Saturday, June 20, 2020

Review Buku Manajemen Media Penyiaran (Strategi Mengelola Radio & Televisi) Edisi Revisi, Morissan, M.A.


Judul : Manajemen Media Penyiaran (Strategi mengelola radio & televisi)
Edisi Revisi
Penulis : Morissan, M.A.
Penerbit : Kencana, Prenadamedia Group.
Tahun terbit : Cetakan ke 4, Agustus 2018.
Tebal halaman : 490 halaman.

Di era digital seperti saat ini banyak dari kita yang sudah lama meninggalkan media penyiaran seperti radio maupun televisi dan menggantikannya dengan media yang jauh lebih bisa diandalkan seperti media online. Terlebih dengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan saat ini, misalnya hanya dengan gawai canggih yang kita gunakan setiap hari kita sudah dapat menonton televisi, mendengarkan radio , membaca berita, dimanapun kapanpun, akibatnya media konvensional seperti televisi, radio, maupun surat kabar, menjadi pilihan terakhir bagi masyarakat pada saat ini, baik dalam menikmati informasi maupun hiburan. Media konvensional seolah ditinggalkan penggemar setianya yang dulu banyak menghabiskan waktu luang untuk menyaksikan tayangan/program menarik.

Namun belakangan ini media seperti Televisi kembali mengambil perhatian penuh para audience nya, terlebih sejak indonesia menjadi salah satu negara yang terdampak penularan virus korona sejak presiden Joko Widodo mengonfirmasi kasus positif pertama pada 2 Maret 2020. Sejak saat itu perhatian masyarakat kembali tertuju pada media konvensional, terlebih media televisi. Hal ini tidak lain untuk mengikuti setiap perkembangan yang ada dari hari ke hari, terlebih dengan fakta bahwa media televisi lebih dapat di percaya oleh masyarakat lewat informasi yang kadang dilakukan secara live report dari lokasi kejadian, hal itu membuat masyarakat jauh lebih percaya pada televisi karena dianggap segala macam informasi yang disampaikan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Dari “kembali bergeliatnya” media penyiaran seperti televisi pada saat ini, tentu menarik jika kita membicarakan mengenai seperti apakah dinamika di balik layar sebuah program televisi agar dapat mengudara, masuknya pundi-pundi penghasilan lewat tayangan iklan, maupun bagaimana orang-orang dibelakang media terus bergerak agar mereka bisa menyesuaikan dengan laju industri saat ini melalui manajemen mereka. Oleh sebab itu dalam kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai buku yang mengangkat mengenai manajemen media penyiaran (Strategi mengelola radio & televisi) yang di tulis oleh Morissan, M.A. selaku dosen di fakultas ilmu komunikasi universitas Mercu Buana Jakarta.

Buku yang di publikasikan pertama kali pada Agustus 2008 ini dengan jelas membicarakan mengenai seperti apakah dunia dibalik layar penyiaran, pasalnya dari 12 bab di dalamnya terdapat berbagai macam topik yang dibahas dan sangat menarik untuk di ketahui, terlebih bagi Anda yang tertarik dengan dunia penyiaran. Dalam bab pertama kita akan disuguhkan dengan sejarah lahirnya radio dan televisi ; bagaimana stasiun radio pertama dimulai dengan iseng oleh Frank Conrad yang membangun sebuah pemancar radio di garasi rumahnya di Pittsburgh, Amerika Serikat, juga dengan kemunculan televisi yang pada awalnya dianggap biasa-biasa saja oleh masyarakat pada saat itu, bahkan cenderung dianggap sebelah mata. Namun melihat bagaimana kedua media tersebut akhirnya dikenal luas dikalangan masyarakat, tentu kita tidak akan percaya bahwa kemunculan 2 media tersebut awalnya tidak mendapat sambutan yang cukup baik. Sementara itu pada bab-bab berikutnya dibahas juga mengenai teknik penyiaran, sistem penyiaran, manajemen penyiaran, program siaran, pemasaran program, promosi program, dll, yang mana dalam sub-sub bab tersebut juga di suguhkan topik-topik yang tidak kalah menarik seperti segmentasi audien, struktur organisasi stasiun televisi, tugas dan tanggung jawab crew tv baik dalam program berita maupun non berita, pemasaran program, dll. Buku ini, sekali lagi, sangat menarik, terlebih untuk mereka yang punya ketertarikan di dunia penyiaran, atau bagi mahasiswa/calon mahasiswa penyiaran yang membutuhkan buku pegangan untuk kegiatan belajar.

