matahari sore itu bersinar dengan cerah menembus dedaunan disekitar
pemakaman diatas sebuah bukit. dibukit itu terdapat belasan kuburan tak
terawat dan beberapa pohon jambu kancing tak terlalu tinggi dengan
ranting-ranting yang menjuntai. dibawah salah satu pohon jambu kancing
timbuh ilalalng dengan daun-daun yang tak terlalu rimbun tetapi daun
yang hijau. ilalang itu merupakan satu-satunya yang tumbuh di bukit
pemakaman tak terurus itu.
terpancar kesedihan teramat mendalam diraut wajah ilalalang itu. ia terdiam sendiri ditengah gelayut sepi. dikesendiriannya itui ilalang terus memandang jauh jauh kedepan... memandang hamparan ilalang dibawah bukit pemakaman tempatnya berada.
"aku tak percaya tuhan membiarkanku hidup sendiri diatas sini,, tanpa teman untuk menari ketika angin bertiup... tanpa teman untuk menyongsong atau bahkan menutup hari... aku tak percaya Tuhan tak adil hanya kepadaku" ucap ilalang seraya tersenyum kecut dan terus memandangi hamparan ilalang dibawah bukit pemakaman yang tengah menari kesana-kemari tertiup angin.
ditengah kesedihannya datanglah seekor burung pingai yang terbang kesana-kemari seraya terus menyanyikan lagu sore, setelah lama berputar-putar seraya terus mengamati ilalang burung itupun terbang rendah dan hinggap tepat diranting pohon jambu yang menjulur kearah ilalang. burung pingai itu mengentikan nyanyiannya dan tersenyum kepada ilalang..
"mengapa kau tampak nelangsa ilalang.. tidakkah hari ini indah untuk menari mengikuti irama angin?" tanya burung pingai ramah dengan senyum masih menghiasi bibirnya.
"tidaklah indah hari-hariku satu haripun.. lihatlah, Tuhan memperlakukanku tak adil" balas ilalang dengan senyum masam "coba kau lihat ilalang dibawah sana, mereka menari kesana-kemari mengikuti langkah angin bersama, menyongsong dan bahkan menutup hari bersama, lantas, bagaimana denganku? apakah kau melihat itu padaku?" lanjut ilalang dengan mata sedikit nanar diiringi sapuan angin sore yang melambai lembut.
"mengapa tak kau tanyakan saja pada tuhan?" ucap burung dengan senyum masih menghiasi bibirnya.
ilalang menatap burung itu tajam "Tuhan tak pernah mendengarku?" ucap ilalang itu lirih, lalu tersenyum "bagaimana kau bisa berada disini?" tanya ilalang pada burung "selama ini tak ada satupun burung yang hinggap di pepohonan diatas bukit ini?" lanjutnya.
buruung itu tersenyum "aku tak pernah berada jauh darimu, aku selalu didekatmu, memperhatikanmu dan bahkan menemanimu.. hanya saja kau tak tahu hal itu" ucap burung seraya terbang rendah disekitar ilalang yang tengah dilanda bingung.
"bagaimana mungkin?!! aku selalu sendiri disini tanpa siapapun... kau mengada-ada burung"
burung itu tersenyum mendengar pernyataan ilalang terhadapnya "jelas kau tak tahu, karena selama ini kau sibuk dengan hamparan ilalang dibawah itu, kau teralu iri bukan pada mereka... sampai-sampai kau tak menyadari bagaimana angin terus membuatmu menari, bagaimana tanah yang terus menghidupimu, pun matahari yang selalu menyinari setiap harimu" ilalang terdiam "engkau bahkan tak pernah tahu bagaimana Tuhan selalu bersamamu dihari-hari terburukmu" ilalang itu semakin terdiam dan tertunduk.
"kau tak tahu apa-apa tentangku...."
"aku tahu" potong burung itu cepat "kau terlalu iri bukan?" burung itu menghampiri ilalang prlahan "kau seharusnya bersyukur ilalang..."
ilalang itu menatapnya tajam "untuk apa?"
"untuk sesuatu yang telah diberikan Tuhan padamu... tahukah kau, bahwasanya ilalang dibawah bukit sana akan segera tergusur, tanah yang menghidupi mereka akan berubah menjadi rumah-rumah mewah...dan kau, kau beruntung Tuhan masih bersamamu" burung pingai itupun terbang tinggi lalu pergi meninggalkan ilalang itu sendiri.
sejenak ilalang menyaksikan burung pingai itu terbang menjauh meninggalkan ilalang ditengah keterkejutannya, menyaksikan jingga mengantarkan burung pingai itu menembus pepohonan.
