Friday, February 21, 2020

Aku tak suka mengingat

Photo by Jacub Gomez from Pexels

Aku tak suka mengingat
Dan tak ingin melakukannya

Itu seperti menjatuhkan diri pada tumpukkan duri tajam yang berdiri menantang
Seperti melukai diri sendiri dengan alat yang sengaja kau siapkan
Seperti menyerahkan tubuh yang luka untuk kembali dilumuri garam
Atau lebih parah dari itu,
Seperti menjatuhkan kembali diri pada danau yang menenggelamkan hingga ke dasar terdalam
Yang menjadikanku tenggelam tanpa punya daya kembali ke permukaan
Tak ada gunanya,
Kecuali jika aku memang ingin menikmati rasa sakitnya

Tapi, sayangnya tidak,
Itu bukan pilihanku
Aku menyadarinya sejak bayangmu meronta-ronta untuk diperhatikan
Dan semua yang kau tinggalkan mendadak menikamku dari segala arah
Ah, kenangan itu bermasalah!

Lagipula untuk apa semua itu?
Kembali ke masa lalu saat semua hanya menyisakan pekat dan sekat

Perlukah aku mengingat?

Tuesday, February 18, 2020

Neal Shusterman, Unwholly.


Komentar gue tentang buku ini : Luar biasa keren!

Setelah dibuat terkagum-kagum sama buku yang sebelumnya, Unwind, buku yang buat gue merinding –karena bacanya sambil ngebayangin adegan paling mengerikan di film Never Let Me Go, kini gue kembali lagi dengan cerita yang jauh lebih mendebarkan di Unwholly. Ceritanya masih tetap sama, apalagi kalau bukan tentang Connor, Lev, dan Rissa, para disertir Unwind yang kabur. Cuma memang disini jauh lebih menarik karena lebih banyak aksi-aksi yang mendebarkan. Aksi yang buat gue sampe nggak mau berhenti baca lembar demi lembar nih buku…. Astagaaaaaaaa, lo harus baca!!! Sumpah!

Kalau unwind kemarin itu kan lebih mengupas tentang makna betapa berharganya hidup, tentang kehidupan, hidup dan mati kan? Nah di Unwholly ini lebih mengenai JIWA MANUSIA. Lo akan berpikir apa sih jiwa itu? kalau seandainya lo mati kemana perginya jiwa itu? Jadi bisa dikatakan cukup dalam lah kalau yang ini, tapi bukan berarti yang kemarin enggak! wkwkkwk

Sebenernya hal ini berkaitan dengan kehadiran tokoh Cam dalam buku ini, yang mana Cam disini merupakan manusia yang diciptakan oleh organisasi Warga Proaktif yang sangat mendukung pemisahan raga. Cam diciptakan dari 99 unwind dengan kemampuan terbaik, itu sebabnya si Cam ini dilengkapi dengan kemampuan super menakjubkan, ibarat kata tuh si Cam ini kayak computer dengan spesifikasi tertinggi lah. Bayangin aja, si Cam (dalam novel ini) di lengkapi kemampuan berbicara dalam beberapa bahasa dengan absen sempurna, pengetahuan tentang astronomi, aljabar, kemampuan bermain musik, pokoknya segala kesempurnaan yang bisa mereka ciptakan dituangkan pada diri Cam mulai dari ujung jari kaki sampe ke ujung rambut. Keren kan? luar biasa kan imajinasi si penulisnya? Pantes aja gue nggak bisa jadi penulis 🤣🤣 imajinasi gue aja nggak setinggi itu, ahsudahlah.

Tapi dari situlah pada akhirnya muncul berbagai pertanyaan dari masyaraka tentang “apakah makhluk ciptakan seperti Camus Comprix / Cam ini memiliki jiwa atau hanya sekumpulan daging semata?” “apakah dia bisa merasakan apa yang manusia rasakan?” “apakah makhluk ciptaan ini layak di sebut manusia saat proses penciptaannya telah di rancang sedemikian rupa?” dan banyak pertanyaan lain yang pada akhirnya membuat Cam yang merupakan  makhluk ciptaan ini pada akhirnya mempertanyakan perihal apa yang ditanyakan oleh masyarakat kepada dirinya.  Apakah ia layak disebut manuasia? Apakah ia layak di sebut dilahirkan? Apakah? Apakah? Apakah lain kan masih banyak.

