Wednesday, January 29, 2020

Pemisahan Raga, Neal Shusterman.


Judul     : Unwind
Penulis : Neal Shusterman
Terbit    : original English, 2007. Bahasa Indonesia, 2013.
Hal        : 455 halaman.

Apa yang ada dalam pikiran lo saat lo tahu bahwa lo nggak akan pernah tumbuh dewasa? Apa yang ada dalam pikiran lo saat lo tahu bahwa hidup lo telah berakhir saat orangtua lo menandatangani surat pemisahan raga lo? Apa? Apa yang terjadi saat lo tahu bahwa dalam waktu dekat raga lo akan di pisah-pisah dan setelahnya menjadi bagian dari tubuh orang lain? Pasti enggak percaya! Pasti lo akan berpikir, kenapa gue? Apa salah gue? Kenapa bisa orangtua gue melakukan hal sejahat ini? kenapa?

Ya, itu pasti bakal lo pertanyakan seandainya itu memang ada! tapi karena memang nggak ada, dan gue menanyakan itu lantaran gue baru selesai baca novel Neal Shusterman yang UNWIND jadilah pertanyaan itu terpikir dalam kepala gue yang kecil ini. Dan sepanjang gue baca buku itu gue nggak berhenti berpikir tentang, bagaimana kalau itu kenyataan? Bagaimana kalau itu menimpa gue? Mungkin gue nggak akan pernah punya keberanian untuk lari dan yang ada gue hanya menunggu waktu sampai hari terkutuk itu hadir dan gue pun merelakan tiap-tiap organ tubuh gue dipisah-pisah dan merelakan bagian-bagian itu menempel pada orang lain. Itu sangat menyedihkan kawan dan itu sangat payah.

Yeap, gue baru selesai membaca salah satu dari novel neal shusterman yang berjudul unwind, novel bergenre sciene fiction ini berhasil membuat gue bener-bener takjub. Novel ini membuat gue sampe nggak bisa berhenti untuk ngebacanya, meski faktanya gue beberapa kali berhenti karena beberapa kesibukan wkwkwk. Tapi sumpah, ini bagus banget. Terlebih dengan fakta bahwa gue belum pernah baca genre beginian, jadi pas pertama kali baca imajinasi gue tuh bener-bener di buat melayang-layang. Bagaimana mungkin Shusterman bisa punya imajinasi tentang pemisahan raga? Bagaimana dia menciptakan 3 sosok unwind yang bener-bener keren? Bagaimana dia bisa buat cerita yang menarik dengan banyak sudut pandang didalamnya? Dengan….. ah, kok gue nggak pernah bisa sih jelasinnya?????????????????

Ngomong-ngomong novel ini mengingatkan gue sama film Never Let Me Go yang ceritanya hampir mirip, tentang pemisahan raga. Cuma bedanya kalau di film never let me go itu anak-anak yang bakal jadi pendonor telah di persiapkan sejak kecil, dan setelah mereka melewati usia tertentu maka mereka akan menjalani operasi untuk mendonorkan organ vital mereka seperti hati, jantung, ginjal, dll. Wah, gue sampe jijik waktu adegan dimana Ruth (Kiera Knightley) menjalani operasi yang kesekian kalinya untuk donor, bahkan ada scene yang buat gue bener-bener nggak percaya saat dimana dokter bedah mengambil hati Ruth (Kiera Knighley) dan memasukkannya ke dalam kantong gitu. Itu hatinya kelihatan kayak beneran banget lho. Sumpah! Itu bener-bener buat gue sampe….. speechless! Kok bisa sih???? bagian menarik lain dari film ini adalah saat dimana Ruth meninggal. Pada saat itu dokter hanya melepas alat bantu kayak nafas gitu (gue nggak tahu itu apa, maaf gue bukan anak kedokteran wkwkwk) dan setelahnya para dokter bedah itu meninggalkan tubuh yang sudah nggak bernyawa itu gitu aja. Disitu gue merasa betapa tidak berharganya tubuh tanpa nyawa…. Dan itu benar-benar buat gue sedih.

