kelasnya sambil terus refresh SIA takut gue salah kelas (nggak lucu kan salah masuk kelas di hari pertama kuliah wkwkwk) nah pas gue lagi celingak-celinguk nggak jelas itu tiba-tiba dosen ini ada di belakang gue dan langsung buka pintu kelas setelah sebelumnya nanya gue tentang bener nggak ini ruang *Sebut kode kelas* dan…………..oh, ini toh BU S. lo tahu??????????? Lo tahu nggak, gue deg-degan banget lho waktu itu, soalnya di kelas cuma ada gue aja sama ibu dosen, gue diem aja sambil doa semoga temen gue pada tahu kalau kelasnya disini dan mereka cepet nyampeeeeeeeeeeeeekkkkkkkkkkkkkkkkkkk. Tapi dosen ini membuka keheningan dengan nanya-nanya, apa gue ya yang nanya-nanya *lupaaaaaa akutu* Nah dari situlah akhirnya gue ngobrol-ngobrol sama ibu dosen ini dan……. KATA-KATA TEMEN GUE DI ATAS ITU TERBANTAHKAN. Kesan pertama gue tentang dosen ini adalah, BAIK, TEGAS, CERDAS, KRITIS, ELEGAN, KEIBUAN, BAIK, BAIK,BAIK BANGET, BAIK SEKALI, SANGAT BAIK, LUAR BIASA BAIK, LUAR BIASA CERDAS, LUAR BISA DOSEN TERBAIKKKKKKKKK. Pokoknya semua yang baik-baik deh…….. kayak harapan pas ulangtahun wkwkwk.

Kalau boleh jujur, sebenernya yang buat kagum sama dosen ini bukan karena itu, lah terusssssss???????????????? Karena kata-kata dosen ini. Jadi pernah suatu waktu, entah itu di pertemuan 3, 4 atau mungkin 5, waktu itu gue telat dateng ke kampus lantaran kesiangan dan karena itu gue memilih buat menyendiri di kursi baris ke 3, meski begitu gue terus nyimak omongan dosen ini ketika kelompok anak yang ambil aplikatif lagi konsultasi proposal mereka. Buktinya kalau anak-anak dari kelompok itu ngelontarin joke gue bakal ikut ketawa, waktu dosen jelasin hal yang menarik gue langsung senyum-senyum. Gue menyimak masukan dosen itu dengan seksama, sampe akhirnya tiba dimana gue denger ibu dosen itu bilang tentang masalah nasab anak yang lahir diluar pernikahan, entah itu lagi ngebahas masalah film yang bakal di buat sama kelompok yang tengah konsultasi atau bukan gue nggak ngerti, tapi dari situ gue merasa bahwa ibu dosen ini bukan hanya dosen yang sekedar masuk kelas jelasin, kasih tugas, terus keluar tapi LEBIH dari itu. Dia memberi kita pelajaran yang jauh lebih berharga di bandingkan sekedar lo harus ngerti ini, lo harus ngerti itu,… tapi, dosen ini itu bener-bener….. LUAR BIASA. Jujur, baru kali ini gue menemukan alasan yang setidaknya jelas atas kekaguman gue sama orang yang (setidaknya) berada dalam lingkaran kehidupan gue wkwkwkwk. Dan orang itu dosen yang awalnya gue takutin tanpa alasan apapun.

Sebelum bicara masalah nasab anak yang lahir diluar pernikahan sebenernya dosen ini juga nanya kita dengan pertanyaan yang unpredictable banget kayak "apa kriteria kalian untuk calon pasangan hidup kalian kedepan?" temen-temen cewek lain keliatan exited banget ditanya gitu, apalagi si desi wkwkwk.

"saya sebelumnya nggak pernah nanya gini di kelas-kelas sebelumnya, tapi saya mau nanya ini sama kalian... Mbak Riskita?"

Terus akhirnya ibu dosen ini menanyakan ini ke satu per satu mahasiswa di kelas itu, yang lebih kurang ada 15 orang. Setelah diskusi sebentar, ketawa-ketawa sebentar dosen ini pun bilang.