Coba sekarang lo bayangin, kalau seandainya dalam kehidupan nyata ini ada sebuah organisasi yang dapat menciptakan manusia dari bagian-bagian manusia lain, apakah itu nggak menakutkan? Terus, coba lo bayangin, apakah mungkin kita bisa menyambungkan sel demi sel, otot demi otot, apapun itu yang bisa buat semuanya berfungsi dengan baik dan akhirnya menciptakan manusia baru dari organ-organ milik orang lain, dan setelahnya manusia ciptaan itu hidup… apakah mereka punya jiwa? Apakah mereka bakal punya perasaan? Apakah mereka bakal punya rasa yang…… *gue nggak bisa ngomong* intinya…. Gila nggak sih???????? dan itulah cerita yang terjadi pada buku Unwholly…. Itulah yang terjadi dengan Cam, si manusia ciptaan yang bakal merubah cara dunia memandang….. Dan Cam yang kemungkinan (nggak hanya kemungkinan sepertinya) bakal muncul kembali di Novel ke 3. Emang muncul sih, soalnya gue udah baca sinopsisnya wkwkwkwk.

Nggak cuma itu, di buku ini juga muncul beberapa tokoh baru yang buat gue super gemesss dan pingin gue cabik-cabik buku yang lagi gue baca,.. tapi, ya, gue yakin sih beberapa tokoh baru itu juga pada akhirnya bakal menentukan pandangan lo apakah lo akan suka atau enggak sama mereka,... Tapi, ah, coba deh lo baca.

Jadi kalau lo mau lanjutin baca novel Undwind, ini bakal keren banget. Sumpah deh. Karena walau bagaimanapun buku ini bener-bener buat gue ngebayangin bagaimana sosok Hayden di dunia nyata, sosok Lev yang baru setelah kejadian di Camp Akumulasi Happy Jack, Connor dengan lengan milik Roland, dan Rissa dengan tulang belakangnya yang udah nggak bisa berfungsi lagi sampe buat dia lumpuh, dan gue juga harus mengakui bahwa gue sangat benci dengan tokoh Strake. Ah, memang selalu ada yang di benci di setiap cerita, kayak gimana gue benci sosok Ratu Iblis di buku The Child Tief.

Kadang gue tuh sulit untuk mengungkapkan hal menarik dengan kata-kata, begitupun buku ini, gue nggak bisa menjelaskannya dengan kata-kata, karena ini terlalu menarik untuk dijelaskan dan terlebih karena….. karena gue sudah mulai lupa sama apa yang gue mau tulis :P (bukunya udah selesai gue baca dari 2 minggu lalu wkwkwkwk)

Udah ah…. Selamat memulai hariiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii! 

Monday, February 17, 2020

Gadis kecil pengantar kopi

Photo by Ash Valiente from Pexels
Kita mungkin lama tidak bertemu,
atau barangkali tidak;
Mungkin baru kemarin
Mungkin dua minggu yang lalu
Atau mungkin satu bulan yang lalu
Tak dapat kuingat pasti
Karena tak pernah ada percakapan yang berarti
Tugasku hanyalah gadis kecil pengantar kopi
Yang keluar untuk segelas kopi di meja,
lantas masuk kembali dan bersembunyi di balik tayangan program berita
Itulah hubungan kita, seingatku

Tapi ternyata tidak,
Tidak hanya itu
Kita lebih dari itu.
Kau peduli padaku
Salah seorang yang sangat peduli, bahkan.

Kasihmu mungkin masih tetap sama seperti terakhir kali
Bahkan lebih dari sekedar mereka yang setiap saat hadir, kukira
Yang kata-katanya bahkan berserak di udara
Mereka yang bahkan tidak menangkap kabut gelap dimataku saat itu ada disana
Yang juga selalu ku suguhkan kopi yang sama di sepanjang akhir minggu

Kamu jelas berbeda dengan mereka
Itulah yang ku tahu pasti,
Satu-satunya yang peduli tanpa mengumbar kata-kata
Yang perhatian tanpa berusaha menunjukkan
Yang membantu tanpa diminta

Kamu kaki tangan Tuhan yang lain, kukira
Yang hadir saat aku benar-benar butuh
Yang hadir saat aku tak tahu kemana harus aku mengeluh

Dan kamu,
Aku tak tahu persis kapan terakhir kita bertemu
Atau apa yang kuucapkan pada saat itu
Tapi malam itu, kamu membuktikan mendengarku.

Friday, February 7, 2020

Gimana sih cara menumbuhkan minat baca?

Foto oleh cottonbro dari Pexels
Jangan pernah berpikir kalau gue ini suka baca, sumpah jangan! Karena gue nggak seperti yang kalian pikirkan, sama sekali. Jadi, tulisan ini sepenuhnya gue dedikasikan untuk kita yang tengah berusaha untuk menumbuhkan minat baca tapi belum tahu bagaimana caranya (lah kok?) yeah, seenggaknya supaya kita sama-sama belajar dari tulisan gue yang nggak berlandaskan ini.

Kenapa sih gue nggak bisa baca? kenapa sih gue nggak suka baca?