Balik lagi ke novel UNWIND yang baru selesai gue baca ini. pada dasarnya novel ini menceritakan tentang 3 anak pelarian UNWIND yaitu Risa, Connor, dan Lev. Mereka bertiga adalah pelarian UNWIND yang nggak saling kenal tapi karena situasi tertentu akhirnya dipertemukan dan akhirnya menjadi sekutu.

Cerita ini bermula dengan kaburnya Connor dari rumah setelah tahu bahwa orangtuanya telah menandatangani surat perintah pemisahan raga Connor, Connor yang tahu tentang itu memutuskan untuk melarikan diri dengan menumpang truk. Namun karena Connor adalah anak masa kini, jadilah pelarian dia terlacak lewat handphone yang dia bawa. Alhasil ditengah pelarian, truk yang mengangkut Connor diberhentikan di pinggir jalan perbatasan antar negara bagian oleh polisi Juvey. Disitulah drama terjadi, Connor yang nggak mau “mati” karena harus menjadi UNWIND memilih untuk melarikan diri dan menyeberangi jalan tol yang ramai dan akhirnya menjadikan Connor sebagai sumber kekacauan di jalan antar negara bagian. Kenekatan Connor dalam upaya melarikan diri dengan menyeberangi jalan tol itu sukese menyebabkan beberapa kecelakaan sekaligus lantaran banyak mobil yang menghindari saat ia berlari. Pada suatu titik saat ia benar-benar merasa terancam karena polisi Juvey terus berusaha mengejarnya sambil menembakkan peluru bius, ia pun melihat seorang anak laki-laki berpakaian serba putih tengah memandangnya ketakutan dari dalam mobil yang jendelanya dalam keadaan terbuka, saat itulah ia akhirnya “menculik” anak tersebut dan menjadikannya sandera untuk menyelamatkannya.

Disisi lain cerita Risa merupakan anak usia 15 tahun yang merupakan anak perwalian negara, pada suatu waktu ia di beri tahu bahwa ia merupakan satu dari banyak anak yang akan di jadikan UNWIND untuk memangkas biaya negara karena ada terlalu banyak anak-anak terlantar yang juga perlu dibiayai, akhirnya mereka memutuskan untuk menjadikan anak-anak seperti Risa (yang usianya sudah mencukupi) sebagai UNWIND. Pada saat itu Risa nggak terima, jelas! Siapa juga yang mau terima kenyataan itu. Risa yang punya potensi besar di bidang music merasa bahwa keputusan apapun yang telah direncanakan untuknya nggak adil karena walau bagaimanapun itu keputusan sepihak yang diambil tanpa pemberitahuan apapun sebelumnya. Akhirnya di hari yang sama Risapun di bawa oleh 2 orang untuk akhirnya keesokan harinya akan dipindah ke kamp akumulasi untuk mejalani pemisahan raga. Keesokan paginya dalam perjalanan menuju kamp akumulasi bis yang ditumpangi Risa mengalami kecelakaan lantaran sopir yang membawa mereka berusaha menghindari 2 anak laki-laki yang tiba-tiba menyeberangi jalan, hal itu mengakibatkan bis yang membawa mereka masuk ke dalam danau dan mengakibatkan sang sopir meninggal di tempat. Kepanikan di dalam bis itulah yang akhirnya dimanfaatkan oleh Risa untuk lari ke hutan yang ada di seberang jalan tol, dan akhirnya iapun keluar dari bis dan lari ke hutan.

