Rasa itu tumbuh seiring berjalannya waktu. Tak melulu lewat pertemuan yang intens memang, telepon panjang untuk selalu mengabari, atau kata-kata manis yang bertebaran di aplikasi bertukar pesan. Rasa itu tumbuh dari kenyamanan yang hadir bersama waktu dan berkembang dari waktu ke waktu. Yang dalam perjalanannya menghadirkan banyak ingin; ingin untuk selalu tahu kabar satu sama lain, ingin untuk menjadi yang diprioritaskan, ingin untuk dapat dipercaya, dan pada akhirnya ingin untuk dapat diterima dalam kehidupan satu sama lain.
Rasa itu tumbuh tanpa disadari dan tanpa dapat disiasati, perlahan-lahan masuk dan sulit pergi, diam menunggangi hati dengan berbagai cara hingga tak ada yang sadar bahwa rasa itu telah menghadirkan kenyamanan yang tak dapat dilukiskan. Yang bahkan berlaku untuk mereka yang awalnya saling membenci dan tak saling mengenal sama sekali.
Kau dan aku terlalu gengsi untuk mengakui bahwa sejak lama rasa itu ada di sana, tumbuh dalam setiap percakapan, hadir dalam setiap pertanyaan. Sayangnya, selama ini kita terlalu sibuk menduga-duga perasaan satu sama lain, hingga tak ada satupun yang berani memulai. Kita terlalu asyik bermain-main dan terjebak dalam rasa yang kita ciptakan, sampai pada akhirnya kita tenggelam dalam setiap pertanyaan
"apa yang dia inginkan?"
"mengapa ini membingungkan?
"apa maksud setiap pesan yang ia kirimkan?"
Ah, sudahkah hanya sampai di sini? Berhenti hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang terus berkelabat di dalam pikiran tanpa ada niat menyelesaikan apa yang sudah dimulai?