Itu pertanyaan yang gue lontarkan untuk diri gue sendiri saat gue menjatuhkan kepala di meja di hadapan gue di perpustakaan kampus saat sama sekali nggak ngerti sama buku yang tengah gue baca *narik nafas karena sadar tulisan itu nggak pake tanda baca apapun* gue yakin pasti ada yang pernah sepemikiran sama gue? Maksud gue, perihal ini. Yeah, faktanya gue memang bisa baca dan gue yakin siapapun diluar sana yang (mungkin) tengah baca tulisan ini juga bisa baca, buktinya nyasar disini kan? tapi itu bukan masalahnya. Masalahnya adalah, kenapa kita nggak bisa baca dengan (setidaknya) konsenterasi penuh hingga mengerti informasi yang ditulis disana dan mengingatnya dengan baik? Mengapa kita nggak bisa lama-lama bertahan untuk seenggaknya baca 1 bab, atau bertahan 20 menit, atau kenapa kita nggak bisa baca meski itu hanya 15 lembar? Kenapa? Bahkan yang sering kali terjadi pada diri gue adalah; Buka buku yang gue pilih dari rak buku, lihat daftar isi, cari sub judul menarik, menuju halaman buku, baca sebentar, setelahnya? Bolak-balik halaman dengan rasa bosen yang menggelayut hingga nggak sadar akhirnya gue ngantukkkkkkkkkkkkkk. Bosan. Tapi…, tapi  nih, kenapa kalau giliran buka handphone  bisa sampe berjam-jam ya?

Berdasarkan data yang gue dapet dari gugel, minat baca orang Indonesia berada di peringkat nomor 2, dari belakang!! Atau jelasnya, berada di peringkat ke 60 dari 61 negara, tepat berada di bawah Thailand dan di atas Bostwana. Bahkan menurut UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Itu berarti, dari 1000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin baca. Dan sudah jelas kalau 1 orang itu bukan gue! Apakah mungkin itu lo, 1 dari 1000 orang itu? entahlah. Tapi yang jelas, itu adalah fakta yang sangat menyedihkan meskipun itu pada akhirnya buat gue berpikir bagaimana bisa? kita punya banyak orang pinter lho, masa iya dari 1000 orang di indonesia cuma 1 orang doang yang suka baca? Lah yang 999 lagi ngapain? Jago main tik-tok?

*Tarik nafas panjang* Sekarang gue tanya, selama lo kuliah apa ada buku yang lo baca dan lo ngerti sama buku itu? apa judulnya? Masih inget siapa penulisnya? (pertanyaan jahat!) yeah, karena jelas gue nggak bakal tahu kalau ada pertanyaan kayak gitu yang ditujukkan ke gue. Kecuali kalau itu tentang novel, mungkin bakal lain ceritanya :P tapi masalahnya, gue ini mahasiswa (part time) yang seharusnya punya pengetahuan tentang ilmu yang tengah gue pelajari, tapi sampai tahun terakhir gue kuliah gue nggak beda sama gelas bolong yang walau di airi sebanyak apapun nggak akan terisi air, sedih kan?

Tapi………………………, Sebenernya, kita itu bukannya nggak suka baca! Percaya sama gue. Itu terjadi karena kita belum menemukan minat. Minat pada apapun. Misalnya baca. Lo nggak bisa menumbuhkan itu tanpa stimulus *anjirrrr nemu Bahasa dimana tuh?* *abaikan!* yang bisa menggugah lo untuk mau baca dengan kesadaran penuh, dalam arti, tanpa paksaan siapapun – dosen, orangtua, guru, tugas di ekstrakurikuler, tugas kuliah, apapun itu. Kalau kata Mbak Nana, jika lo suka sama girlband or boyband korea lo bisa mulai baca apa-apa tentang mereka, lo suka novel ya lo bisa baca novel, suka komik baca komik…. Dengan itu tanpa disadari lo udah mau baca, ya kan? Nah setelahnya yang dituntut adalah konsistensi. Misalnya lo bisa sediain waktu 20 menit sehari, besok 20 menit, besoknya lagi 20 menit, begitu seterusnya sampai akhirnya tanpa lo sadari lo bakal menikmati apa yang tengah lo lakukan. Tapi sekarang gue tanya? Minat lo apa? Lo punya minat nggak? Karena kadang yang ngambang adalah, kita nggak tahu minat kita apa!!!!!!!!!!!!!! Alhasil kita nggak tahu apa yang mau kita baca. Jangan kayak anak kelas 6 SD yang masuk SMP A karena temen-temennya sekolah di SMP A *ya ikut-ikutan maksudnya :p* jadi, bacalah apa yang lo suka tanpa peduli apa kata temen lo…. “masak anak cowok baca novel…” “ih masa udah gede belinya komik” “hari gini masih baca koran, kan udah banyak portal berita  online” pokoknya, cuek! Jujur, karena pernyataan-pernyataan kayak gitu gue sampe sempat berada di fase malu mengakui bahwa gue masih suka baca novel :D