Nah, itu baru dua… gimana Lev. Well, Lev ini adalah anak persembahan. Anak persembahan dalam buku ini bisa dikatakan sebagai anak istimewa. Kenapa? Karena mereka memang sudah di persiapkan sejak kecil untuk menjalani pemisahan raga. Jadi, Lev ini sudah tahu bahwa di usianya yang ke 13 dia akan menjalani pemisahan raga dan dia sudah bisa menerima itu, bahkan dia sendiri merasa bahwa dialah anak special, anak yang terberkati, intinya begitulah. Dalam hal ini dia nggak seperti Risa dan Connor yang berusaha untuk mempertahankan diri agar nggak harus di pisah-pisah. Namun pada saat perjalanan Lev ke Kamp akumulasi itulah, Lev secara tidak sengaja diculik oleh Connor. Yep, jadi anak yang ada di dalam mobil yang diculik Connor itu adalah Lev. Levlah anak yang dijadikan Connor sebagai sandera untuk menyelematkannya dari tembakan peluru bius oleh polisi Juvey. Dan dari situlah akhirnya mereka bertiga di pertemukan dalam satu situasi, Lev, Connor, dan Risa. Sampai disini gue sudah tidak akan cerita banyak tentang buku ini, karena jatuhnya gue bakal jadi manusia jahat yang akan memaparkan semuanya dan nggak memberikan lo ruang untuk tahu ceritanya dengan cara lo sendiri.

Sejauh yang gue baca, novel ini bener-bener bisa buat gue dag-dig-dug, hal ini karena banyak banget kejadian dalam novel ini yang bener-bener menegangkan. Terus ada bagian yang paling menarik dalam novel ini, bagian paling menarik itu saat salah seorang anak yang pernah menerima donor otak dari UNWIND menjadi seperti memiliki kepribadian yang di punya oleh anak sebelumnya. Dibagian itu ingatan anak UNWIND yang pernah hidup itu menuntun si penerima donor untuk berjalan ke rumahnya di negara bagian lain untuk menemui ortunya dan nangis-nangis meminta agar orangtuanya nggak menandatangani surat pemisahan raga untuknya. Yang sedih adalah bahwa anak itu nggak sadar bahwa dia udah nggak lagi ada, bahwa anak itu kini cuma jadi bagian dari tubuh orang lain.

Sedih ya?

Ada nggak sih yang gue dapet dari novel ini? Hal yang gue dapet dari sini adalah, Hidup itu berharga. Nyawa itu berharga. Masa depan itu berharga. Setiap orang itu punya hak untuk hidup. Terus? Kalau gue sih nangkepnya ya itu, nggak tahu deh kalau yang baca orang lain :P yah you know lah, kapasitas otak daku kan biasa aja :P jadi itu aja syukur banget gue bisa menyimpulkan hal itu wkwkwk.

Pokoknya novel ini begitu bagus, tapi jangan lupa ini ada 4 series. Jadi habis baca yang unwind masih ada 3 lagi yang perlu lo baca. Dan mungkin bakal ada lagi lanjutannya. Nah, sebelum gue pindah ke bukunya yang berikutnya, seperti biasa gue bakal melampirkan synopsis buku ini :

Orangtua Connor ingin menyingkirkannya karena ia selalu menimbulkan masalah. Risa tidak punya orangtua dan akan menjalani penisahan raga untuk mengurangi beban panti asuhan. Pemisahan raga Lev sudah direncanakan sejak ia lahir, bagian dari agama orangtuanya. Di pertemukan nasib, dan di persatukan keputusasaan, ketiga remaja ini melakukan perjalanan yang penuh bahaya, tahu bahwa nyawa merekalah taruhannya.

Jika bisa bertahan hidup sampai ulang tahun ke-18, mereka selamat. Tetapi, ketika setiap bagian tubuh mereka, dari tangan sampai jantung, diincar dunia yang menggila 18 terasa amat sangat jauh.

Well, synopsis yang tidak berlebihan. Tidak menjelaskan banyak hal namun sudah cukup menggambarkan sedikit latar belakang 3 anak UNWIND itu *lah kan emang synopsis mah gitu ni!*

Udah ah itu aja! :P

Tuesday, January 14, 2020

Dunia kafka oleh Haruki Murakmi

Gambar terkait
dicomot dari gugel :)
Menarik & cerdas.