"ia benar, selama ini aku tak pernah menyadari angin yang terus membuatku menari, tanah yang menghidupiku, matahari yang selalu menyinariku dan bahkan tuhan yang selalu bersamaku di hari-hari terburukku... aku tak pernah mensyukuri itu" ucap ilalang dengan air mata dipipinya.
sore itu matahari tersenyum menutup harinya diiringi dengan nyanyian sore sang pingai yang terus bersenandung dari kejauhan.
terpancar kesedihan teramat mendalam diraut wajah ilalalang itu. ia terdiam sendiri ditengah gelayut sepi. dikesendiriannya itui ilalang terus memandang jauh jauh kedepan... memandang hamparan ilalang dibawah bukit pemakaman tempatnya berada.
"aku tak percaya tuhan membiarkanku hidup sendiri diatas sini,, tanpa teman untuk menari ketika angin bertiup... tanpa teman untuk menyongsong atau bahkan menutup hari... aku tak percaya Tuhan tak adil hanya kepadaku" ucap ilalang seraya tersenyum kecut dan terus memandangi hamparan ilalang dibawah bukit pemakaman yang tengah menari kesana-kemari tertiup angin.
ditengah kesedihannya datanglah seekor burung pingai yang terbang kesana-kemari seraya terus menyanyikan lagu sore, setelah lama berputar-putar seraya terus mengamati ilalang burung itupun terbang rendah dan hinggap tepat diranting pohon jambu yang menjulur kearah ilalang. burung pingai itu mengentikan nyanyiannya dan tersenyum kepada ilalang..
"mengapa kau tampak nelangsa ilalang.. tidakkah hari ini indah untuk menari mengikuti irama angin?" tanya burung pingai ramah dengan senyum masih menghiasi bibirnya.
"tidaklah indah hari-hariku satu haripun.. lihatlah, Tuhan memperlakukanku tak adil" balas ilalang dengan senyum masam "coba kau lihat ilalang dibawah sana, mereka menari kesana-kemari mengikuti langkah angin bersama, menyongsong dan bahkan menutup hari bersama, lantas, bagaimana denganku? apakah kau melihat itu padaku?" lanjut ilalang dengan mata sedikit nanar diiringi sapuan angin sore yang melambai lembut.
"mengapa tak kau tanyakan saja pada tuhan?" ucap burung dengan senyum masih menghiasi bibirnya.
ilalang menatap burung itu tajam "Tuhan tak pernah mendengarku?" ucap ilalang itu lirih, lalu tersenyum "bagaimana kau bisa berada disini?" tanya ilalang pada burung "selama ini tak ada satupun burung yang hinggap di pepohonan diatas bukit ini?" lanjutnya.
buruung itu tersenyum "aku tak pernah berada jauh darimu, aku selalu didekatmu, memperhatikanmu dan bahkan menemanimu.. hanya saja kau tak tahu hal itu" ucap burung seraya terbang rendah disekitar ilalang yang tengah dilanda bingung.
"bagaimana mungkin?!! aku selalu sendiri disini tanpa siapapun... kau mengada-ada burung"
burung itu tersenyum mendengar pernyataan ilalang terhadapnya "jelas kau tak tahu, karena selama ini kau sibuk dengan hamparan ilalang dibawah itu, kau teralu iri bukan pada mereka... sampai-sampai kau tak menyadari bagaimana angin terus membuatmu menari, bagaimana tanah yang terus menghidupimu, pun matahari yang selalu menyinari setiap harimu" ilalang terdiam "engkau bahkan tak pernah tahu bagaimana Tuhan selalu bersamamu dihari-hari terburukmu" ilalang itu semakin terdiam dan tertunduk.
"kau tak tahu apa-apa tentangku...."
"aku tahu" potong burung itu cepat "kau terlalu iri bukan?" burung itu menghampiri ilalang prlahan "kau seharusnya bersyukur ilalang..."
ilalang itu menatapnya tajam "untuk apa?"
"untuk sesuatu yang telah diberikan Tuhan padamu... tahukah kau, bahwasanya ilalang dibawah bukit sana akan segera tergusur, tanah yang menghidupi mereka akan berubah menjadi rumah-rumah mewah...dan kau, kau beruntung Tuhan masih bersamamu" burung pingai itupun terbang tinggi lalu pergi meninggalkan ilalang itu sendiri.
sejenak ilalang menyaksikan burung pingai itu terbang menjauh meninggalkan ilalang ditengah keterkejutannya, menyaksikan jingga mengantarkan burung pingai itu menembus pepohonan.
"ia benar, selama ini aku tak pernah menyadari angin yang terus membuatku menari, tanah yang menghidupiku, matahari yang selalu menyinariku dan bahkan tuhan yang selalu bersamaku di hari-hari terburukku... aku tak pernah mensyukuri itu" ucap ilalang dengan air mata dipipinya.
sore itu matahari tersenyum menutup harinya diiringi dengan nyanyian sore sang pingai yang terus bersenandung dari kejauhan.
No comments:
Post a Comment