"buat perempuan, kalau bisa carilah yang pemahaman agamanya di atas kalian, beberapa tingkat di atas kalian,......................" gue lupa ibu dosen ini ngomong apa lagi, seinget gue sih dia cerita sedikit tentang suaminya yang katanya mampu mengimbangi dirinya... Pokoknya dia ngasih wejangan juga buat kita waktu itu nah dari situ aja udah menunjukkan bahwa dirinya itu BEDAAAAA.

Tiap kali gue di hadapkan sama ibu dosen ini gue selalu takut lho, sebenernya gue emang selalu kayak gitu kalau kagum sama orang – takut menunjukkan kebodohan sih sebenernya. Tapi udah terlanjur sih, dosennya udah keburu tahu kapasitas otak gue yang begitu-begitu aja wkwkwkwwk. Kayak misalnya tadi, gue itu sebenernya nggak siap buat menghadap ibu dosen ini, soalnya proposal gue belum ada perbaikan sama sekali, tapi karena gue lagi dikampus dan temen gue juga nggak mau pergi sendiri dan minta gue juga untuk ikut dia (padahal gue lagi focus ngerjain di perpus) jadilah gue ketemu ibu dosen ini. Lo tahu, pas kak riskita buka pintu TU, tiba-tiba dosen ini bilang “welcome” sambil merentangkan tangan dan senyum sumeringahhhhhhhhhh. Lo tahu nggak, beberapa belas menit sebelumnya gue sama Linda udah ketar-ketir dan entah gimana mengutarakan ketidaksiapan kita dan deg-degan yang seketika dateng entah darimana “kok gue jadi gerogi gini ya? Deg-degan gitu” kata linda. Gue juga, malah gue yang paling panic, soalnya proposal gue bener-bener belum ada perubahan conggggggggggggggggggggggggggg. Dan pas sampe di TU dan melihat reaksi dosen yang bener-bener wahhhhhhhhhhhh, gue langsung, ademmmmmmmmmmmmmmmmmmmm. Adem karena langsung disambut udara sejuk AC mungkin wkwkwkwkwkwk.

Setelahnya satu per satu kita konsultasi, kak riskita paling dulu, disusul sama gue yang dari awal udah bilang sama ibu kalau punya gue belum ada perubahan apa-apa yang lansung buat ibu dosennya langsung “lho?” tapi akhirnya malah gue jadi semakin tahu kalau dosen ini tuh sebenernya baik banget, terus teliti banget. Itu bukan karena gue nggak diomelin lho makanya gue ngomong gitu, tapi
ada sesuatu yang lain gitu.

Semoga setelah UTS dan ditentukan siapa yang bakal jadi dosepem, gue bakal dapet Bu S ini….. sumpah, gue berdoa dengan sungguh supaya dosen ini yang jadi dospem SKRIPSI gueeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee. Ya Allah, kabulkannnnnnnnnnnnnnn.

JANJI gue, selepas UAS nanti gue bakal tulis postingan lagi tentang ibu dosen ini + melampirkan foto. Bukan foto dirinya lagi sendiri of course, tapi foto dirinya sama temen-temen sekelas misal atau foto bareng kita sekelas. Okeh? Okeh….!!!!!!!!!!!! Gue bakal kenalin lo sama dosen super baik hatiiiiiiiiiiiiiiiiiiii, dosen paling-paling-paling-paling baikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.

Oiya, gue tiba-tiba inget satu hal masak……. Jadi gini, ini kejadiannya beberapa minggu lalu, jadi waktu itu kelas sebenernya udah selesai, masih ada satu anak yang konsultasi sebenernya, tapi dosen ini punya kebijakan kalau kita udah selesai konsul kita boleh langsung keluar kelas, nah gue sama temen-temen jarang kayak gitu. Biasanya setelah salah satu dari temen gue selesai konsul kita bakal saling Tanya-tanya apa yang harus di perbaiki dan kadang saling minta masukan *meski kenyataannya nggak gitu wkwkwk* nah, waktu gue selesai konsul temen gue itu nanya “nani, jadi lo skripsi kapan?”