Menurut gue itulah kata yang sangat tepat untuk menggambarkan keseluruhan cerita yang di tulis oleh murakmi dalam novelnya Dunia Kafka (Kafka on the shore)

Sejujurnya, sebelum ini gue belum pernah baca keseluruhan dari tulisan Murakami terlepas bahwa gue pernah baca cerpennya di fiksi lotus, atau bahkan sesuatu yang menuliskan tentang siapa itu Murakami dan apa yang dia tulis. Tapi untuk membaca novelnya, belum. Dan saat gue akhirnya berkesempatan untuk membaca Dunia Kafka, gue langsung hanyut di kalimat pertama. Gue mengabaikan bahwa gue benci baca buku dalam bentuk ebook, gue mengabaikan itu lewat kalimat demi kalimat yang tertulis di BAB pertama Dunia Kafka. Dan gue bisa bilang bahwa, gue jatuh cinta sama tulisannya Murakmi.

Murakami menggambarkan tokoh-tokoh yang cerdas dalam Dunia Kafka, meski gue nggak tahu bagaimana dia menuliskan tokoh-tokoh lain dalam karyanya yang lain, tapi dalam novel Dunia Kafka ini dia menghadirkan tokoh yang super cerdas lewat Oshima. Oshima seperti tahu apa aja yang ada di dunia ini, dia seperti seseorang yang seolah sudah menghatamkan semua buku yang ada di perpustakan komura yang buat kepalanya bener-bener “berisi”, atau mungkin dia itu kayak Wikipedia berjalan.., atau fakta sebenarnya adalah Murakami lah yang cerdas. Entahlah, yang jelas gue menyukai peran Oshima dalam novel ini, dan gue suka bagian dimana Oshima menjelaskan banyak hal yang dia tahu, lo bakal menemukan dialog-dialog cerdas saat Oshima bicara, saat Oshima menjelaskan pemikirannya, atau teorinya. Dialog-dialog itu benar-benar keren dengan diimbangi oleh Kafka dan pemikirannya, diimbangi pendiskripsian yang menarik. Intinya, gue suka bagaimana Murakami menciptakan tokoh yang luar biasa hebat, seperti kafka, Oshima, Nona Saeki, Hoshino, Nakata, Sakura…  tokoh-tokoh yang buat gue bener-bener punya pertanyaan “bagaimana ya mereka di dunia nyata?”/

"apa menurut anda musik memiliki kekuatan untuk mengubah manusia? semisal anda mendengar suatu musik lantas mengalami perubahan mendasar dalam diri anda?"
Oshima mengangguk. "tentu, hal itu bisa terjadi. kita memiliki pengalaman -reaksi kimia- yang mengubah sesuatu di dalam diri kita. ketika kemudian kita memeriksa diri kita sendiri kita sadar ternyata semua nilai-nilai yang telah kita jalani telah berubah dan dunia menjadi terbuka dengan cara-cara yang tak terduga. ya, saya pernah memiliki pengalaman semacam itu. tidak sering tapi pernah terjadi. seperti jatuh cinta." nah, ini satu dari contoh dialog yang gue suka dari Oshima waktu menjawab pertanyaan Hoshino. 

Sementara untuk ceritanya, awalnya ini cukup membingungkan, terlebih saat percakapan Kafka dengan seorang anak laki-laki bernama gagak, bahkan sampe novel ini selesai gue masih mempertanyakan tentang siapakah gagak, maksud gue, apakah gagak ini sejenis teman khayalan, atau suara hati kafka? Meski memang sepanjang cerita akan banyak berterbangan gagak-gagak di cerita tersebut tapi gue masih bertanya-tanya, sebagai symbol apakah gagak disini?????? Entahlah, gue tidak cukup pandai untuk bisa menginterpretasi sebuah novel, apalagi dalam novel ini gue merasa ada banyak symbol yang digunakan dan buat gue berpikir keras untuk menerjemahkannya.