Adapun kelebihan dari buku ini terletak pada kerincian penulis dalam menyusun setiap materi, alhasil dalam satu buku kita selaku pembaca dapat mengetahui banyak hal sekaligus. Terlebih dengan fakta bahwa buku ini terdiri dari 12 bab yang masing-masing babnya dibahas secara rinci dan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Namun dibalik itu saya selaku pembaca tidak dapat memungkiri bahwa buku ini bisa jadi perlu disesuaikan dengan era saat ini, terlebih mengenai bagaimana manajemen media penyiaran mensiasati perkembangan new media yang kian lama kian masif mengambil minat masyarakat, dalam hal ini saya rasa perlu di tambahkan mengenai bagaimana media konvensional mampu membuat dobrakan untuk menarik minat audience, dan bagaimana media konvensional mempromosikan programnya di tengah-tengah era dimana mayoritas penggunannya sudah beralih ke media daring. Karena kita tidak dapat memungkiri bahwa merosotnya minat masyarakat terhadap media konvensional seperti televisi, radio, maupun media cetak pada saat ini tidak lain karena zaman telah banyak berubah. Oleh sebab itu sudah barang tentu jika media konvensional masih ingin bersaing dengan new media mereka perlu membuat terobosan yang segar, karena jika tidak tentu tinggal menunggu waktu sampai industri media penyiaran akan ditinggalkan oleh penonton setianya.

Friday, June 5, 2020

Di Ujung Malam

Photo by Ruvim from Pexels
Di ujung malam, takala sebagian orang terlelap dalam mimpi mereka, kita justru terjaga dan memulai kisah tengah malam kita. Melintasi waktu, kita bercerita tentang dunia di ujung sana, yang bersinar oleh cahaya matahari musim panas sementara di ujung lain, matahari sudah lenyap berjam-jam lamanya.

Kita bicara tentang waktu. Juga menghitung perbedaan dari waktu ke waktu. Seolah tak pernah ada pembenaran. Memusingkan kita dengan hitungan. Kita memperhitungkan semuanya seolah yang kita lakukan ini setimpal; berbicara berjam-jam lamanya tanpa menghasilkan apa-apa, kecuali rasa baik setelahnya. Rasa baik yang bahkan tak bertahan lama. Ah, memalukan!

Ya, memalukan! Tapi, memalukan yang menyenangkan. Memalukan yang tak pernah membuat kita bosan. Untuk menggiring rindu ke tempatnya kembali dapat bertemu. Menghitung jam ke jam untuk waktu setelahnya, dan melihat diujung malam mana kan kita lanjutkan kembali kisah  kita.

Di ujung malam. Ya, selalu di ujung malam, saat selalu ada hal kecil yang menarik untuk dibicarakan. Saat selalu ada kisah untuk di tertawakan, dan selalu di ujung malam, saat dimana kita tak pernah bisa diam.

Thursday, June 4, 2020

Puisi buat Majeni Sanusi Sanwani Hanapi

Sebenernya aku nggak tahu kamu siapa
Manusia jenis apa dan datang dari belahan dunia mana
Aku bahkan nggak tahu nama lengkap kamu
Padahal itu modal aku berselancar di gugel

Aku mengira-ngira
Mengetik sekenanya
Berharap menemukan 1 kata tuk tarik kesimpulan atasnya
Wah, tapi sayang, aku nggak menguasai ilmu deduksi, bahkan untuk menghitung 3x2x5+7:5-2x0 pun aku nggak ngerti.

Siapa gerangan kamu sebenarnya?

Herman kah?
Juleli?
Sanusi?
Sanwani?
Majeni?
Samsuri?
Atau... Hanapi?

Ah, pusing kepalaku memikirkan apa kira-kira nama belakangmu
Mungkin sebenernya nama kamu Hanapi Majeni Sanusi
Datang dari negeri jauh sampe-sampe transit 2x

Hhhmm, siapa sih kamu?

Tapi siapapun kamu udah nggak penting lagi sekarang ini, sama sekali!

Karena kamu sudah berhasil menarik perhatianku, sungguh!

Seseorang dengan kaca mata dan berjaket merah
Yang dateng entah dari belahan dunia mana
Muncul di depan mata aku
Dan...,

Wah, kamu benar-benar buat aku nggak bisa tidur selama bermalam-malam dan berminggu-minggu setelahnya

Astagaaaaaa... Kamu siapa?

Majeni?
Sanusi?
Sanwani?
Atau Pangeran Harry?
Yakali Pangeran Harry! Nggak ah, takut sama Meghan markel.

Siapa sih kamu?
Kok suka ya sama frame kacamata kamu, elegan banget gitu.
Loh..

Ini puisi buat kamu,
Kalau bukan puisi anggap aja begitu😋