Gue “insya allah semester depan”

Temen gue “wah, berarti bareng gue dongggggggggg”

Terus gue lupa apa kelanjutannya, pokoknya yang gue inget itu gue bilang, “yaudah, nanti kita ketemu di Hamburg, gue mau lanjut S2 disana” terus temen-temen gue seketika langsung pada ketawa. You know lah ketawa macam apa yang gue maksud. Terus, tanpa di duga dosen yang lagi focus sama mahasiswa terakhir yang lagi konsul langsung nengok ke gue gitu dan bilang “Aminnnnnnnnnnnn” sambil senyum gitu. Terus, ibu dosen ini langsung bilang “ya nggak apa-apa mbak, kalau punya mimpi itu memang harus tinggi” terus habis itu dia balik lagi ke mahasiswa yang lagi di depan dia.

Jadi kenapa gue bisa kagum sama dosen ini????????????????

KATA-KATA.

Saat lo dengerin dengan seksama, saat lo perhatiin lagi dosen ini pas ngomong, lo bakal mendapat kata-kata yang sebenernya menyejukkan banget. Kata-kata yang sebenernya penuh dorongan dan aura positif. Dan sesuatu yang bedaaaaaa.

udah itu aja.

Friday, October 18, 2019

Jadi pengangguran itu nggak enak...

Hallo leute, guten abend!!! *sok-sokan* maaf, gue Cuma tahu itu doang sebenernya wkwkwk.

Ah, pengangguran. Astaga kata itu sebenernya aib banget buat diriku ini, tapi apa mau di kata, cari pekerjaan yang sesuai keinginan itu gampang-gampang susah bokkkkkkkkkkkkkkk. Persis kayak cari judul proposal skripsi, pas udah dapet judul harus nentuin teori sama metode penelitian mau pake apa, udah gitu sumbernya harus jelas darimana. Itu kalau di acc lho ya, kalau nggak di acc, nentuin judul aja susahnya bukan main persis kayak lagi jawab pertanyaan emak yang nanya “kapan kerja?” nah lho kan, baliknya tetep aja ke pekerjaan dan pada akhirnya ke status eike sebagai pengangguran. Idihhhhhhhhhhhhhhhhh ajibbbbbbb, tulisan gue nyambung banget persis kayak narasinya mbak Nana di program Mata Najwa wkwkwkwk. *abaikan*

Nama gue Nani Arpan *udah tahu* anak gunung sindur yang cita-citanya lanjut S2 di eropa, sebenernya gue juga nggak tahu eropa itu sebelah mananya kedoya, atau kalau kata orang gunung sindur itu lempengan mana? Tapi cueklah, kalau kata dosen gue yang baiknya kayak ibu peri alias baik banget, kalau punya cita-cita itu harus setinggi-tinggi-tinggi-tinggi-tinggi-tingginya... biar kita semangat dalam mengejarnya. Alhasil, mimpi yang sudah terpatri dari gue masih pake seragam putih abu-abu itu semakin berkembang hingga saat ini, terlebih menjelang detik-detik kelulusan gue, yang kalau di hitung-hitung *pura-pura ngitung* kurang lebih setahun lagi lah *yakali nani!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!* eh, gue mah positif orangnya....

Jangan salah lho yaaaaaa! Meski gue pengangguran gini, gue itu selalu.... BAHAGIA. Bahagia karena di kelilingi temen-temen super konyol, bahagia karena punya kakak sepupu super nggak jelas, bahagia punya temen berantem kayak adek gue, bahagia karena kenal dosen-dosen super baik, bahagia karena punya si bocil yang selalu acak-acak novel gue, bahagia karena emak gue jarang ngomel meski gue nggak kerja (karena seringnya gue langsung disuruh minggat wkwkwk), bahagia karena........ gue masih bisa diam-diam beli novel di periplus wkwkwkwk. Anjir yang terakhir nggak tahu diri banget, Dan bahagia karena gue BAHAGIA, meski sebenernya yang terjadi atau fakta yang dikemukakan cici gue adalah “nih anak nggak punya otak banget....”

Apa ci?? Apa? Nggak punya otak???? Emang cici baru tahu kalau nani nggak punya otak?? Kemana ajaaaaaaaaaaaaaaa? *lh0

Cici gue ngomong gitu cuma gara-gara gue ajak dia untuk ngetrip beberapa hari ke Lampung. Lampung lho bukannya Belitung!!!!!!!!!!! LAMPUNG!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Tapi balesannya gue di bilang nggak punya otak, hati siapa yang nggak sakitttttttt? *mendramatisir* rasanya kepingin lompat dari lantai 4 tuh rumah sakitttttt denger itu.... hancur hati halimah abangggggggg.