Jalan cerita novel ini sudah bisa di prediksi, sudah banget (kalau menurut gue). Tapi yang bener-bener buat gue masih belum bisa percaya atau nggak bisa gue terima adalah fakta dimana Murakami “mematikan” Nakata di bab-bab terakhir, dan akhirnya menyisakan pertanyaan “Hah seriusan????? Kok dimatiin sih?”  sebenernya sudah ada clue di pertemuannya dengan Nona Saeki, tapi gue masih nggak percaya aja gitu… soalnya Nakata itu tokoh sentral disini, kok dimatiin? Setelah itu guepun bertanya-tanya, bagaimana akhirya? Dan menurut gue endingnya itu, absurd! Maksudnya gini, Kafka lari jauh dari Tokyo ke Takamatsu terus setelah pelarian cukup panjang, setelah kasus yang menimpanya, setelah nona saeki meninggal, setelah Nakata mati, setelah pintu masuk telah ditutup, Kafka tiba-tiba memutuskan kembali ke Tokyo tanpa ada penjelasan apa yang akan terjadi setelah kepulangannya ditengah POLISI yang mencari-carinya. Jadi…., apa-apaan sih??????????? apa guenya berpikir terlalu jauh??? Tapi sekarang coba bayangin, siapa yang nggak punya pikiran seperti gue di saat novel itu menyuguhkan cerita tentang seorang anak yang lari dari rumah dan diduga terlibat dalam pembunuhan ayah kandungnya sendiri dan tinggal di kota dimana “terduga” pembunuhnya juga melarikan diri ke kota yang sama???? Setelahnya, setelah semua puncak dari cerita ini berakhir, dia pun pulang kembali ke Tokyo dan dengan mudahnya bilang “dia akan menyerahkan diri ke polisi dan menjelaskan semuanya dan melanjutkan sekolahnya lagi” emosi gue jadinya!!

Diluar itu, novel ini cukup filosofis, terus cukup di bumbui dengan mitologi-mitologi yang buat gue ber “oh” dan banyak hal yang bener-bener menarik dan lagi-lagi cerdassssssssss. Jujur, gue harus berpikir super keras untuk mengerti maksud setiap quote yang ada disana, sekali lagi, gue tidak cukup pandai untuk mengerti sebuah novel atau quote jadi, yasudahlah. Tapi meski begitu, Murakami juga nggak lupa untuk buat pembacanya senyum-senyum dengan dialog-dialog super konyol dari tokoh-tokohnya, dan tentu yang jadi favorite gue adalah dialog antara Nakata dan Hoshino, karena entah gimana, percakapan mereka itu selalu konyol 😁

Yang gue tangkap setelah itu adalah bagaimana novel ini membuka mata kita tentang benar dan salah, makna dan hubungan, kejenuhan, perasaan bosan, pengungkapan identitas, cinta, apalagi ya? Intinya sih itu.

Novel ini benar-benar bagus, dan gue nggak bisa menjelaskannya dengan tepat. Intinya, buku ini sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata,… kalau lo mau tahu, ya lo harus baca.


Berikut gue tulis synopsis di novel itu :

Novel dengan dua plot berbeda namun saling terkait ini bercerita tentang dua tokoh yang berlainan dunia. Disatu sisi, novel ini menuturkan kisah Kafka Tamura, remaja yang kabur dari rumah untuk menghindari kutukan ayahnya serta untuk mencari ibu dan saudara perempuannya. Dalam petualangannya, ia menemukan tempat penampungan yang tenang di sebuah perpustakaan pribadi di Takamatasu. Kafka menghabiskan hari-harinya dengan membaca buku, hingga suatu ketika polisi menginterogasinya terkait dengan kasus pembunuhan brutal.