Intinya, mulailah dengan baca hal-hal yang memang itu minat lo karena itu bakal membantu lo menumbuhkan minat baca yang dimulai dari rasa ingin tahu dari apa-apa yang lo suka. Misal lo punya cita-cita jadi jurnalis pasti tanpa lo sadari lo bakal baca-baca buku tentang jurnalis, mulai dari teknik penulisan berita, teknik wawancara, buku biography jurnalis kayak Kisah Hidupku nya Andi F Noya, Lahir Untuk Berita : 40 tahun jadi wartawan nya Karni Ilyas, pasti punya kan? Pokoknya yang ada jurnalis-jurnalisnya pasti lo baca, kan? Terus pada suatu waktu misalnya lo kepingin kuliah di luar negeri akhirnya buku-buku yang lo baca juga pasti bakal berubah jadi buku-buku tips mencari beasiswa, tips tinggal di luar negeri, negara-negara tujuan kuliah, dll. Bener nggak kayak gitu?  Kenapa? Karena tanpa kita sadari semuanya bakal terarah kalau kita tahu minat kita apa, ketertarikan kita apa? Jadi sebenernya kita itu nggak sepenuhnya nggak suka baca atau kita itu nggak sepenuhnya nggak bisa baca. Karena kenyataannya kita masih bisa kok baca apa-apa yang kita suka. Cuma memang banyak dari kita yang belum tahu apa yang kita minat, jadinya yak kayak gue tadi, pas baca buku cuma bolak-balik dan akhirnya ngantuk. Whoaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh!
Foto oleh Daria Shevtsova dari Pexels
Jadi menurut gue, kalau lo mau menumbuhkan minat baca di dalam diri lo, lo harus mulai menemukan minat lo. Setelahnya lo bisa cari buku yang berhubungan dengan minat lo itu. Setelahnya (lagi) lo mulai deh baca dengan konsisten. Karena kemungkinan dari 1 buku yang lo baca itu (entah yang mana) bakal membantu lo menumbuhkan minat baca tanpa lo sadari sama sekali. Percaya atau nggak, hal yang buat gue suka sama novel sampe saat ini karena 1 buku, 5CM. buku itu gue baca waktu gue kelas 2 SMP, kemungkina tahun 2010 atau 2011an dan sampe sekarang gue masih inget bagian-bagian favorit di novel itu, bahkan gue masih bisa menjelaskan karakter mereka satu per satu 😁

Nah nanti kalau lo udah beneran tahu apa minat lo, lo udah harus konsisten. Kayak yang udah gue tulis di atas tadi. Tapi kita juga nggak bisa menutup kemungkinan bahwa bakal ada saat dimana kita bakal males buat baca buku even itu Cuma novel. percaya deh sama gue. Nah, kalau udah gitu lo bisa untuk tetap berada di jalur, maksudnya masih bisa tetep baca. gimana caranya? Pindah ke genre lain. Misal contoh sederhananya kalau lo suka novel romance, saat lo males baca novel apa-apa yang berbau romance jangan paksain buat baca itu, coba baca novel lain misalnya yang genrenya scine fiction, crime, fantasy, surealis, satir, apapun itu, karena lo bakal menemukan sesuatu yang baru dan tanpa lo sadari lo bakal suka dengan sendirinya. Nanti dari situ, perlahan lo bakal mulai tertarik dengan tema-tema lain, lo udah mulai bisa terima buku yang lebih serius karena tiap genre yang lo baca tadi bakal mengarahkan lo pada banyak hal,  misal novel itu menceritakan tentang tokoh utamanya yang bekerja sebagai jurnalis di daerah konflik maka pasti lo bakal bertanya-tanya tentang apa sih jurnalis wilayah konflik? Gimana sih kerjanya? Apa tanggung jawabnya? Terus akhirnya lo akan baca buku-buku lain yang lo butuh untuk tahu apa yang tengah lo cari tahu.  apakah ini bisa terjadi sama kita? Bisa! Karena semua itu tadi berawal Cuma dari 1 hal, MINAT! Terus KONSISTEN. Bisa dikatakan, gue pun belajar untuk menumbuhkan minat baca dengan cara itu. Cuma sekarang lagi belajar konsisten, karena ini yang paling susah.

Well, sebelum gue kabur dari sini gue mau mengutip pernyataannya duta baca kita, begini bunyinya :
Cukup perlu 1 buku untuk jatuh cinta pada membaca – Najwa Shihab
Ya  ampun, memotivasi banget kan????? Kagum banget deh sama Mbak Nana :D