Memang nggak enak tahu jadi penggangguran, sumpah....... banyak banget hal-hal yang nggak banget kalau jadi pengangguran, kayak misalnya LUPA HARI. Kalau pengangguran itu hal yang paling klasik adalah lupa hari... Ya habis gimana mau inget hari orang kegiatan dari hari senin sampe ketemu senin aja tetep sama, tanggal gaian yang ditunggu-tunggu nggak ada, cicilan nggak punya, jadi????? Penting gitu inget hari????????? Penting??????????? Bahkan minggu kemarin gue pernah dengan paniknya ketika kelas mau bubar nanya gini “eh...sabtu kemarin itu tanggal berapa ya....” sambil terus fokus ke layar laptop buat ngetik sementara kaki gue bergerak-gerak nggak sabaran nunggu jawaban temen-temen gue (padahal di laptop kan ada kalender ya, tapi nggak kepikiran gitu) dosen sampe nimbrung “ya ampun Nani....” kejadian ini belum lama, minggu lalu!!!!!!!!!!!!! Bahkan yang bener-bener keterlaluan itu temen gue, tadi siang dia nelepon gue.... “Nani, lo dimana?” gue bingung setengah mati waktu temen gue tumben banget nelepon di hari biasa “di rumah, kenapa?”

“Lo nggak ke kampus?” Gue bingung, seketika gue mikir, emang sekarang hari apa??????

“ke kampus ngapain kan sekarang hari jumat” kalimat ini keluar hasil mikir keras lho :P

“serius lo?”

“Iya serius....”

“Astagaaaaaaaaaaaaaa, gue kira sekarang sabtuuuuuuuu anjirrrrrr”

“Lo di kampus?”

“Iya gue dikampus, ini lagi di LIA lantai 2...”

“maboooook lo yaaaaa?”

“Gue pikir hari ini ada kuliah, soalnya grup rame banget... gue nggak sempet bacaaaaaaaa”

Gue ngakak...

“pantes aja ni LIA sepi banget”

“besok gue cerita ah di kelas”

“Jangaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnn Nani.........”

Oke, itu tadi percakapan dua pengangguran yang lupa hari. Gue dan Beby. Lo nggak tahu kan siapa beby. Dia temen gue yang selalu buat mata gue terbelalak waktu temen-temen sekelas manggil dia dengan kata “Beb” yang entah gimana selalu menghadirkan “lho” dan seketika gue pun sadar kalau itu panggilan buat namanya yang “Beby” ngerti nggak?

Itu baru satu dari nggak enaknya jadi penggangguran, yang lainnya... Banyak. Kayak misalnya, NGGAK PUNYA DUIT. Yang buat sedih tuh sebenernya yang ini, karena dengan lo jadi pengangguran akan banyak hal yang di pertimbangkan kalau lo mau beli apa-apa. Mau beli ransel baru, pikir-pikir dulu. Mau beli sepatu, pikir-pikir dulu. Mau beli buku pikir-pikir dulu. Jangankan kepikiran beli apa-apa yang mahal-mahal, kadang cuma lihat harga sesuatu yang kayaknya terlalu indah untuk jadi kenyataan di masa-masa pengangguran ini udah cukup buat kerongkongan gue kering. Kayak kejadian beberapa minggu lalu, gue lagi cek-cek salah satu situs belanja online gitu, pas gue lagi cek official store salah satu brand sepatu gitu dan tanpa sengaja lihat ada diskon berapa puluh persen untuk salah satu sepatu gitu, dari harganya yang di atas 800an jadi cuma 470an, gue langsung..... nelen ludah. Apalagi pas lihat komentar-komentar orang yang udah beli... ah, Sakit jiwaaaaaaaaaaaaaa. Untuk yang satu itu gue sampe cerita sama cici gue. “udahlah, nanti kalau udah kerja di sport station banyak diskon kok.....” sebenernya gue cerita gitu sama cici gue supaya dia mau minjemin gue duit tapi ternyata dia enggak peka wkwkwkwkwk.