Sisi lain novel ini berkisah tentang Satoru Nakata, lelaki tua yang –berkat kemampuan luar biasanya– bekerja paruh waktu sebagai penemu kucing hilang. Pada suatu kasus, demi seekor kucing, ia membunuh seorang lelaki misterius. Kasus ini membawanya hengkang jauh dari rumahnya dan berakhir di jalanan, hingga bertemanlah ia dengan sopir truk bernama Hoshino yang membawanya menuju kota tempat pelarian Kafka. Nakata dan Kafka berbeda dunia, namun di alam metafisik kisah keduanya terhubug –  dan begitu pula yang terjadi dalam realitas sesungguhnya.


Dengan Oedipus complex sebagai bunga cerita, novel surealis ini menyuguhkan bacaan memukai ihwal identitas, cinta, tragedi, takdir, dan pergulatan hidup. Gagasannya eksploratif dan filosofis. Alur ceritanya berkelok-kelok dan penuh teka-teki. Gaya bahasa dan narasi dialognya ringan dan menghibur. sebuah novel memikat dari penulis hebat yang patut anda baca.

Friday, January 3, 2020

Apa gue suka baca?

Gue nggak pernah bisa kemana-mana tanpa bawa buku, makanya selama ini gue selalu bawa ransel yang ukuran cukup besar kemana-mana, karena di dalam ransel gue pasti bakal ada satu atau dua buku bacaan yang bakal gue baca ditengah-tengah perjalanan, atau kalau lagi nunggu, atau pas lagi nggak tahu mau ngapain. Lucunya, gue pergi ke toko buku aja bawa buku, bahkan pernah (mungkin yang tergila) gue lagi pusing di rumah dan tiba-tiba ngeloyor gitu aja ke blok m, rencananya mau lihat-lihat aja tapi pulang-pulang bawa 1 kantong full isi buku dan tas yang udah berat juga dengan buku (bawa dari rumah). Rasanya kalau udah beli buku tuh bahagia banget, lebih bahagia dibanding melakukan perjalanan kemanapun tanpa beli buku. Rasanya tuh kayak, apa ya???? Puas! Apalagi moment harus susun buku di lemari sesuai dengan urutan dari yang udah di baca – yang belum di baca, rasanya kayak…, kerennnnnnnn….

Tapi yang jadi pertanyaannya, apakah gue suka baca?

Well, itu pertanyaan yang sangat sulit. Karena jujur, gue nggak bisa jawab itu. Gue nggak tahu tolok ukur seseorang bisa dibilang suka baca. Menurut gue, gue jauh dari predikat itu ha ha ha. Oke, gue nggak terlalu suka baca, karena gue punya pandangan sendiri tentang orang yang suka baca, bagi gue orang yang suka baca itu adalah dia yang membaca apa aja tanpa terkecuali. Maksud gue, mereka biasa baca jurnal, biasa baca buku apa aja baik itu fiksi maupun non fiksi, biasa baca berita, dan tahu apa aja. Bagi gue, mereka yang suka baca juga identic dengan mereka yang CERDAS. Nah, dari situ aja gue udah nggak masuk kualifikasi sama sekali ha ha ha. Jadi, gue nggak masuk dalam golongan orang yang suka baca. Apalagi dengan fakta bahwa hampir semua buku yang gue punya itu novel, dan memang hanya novel. Jadi, apa yang bisa diharapkan dari gue? Bicara super serius? Mana nyambung? Bicara politik, ngerti apa gue? Bicara masalah eknomi, astaga nggak bakal nyambung? Jadi dari situ sudah dapat disimpulkan bahwa gue nggak suka baca :P

di baris belakang itu novel yang udah gue baca dan ada beberapa buku yang sengaja gue umpetin karena harganya wkwkwk
Nah di bawah itu buku umum kayak motivasi, agama. kebanyakan sih motivasi.