Yah wajar aja sih kalau penggangguran itu nggak punya duit, ya gimana mau punya duit kalau dia aja nggak punya penghasilan bulanan. Persis gue, gue nggak ada penghasilan sama sekali. Ada sih, Cuma itu jatah bulanan dari mamak gue. Jadi tiap bulan itu gue dapet jatah buat bayar SPP + kebutuhan gue selama 1 bulan. Cukup? Cukup enggak cukup sebenernya. Tapi gue bisa katakan itu cukup. At least gue masih bisa selanang-selonong sendiri pas gue lagi bete, masih bisa beli ini itu, masih bisa nabung dari uang kembalian, masih bisa kabur pas lagi diomelin emak gue kalau dia udah bener-bener muak karena seharian gue Cuma tidur-tiduran di dalem kamar sambil mandangin layar laptop/hp, atau cuma cari posisi duduk yang enak pas lagi baca novel. Pokoknya begitulah. Jadilah kalau gue muak diomelin gue bakal kabur dengan duit jatah bulanan sambil ngegondol kamera dan pergi entah kemana tanpa tujuan. Kadang ke kampus dan nongkrong di perpustakaan. Kadang ke stasiun dan naik kereta secara random. Kadang naik busway. Kadang berhenti di stasiun antah brantah untuk lihat-lihat keluar. Bahkan kadang kerumah cici gue dan tidur seharian di kamarnya wkwkwk. Yah begitulah. Makanya pas temen gue rencanain akhir semester ini kita bakal liburan ke Jogja gue setengah mati mikir, anjirrrrrrrrr duit darimana??? Cukup nggak nih? Beda kan coy pergi sendiri sama rame-rame... kalau sendiri kan enak, bisa jadi diri sendiri... Kalau pergi rame-rame kadang kita bakal menganut paham demokrasi, mau nggak mau pasti bakal ikut suara mayoritas. Ya kan?

Pengangguran itu harusnya punya lebih banyak waktu buat ngerjain tugas. Itu kata temen gue selalu saat gue kebingungan setengah mati lantaran gue belum ngerjain tugas riset, padahal dia juga belum ngerjain. Tapi karena dia kerja jadi dia merasa dia berhak untuk nggak ngerjain hari itu, kalau pengangguran haram rasanya buat nggak ngerjain tugas. Jadilah gue tersudutkan di tengah kepanikan diomelin ibu dosen. Pernah nggak sih lo kayak gitu? Atau lo denger komentar-komentar kayak gitu? Pengangguran harusnya memang waktunya lebih banyak, tapi karena gue pengangguran yang produktif, yang saking produktifnya sampe kadang-kadang benci lama-lama mandang layar leptop tugas itu terasa sangat berat. Bahkan bisa gue katakan lebih berat tugas dibandingkan RINDU. Lebih berat tugas dibandingkan AKU *ya karena BB gue Cuma 40kg*, lebih berat tugas dibandingkan, dibandingkan apa ya?????????? Pokoknya begitu. Menurut gue bobot tugas untuk orang yang kerja sama yang n ggak kerja itu sama, sama rasa sama rata.  IMBANG. Tapi kenapa kalian dengan teganya bilang kalau gue punya lebih banyak waktu, kenapahhhhhhh???? Nggak ngerti.

Terus apa lagi ya???????????? Terus nggak enaknya jadi pengangguran itu pas ketemu sama orang dan mereka nanya, lo kerja dimana???????? Seketika halimah diam. Enggak juga sih, seringnya gue bilang kalau gue kerja di GOOGLE. Ini seriusan. Gue bahkan pernah setor uang ke bank beberapa waktu lalu, terus teller banknya basa-basi gini :

Teller : masih kuliah?

Gue : iyaaaa.

Teller : Semester berapa?

Gue : pokoknya saya masuk maret 2016, cuti satu semester, hitung aja sendiri.

Tellernya narik nafas sedalam 30 meter.

Teller : Kuliah dimana?

Gue : Di kampus

Sabar.

Teller : Ini kamu tabungan uangnya darimana, kerja?

Gue : dari Google.

Teller : kok bisa?

Gue : bisa, tanya aja sama google.