Sejauh ini gue hanya hobi membeli buku, hobi mengoleksinya, dan kadang-kadang membacanya. Dari situlah muncul rasa dimana gue merasa nyaman dengan buku, gue lebih cinta dengan buku di bandingkan dengan kegiatan apapun. Toko buku tempat paling nyaman untuk pergi, perpustakaan adalah tempat paling oke saat gue ingin menyendiri, buku keren adalah temen paling baik saat gue jenuh, dan kata-kata adalah hal paling menarik yang bisa buat gue ketawa sekaligus nangis. Gue paling suka kalau lihat orang baca, baik itu saat lagi dijalan atau dimanapun. Menurut gue orang yang baca itu kelihatan lebih menarik. Gue pernah diem-diem ikut baca buku yang lagi dibaca orang yang berdiri samping-sampingan sama gue di commuter line, bukunya keren, tapi sayang gue nggak ngerti, soalnya pake Bahasa inggris ha ha ha ha.

Gue seneng baca apa-apa yang kasih gue informasi tentang buku-buku keren yang wajib di baca, tempat keren untuk berburu buku murah, atau aplikasi apa aja yang wajib di install untuk orang suka baca. Karena hal itu buat gue bener-bener merasa lebih exited. Menurut gue, buku itu punya zat dopamine yang buat gue bahagia. Gue stress, ya lo bakal nemuin gue ada di toko buku. Gue pingin sendiri, ya lo bakal nemuin gue ada di perpustakaan (tiduran wkwkwk)

tempat ngumpet kalau lagi nggak ada kelas

Gue suka film-film yang berisi tentang buku, misal kayak film yang bercerita perjuangan seorang wanita mendirikan toko buku di desa kecil (the bookshop), tentang anak buta huruf yang punya minat besar sama buku yang buat dia rela “meminjam” buku agar bisa membacanya ditengah larangan pemerintah pada saat itu (The book thief), tentang seorang yang menemukan sebuah naskah dalam tas tua yang di belinya saat berlibur ke paris dan menulis ulang hingga membuatnya di ganjar penghargaan (the words), dan masih banyak lagi yang nggak bisa gue tuliskan satu per satu (lupa sebenernya ha ha ha)  dan itu film yang bener-bener buat gue semakin suka sama buku. Bahkan gue juga beli buku yang bercerita tentang buku, lho? Nggak tahu kan???? Sama gue juga bingung :P

Kenapa sih gue ngomongin buku dan baca? Karena salah satu resolusi gue di tahun 2020 ini adalah, lebih banyak baca lagi. Lebih nggak pilih-pilih bahan bacaan, keluar dari zona nyaman baca hal-hal yang gue suka aja, dan…. Mulai untuk konsisten baca. Gue mau bisa hanyut sama cerita dalam buku yang buat gue tidur  hingga larut Cuma buat nyelesaian cerita itu dibandingkan nonton film nggak jelas yang intinya bakal happy ending, ah sedih! Itulah alasan gue nulis ini, biar gue inget sama resolusi ini.

Udah ah, gue mau selesaian baca novel Haruki Murakami dulu, nanti gue share cerita gue baca tuh novel disini ya 😂

Selamat hari jum’at 😊

Thursday, January 2, 2020

Menepati janji : Foto bareng ibu dosen

Beberapa waktu lalu gue sempet janji buat posting foto bareng Ibu Dosen yang gue kagumi, benar? Yep, benar! Berhubung sabtu kemarin merupakan pertemuan terakhir di kelas Riset Komunikasi dan UAS tanggal 11 besok dosen gue itu cuti, otomatis nggak ketemu kan? Nah, jadilah gue memohon ke ketua kelas supaya ngusulin foto bareng sebelum kelas selesai di sabtu kemarin dan…. Akhirnya kita bisa foto bareng sama ibu dosen.

Ah, sebenernya gue kepingin banget foto berdua sama ibu dosen, tapi berhubung gue pemalu (oke kalau lo cukup percaya dengan itu) gue pun nggak berani buat ngomong untuk foto berdua… padahal ya, gue sampe bawa kamera buat foto sama ibu dosen + 3 batrainya sekaligus, tujuannya? FOTO BARENG IBU DOSEN LAHHHHH!!!!!!!