Teller : di deket rumah kamu ada KCP bank ini nggak, kalau ada tolong jangan balik lagi kesini ya.  Oke, yang terakhir itu kalo tellernya si widyas wkwkwkwk.

Iya bener, sulit banget pas ada yang nanya “nani sibuk apa?” karena setelahnya gue bakal berpikir super keras untuk itu. Pernah waktu ditanya dosen gue bilang aja “masih belom kerja bu” terus dosennya Cuma senyum, mungkin bingung mau nanggapin apa wkwkwk.

Hhhmmmmmmmmmm. Mungkin suatu hari nanti gue bakal memaknai ini dengan lebih bijak lagi. Mungkin suatu hari nanti gue bakal mengerti makna yang terjadi sekarang dengan..... sesuatu balasan yang lain..... mungkin sulit cari kerjaan sekarang, tapi semoga jalan untuk kuliah S2 jauh lebih mudah jalannya. Apa lagi ya???????? Gue jadi inget film yang beberapa waktu lalu gue tonton, realita yang ada itu menunjukkan bahwa gelar sarjana aja ternyata nggak cukup. Terus gimana?????????? Ya enggak gimana-gimana sih sebenernya. Intinya. Pengangguran itu nggak enak. Nggak keren. Nggak punya duit. Nggak enak deh. Enakan punya kerjaan yang sesuai cita-cita *yaiyalah*, kerenan punya uang banyak.... kerenan bisa beli apa aja tanpa liat harga *siapa juga mau* hhhhhmmmmmmmmmm, kok jadi kepikiran buat..... NGEPET + PIARA TUYUL  YAAAAAAAAAA *lho. Habis mau cari om-om juga mikir-mikir lagi, emang ada yang mau????????? Wkwkwkwk.

Ngomongin masalah ngepet, kenapa babi ngepet nggak coba ngepet di mesin atm aja ya? Kan udah jelas duitnya banyak, kenapa harus ngepet di rumah-rumah yang ada di kampung yang udah jelas orang kampung aja udah tahu yang namanya teknologi menyimpan uang di BANK. Kenapa cobak?????????? PERNAH MIKIR GITU NGGAK?????? Apa dukun-dukun itu banyak yang nggak belajar perekonomian digital ya? Harusnya mereka itu mentraining babi serta tuyul-tuyul mereka agar lebih cerdas lagi, mereka harusnya membenahi tim trainee yang mendidik calon-calon babi ngepet dan tuyul profesional dengan menetapkan standar pendidikan untuk pelamarnya, misalnya seperti IPK min 2.75 *lha?* terus? Kemampuan untuk menggunakan mesin EDC, kemampuan membedakan uang palsu, kemampuan untuk menghack, kemampuan untuk tahu nilai tukar rupiah, ngerti kapan harus ngejual dan ngebeli saham, lha keren amat tuyul ngerti begituan wkwkwkwkk. Oke, bercanda.

Udah ah.

Saturday, October 5, 2019

Obrolan Tengah Malam

I know i am  not the only one.  Who regrets the things they have done.. sometimes I just feel its only me Who can't stand the reflection that they see. I wish I could live a little more look up the sky not just the floor... I feel like my life is flashing by and all I can do is watch and cry.... I miss the air, i miss my friends, I miss my mother, I miss it when life was a party to be thrown... But that million years ago.

Alaaaah, segala-segalaan di buka sama lirik lagunya Adele, kayak ngerti aja tuh lagu artinya apaan🙄 Udah jelas di suruh perkenalan pake bahasa inggris aja belepotannya kayak apaan tahu. Emang dasar ngocol.

Yang di atas itu tadi komentar temen-temen sekelas gue di matkul Bahasa inggris kalau mereka tahu gue sok-sokan kayak gini di blog😂

Okay, hallo Leute!!!! Eh...eh... Kalau mau bilang selamat malam pake bahasa Jerman apa ya? *Deuh maksain* Oke, karena gue nggak tahu gue bilang aja, selamat malam. Selamat beritirahat. Daghhhhh. *Lha?