Gue bener-bener kagum sama dosen yang satu itu, dan selama gue kuliah di mercu, dosen ini yang gue kagumi dengan alasan super jelas, sebelumnya? Eh, gue baru 2x lho kagum sama dosen, yang pertama tanpa alasan jelas dan yang kedua ini dengan alasan super jelas…. Dan untungnya, gue pernah bilang ke ibu dosen tentang ke kaguman gue itu…. Yeap, itu adalah adegan ter awkward selama perkuliahan dengan ibu dosen ini.

Jadi ceritanya gini, waktu itu baru gue aja yang dateng di kelas riset, oke gini, lo tahu kelas riset gue ini di mulai jam 7? Ya kan? Nah, selama gue ambil riset sama ibu dosen gue nggak pernah bolos, garis bawahi… ENGGAK PERNAH BOLOS! Dan bahkan gue berusaha untuk nggak pernah telat, meskipun kenyataannya gue pernah 2x telat :P nah karena hal ini, gue jadi selalu berangkat kuliah jam 5.40an biar gue sampe kampus di jam 7 kurang 15 atau 7 kurang 20.

Di pagi itu, gue jadi mahasiswa pertama yang dateng dan gue lagi ngotak-atik kamera lantaran malem sebelumnya Desi chat buat pinjem kamera, di tengah kesibukan kecil itu ibu dosen dateng.. disitulah terjadi obrolan singkat, ibu dosen nanya apa kesibukkan gue? Terus ngobrol, dia bilang sedikit pendapatnya / pandangannya tentang gue (nggak perlu dikasih tahu ya apa wkwkwkwk) terus banyak sih, kita ngobrolin masalah kerja di mercu, dsb. Nah nggak lama temen gue masuk, terus kita akhirnya ngobrol bertiga dan tiba-tiba  (kayaknya) gue bilang kalau gue kagum sama salah satu dosen di mercu….

“wah siapa? Saya kenal nggak? Emang sih, di broadcast itu banyak dosen muda yang bla bla bla bla” lupa gue apalagi, intinya sih gitu, terus ibu dosen itu nunjukin wajah kayak semangat gitu wkwkwk.

“ibu… saya kagumnya sama ibu”

Hening.

Gue masih bisa lihat mata ibu dosen yang seketika ngeliat gue dan… lagi-lagi hening. Pokoknya habis itu gue lupa ngebahas apalagi, yang jelas obrolan tentang itu nggak berlanjut. Sumpah gue kalau inget itu suka lucu sendiri, dasar dodol yah gueeeeeeee hahahahaha.

Eh gue inget lagi deng, gue ngelanjutin gini.

“tapi saya nggak ngejilat kok bu, saya beneran kagum. Saya benci penjilat”

Iya, gue takut dikira penjilat. Itulah alasan gue males bilang kagum sama orang yang (setidaknya) punya sesuatu di atas gue, maksud, dirinya kan dosen cuy, dan pada saat bersamaan mengampu kelas yang gue ambil, jadi gue takut.

Mungkin karena pengaruh dulu gue sering lihat orang yang suka “menjilat” jadilah gue benci sama orang-orang kayak gitu, gue benci sama orang yang melakukan sesuatu karena alasan untuk mencapai sesuatu. Dan secara nggak langsung gue juga menjadi khawatir kalau-kalau tindakan yang gue lakukan dianggap mengarah kesana, padahal? Enggak!!!! Gue bahkan nggak mau deket-deket sama orang yang punya power di atas gue karena alasan itu. Kok panjang yah penjelasannya????????

Dan.... ini dia foto di pertemuan terakhir kelas riset kemarin.... Muka guenya diganti emoji aja ya wkwkwkwk. 

Oiya, gue belum kasih tahu ya nama ibu dosennya siapa? nama ibu dosennya ini, Bu Sofi, nggak pake nama panjang ya, soalnya takut kepanjangan wkwkwkwk.

Kok kelasnya dikit banget? iya, kelas riset ini cuma ada 16 mahasiswa (kalau nggak salah) karena hal itulah kita merasa deket sama dosennya :)