Okay, nggak terasa udah mau sabtu lagi. Tinggal hitungan menit deh. Eh, udah tengah malem deh... Oke...oke... Sebelum Gila gue kumat (dan memang sudah hampir dimulai) Mari kita berkumpul sejenak di media gue bisa menjadi diri sendiri tanpa memikirkan orang lain, tempat dimana gue bisa telanjang bulat *karena nggak ada yang bisa lihat😂*, tempat dimana gue bisa membangun khayalan babu *jadi penulis*, tempat dimana gue bisa ngomongin temen-temen kuliah dan terutama dosen *karena mereka nggak akan baca🤣 * dan, tempat dimana gue bisa..... Bisa bicara panjang lebar tanpa harus mengulangi kata "hhhhmmmmmmm" Persis kelakuan gue kalau lagi pesen makan.

"Iya...?"

"Ayam kremes ya pak... Sama hhhhmmmmmmm... Tempe boleh pak... Terus.... Hhmmm... Ayamnya paha ya pak.... hhhhmmm, oiya jangan garing ya pak, masih basah-basah gitu..."

"Minumnya?"

"Hhhhmmmmmmm... Teh manis pak... Hhhhmmm, tapi jangan manis ya pak, yang penting ada manisnya sedikit"

Aneh ya? Ya gue emang gitu.Bahkan gue pernah di ledekin sama pelayan kantin kampus gara-gara pesen es kopi aja terlalu banyak hhhhmmm. Maaf kan, saya tengah berusaha menghilangkannya😂

Oke, kedatangan gue malem ini sebenernya bukan untuk cerita itu. Tapi cerita hal lain. Jadi malam ini gue tuh lagi coba inget-inget kejadian atau lebih tepatnya hal-hal yang gue lakuin sabtu kemarin, bahasa kerennya mah napak tilas😂 Gila, keren banget bahasa anak gunung sindur yang satu ini. Jangan-jangan efek samping sering hirupin asap motor waktu kecil nih jadinya rada-rada wkwk.

Iya, gue coba napak tilas kejadian minggu lalu. Sabtu kemarin itu bener-bener luar biasa. Luar biasa nggak ada kerjaannya gue di kampus. Maksudnya gini, oke gue memang belajar di kampus tapi nggak sampe malem. Sementara kemarin gue ada dikampus sampe jam 8 malem. Padahal nih, jadwal gue itu dari jam 07.00 - 14.30. jadi selebihnya gue melakukan sesuatu yang nggak jelas dikampus. Kayak ngobrol. Tidur-tiduran. Mancing orang untuk cerita rahasia terdalamnya. Sok-sokan jadi pendengar padahal gue sendiri butuh di dengar *lho?* *Mungkin ini efek nonton film tentang psikologi dan langsung tertarik buat jadi psikolog wkwk* terus???? Gantiin kelasnya sulissssssssss. Astagaaaaaa iyaaaaaa, sabtu kemarin gue jadi Sulis Setyowati di kelas bahasa inggrisnya. Emang bener-bener kurang kerjaan sih gue *geleng-geleng* udahnya gitu pake ada adegan gue tidur lagi di dalem kelas wkwkwk. Sumpah itu kelakuan paling parah pake karet dua pedes. Seumur-umur gue belom pernah tidur di kelas, tapi kemarin waktu jeda salat magrib gue milih untuk diam dikelas sambil denger musik sementara temen-temen yang lain ada yang salat magrib dan makan. Lagi juga kelas si Sulis ada di E dan gue lagi menahan sakit perut jadilah gue milih nitip jajan sama temen. Saat yang lain ngobrol gue sibuk denger musik. Dan tiba-tiba pas lagu berpindah ke lantunan piano, seketika gue hilang dari alam sadar. Sayup-sayup gue denger dosen ngomong dan setelahnya mata gue mengerjap tapi gue malah tidur lagi, Persis kayak orang baru bangun pingsan terus pingsan lagi. Setelahnya, mungkin selang beberapa menit kemudian gue bangun dan seketika sadar. Hal pertama yang gue lakuin adalah megang pipi anjirrrrrrrrrrrrrr, gue nglier nggak ya? Gue mangap nggak ya? Alih-alih gue nanya itu, justru  kata-kata yang pertama kali keluar dari mulut gue adalah "nih dosen lagi cerita tentang kuliahnya di luar negeri ya?" Dengan begitu semangatnya. Sumpaaaaaaaaaah kalau inget itu gue sampe senyum-senyum sendiri. Betapa bodohnya gue. Bisa-bisanya langsung inget nanya gituan dan mengabaikan posisi tidur gue. Aduh. Sumpah gue malu banget.

Gini... gini, jadi waktu gue dalam keadaan tidur itu sayup-sayup gue denger dosen bahasa inggris itu ngomong gini "kami pergi bareng, belajar bareng, tapi saat saya lulus dia justru gagal" dan hal itu yang buat gue bangun... Karena jujur ya, meski itu dosennya sulis dan gue sebagai mahasiswa penyusup tapi rasa ingin tahu gue nggak terbatas, jadilah dosen sulis ini juga menjadi target kekepoan gue... Dan setelah gue telusuri di Google ternyata dosen sulis ini penerima beasiswa LPDP untuk lanjut S2 di Belfast. Keren kan? Ya keren lah, beasiswa LPDP bokkkkkkk.

Ngomongin tentang dosen Sulis, waktu pertama kali gue ikut sulis masuk kelasnya dan denger dosen ini ngomong pake bahasa inggris hal pertama yang gue tanya sulis adalah "dia orang Malaysia ya?" Yang ditanggapin sulis dengan "nggak tahu" jelas sulis nggak tahu, orang itu pertemuan pertama wkwkwkwk. Tapi setelah gue beberapa kali masuk kelas sulis dan baca info di gugel gue baru tahu asal muasal logat itu😂

Nah kejadian lucu sabtu kemarin nggak cuma sampe di adegan dimana gue tidur dan bangun langsung nanya tentang kuliah di luar negeri, tapi juga gimana nih dosen sepertinya nggak percaya sama gue wkwkwk. Yaiyalah, di pertemuan ke 4 itu dosen pasti udah rada-rada inget sama mahasiswa-mahasiswanya, dan ini tiba-tiba ada yang ngaku-ngaku jadi Sulis. Sementara di pertemuan2 lain biasanya masuk kelas sebagai penyusup, dasarrrrrrrrrr Nani. Dasar sulis!!! Dasar kalian berdua!!!!!

Gue masuk kelas sulis ini bukan karena kerajinan, melainkan karena memang nggak ada kesibukan. Astagaaaaaa. Oke, itu memang bahasa paling bermartabat yang bisa digunakan seorang yang tidak memiliki kegiatan seperti gue slash pengangguran. Itu adalah hutang gue ke Sulis, karena beberapa waktu lalu gue memang mau gantiin dia di kelas B inggrisnya tapi langsung nggak jadi lantaran tiba-tiba mules. Jadilah pas sulis chat gue minggu kemarin, kebetulan gue juga masih dikampus jadilah gue pikir "apa salahnya" dan gue pun masuk sebagai Sulis Setyowati. Temen-temen sulis yang tahu perihal itu ngakak. "Bisa-bisanya lo nani..."

Nih, sekali itu nggak dosa hitung-hitung bantuin temen. Ibarat kata sambil menyelam minum sirup melon pake natadecoco. Enakkkkkkkkkkkkkkk. Segerrrrrrrrrrr. Nggak ada amanatnya sebenernya wkwkwk.

Tapi jujur sabtu kemarin itu hari gue bener-bener penuh warna. Seriusan. Bahkan kalau gue inget sampe ke detail nya gue merasa bahwa "semester ini akan berjalan sangat baik" seriusan. Jujur, sabtu kemarin itu proposal riset gue di tolak sama dosen lho, hal yang buat kepala gue langsung nyut-nyutan. Belum lagi adegan dimana gue yang konsul dengan penuh rasa nggak percaya dirinya, alhasil dosen pun ragu. Tapi dibalik kesulitan itu ada berkahnya juga, kayak gimana gue merasa sangat bersyukur bisa dapet dosen sekritis dirinya, terus baik banget (meski gue nggak di acc wkwkwk) dan pokoknya beruntung deh. Gue malah sempet berpikir pasti bakal menarik kalau nanti dospemnya Bu S ini. Ah, senengnya..... Doakan ya teman-teman.

Oiya, besok gue lanjut lagi ya. Gue mau nyalin isi berita dulu nih + buat naskah berita untuk matkul produksi berita TV.
Gute nacht!