Tuesday, September 29, 2015

Perlambatan ekonomi, kekeringan serta kabut asap?? apakah ini krisis??



Hallo teman-teman, akhirnya daku kembali lagi untuk berbagi berbagai hal yang sama sekali tak berbobot kepada kalian yang berbaik hati untuk membaca tulisan ini… eh, bukaaan Cuma ini yak? Tapi semua tulisan gue yang lain hahahahahh

Apakah ini Krisis??
Pelemahan nilai tukar rupiah akhir-akhir ini cukup menjadi perhatian banyak orang, terlebih ketika topic melemahnya nilai tukar rupiah ini selalu jadi pembahasan umum di berbagai media seperti halnya di media televise apalagi jika masalah ini dikaitkan dengan krisis ekonomi tahun 1998 silam. Ah, semakin kompleks saja jadinya bung…
Gue yang gak ngerti masalah ekonomi dan gak ngerti apa aja pengaruh yang akan di timbulkan dengan kejadian ini sebisa mungkin untuk CUEK, yah walaupun pada kenyataanya orang-orang di tipi seringakali mempengaruhi penontonnya dengan menunjukan bahwa krisis ini akan berdampak pada bak…bik..buk…dan…nak…nik…nuk…tapi sebisa mungkin gue untuk tak berpikir terlalu jauh terlebih emang gue juga belum mampu untuk memikirkanny ahahahahahah.
Nilai rupiah yang akhir-akhir ini sudah menapaki angka 14.000sekian perdolarnya dikatakan beberapa narasumber televise sama dengan kejadian tahun 1998, kalo menurut gues ih yak berbeda! Terlebih kalo mengingat nilai uang jaman dulu sama sekarang. Iyakan??? Dan juga jika kita telisik penyebab krisis ekonomi 17 tahun silam yang di akibatkan sama hutang Negara yang gak kekontrol jelas beda sama sekarang yang jelas gak Cuma Indonesia yang mengalaminya tetapi beberapa Negara lain seperti halnya Thailand (seatau gue aja lho), so jangan khawatir. Selama kita gak panic semuanya akan stabil kembali, toh pemerintah juga tengah memikirkan kok agar nilai tukar rupiah kembali stabil.
Nananananana *nyanyik* krisis pasti berlalu… ups, sorry, yang terjadi sekarang ini bukannya krisis, hanya saja perlambatan ekonomi. Jangana asal sebut yah, karena krisis itu memiliki rentang waktu yang lama untuk mengembalikannya ke awal berbeda dengan perlambatan yang mudah untuk kembali stabil setelah hambatan berhasil teratasi.

Nah, kalo masalah kekeringan dan kabut asap apakah ini masuk kedalam krisis?
Entahlah yah, gue juga gak tau menahu perihal ini!! Yang jelas selama kurang lebih 19 tahun gue tinggal di gunung sindur baru kali ini, tepatnya di tahun 2015 ini gue ngalamin dimana untuk wudhu aja gue harus minta air tetangga *sedih yo* terlebih kalo inget gimana gue harus ngalamin dimana air sumur gue berbau bangke lantaran ada ular masuk ke dalam sumur gue yang berada nan jauh disana… Gara-gara itu gue harus mandi, wudhu + masak dengan meminta air dari sumur tetangga, memang beginilah kalo rumah masih di kelilingi kebun, binatang apa aja bisa masuk ke dalam sumur, tanpa terkeculi dinosaurus… yah, seandainya mbah dino belum punah…
Kenapa gue menulisnya disini, iya tentang kekeringan… soalnya kali ini kekeringan sudah sangat terasa terlebih jika mengingat bagaimana banyak warga di beberapa daerah yang sudah mulai memanfaatkan air-air yang semestinya nggak di gunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti air got, air sungai yang sudah tercemar dan banyak yang gak bisa di sebutin, seolah bahwa kita ini benar-benar mengalami krisis meskipun ini gak berlaku sama mereka yang berada di gedung-gedung, yang mana aliran airnya masih deras terasa. Kalo kesimpulan gue sih, mengapa di daerah gue ini sekarang bener-bener terdampak mungkin karena maraknya pembangunan perumahan di sekitar rumah yang memakan banyak tempat, seperti pesawahan, perkebunan yang dulunya menjadi tempat tumbuh banyak pohon dan terlebih setelah pembangunan perumahan para pemilik rumah akan mengebor tanah untuk membuat sumur. Yang kita tau bahwa semakin dalam tanah di bor maka air yang keluar pun akan banyak, tapi dampaknya yak ini… warga yang memiliki sumur dengan di gali airnya akan berkurang. Percaya atau gak, sumur sepupu gue yang rumahnya deket sama perumahan kedalamannya itu Cuma 4 meter dan airnya itu buanyaaaaaak banget bahkan tiap kali musim ujan dia itu gak perlu nyalahin mesin air, tinggal di serok aja pake gayung dan semuanya akan baik-baik saja. TAPI, itu dulu sebelum adanya perumahan…sekarang, ia pun harus menggali kembali sumurnya agar ia bisa seperti tetangganya yang tinggal di perumahan (menikmati segarnya air sumur).
Gue gak bisa ngebayangin apa yang akan terjadi di tahun-tahun kedepan?? Apakah gue akan merasakan kekurangan air seperti ini atau gue malah ikut kebanyakan orang dengan mengkesploitasi air yang akan semakin berkurang jika terus menerus di perlakukan seolah air selamanya akan tersedia *anjirrrrrr bahasa gueeeeeeee*
Sumpaaaaahhh hal yang dulu selalu jadi candaan gue beneran terjadi… "mandi aja pake aqua kalo gak ada air" dan ini ternyata berlaku buat tetangga gue. Lantaran air di sumurnya kering, ia pun membeli aqua galonan yang ada di warung untuk kebutuhan seperti masak, mandi dan mencuci, ambooooyyyyy…amboyyyyy…
Alhamdulillahnya, kami disini masih lebih baik dibandingkan saudara-saudara kita di jambi, riau, pekanbaru, ogan komering ilir, dan sekitarnya yang harus mengalami kekeringan serta pencemaran udara akibat kabut asap yang di sebabkan orang-orang tak bertanggung jawab, yang mementingkan dirinya sendiri tanpa memedulikan dampak yang di timbulkannya.
Ampuuuuuunnnnn, masih ada ajah yah orang-orang yang mengorbankan banyak orang demi kepentingan pribadi. Kok yak nyaman gitu ngeliat orang lain kesusahan sementara dia yang menyebabkan kesusahan itu, apa lagi bahaya yang di timbulkan itu jangka panjang.
Kalo gak percaya search aja sendiri, bahaya apa aja yang ditimbulkan akibat pencemaran udara…lo pasti bakal menyumpah..!!!

Tapi yah, kalo di liat segala sesuatu dari sudut pandang negative semuanya itu gak akan berarti apa-apa kecuali beban pendritaan. Berbeda jika kita menanggapinya dengan bijak.
Seperti melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, jika kita menyikapinya dengan baik tentu yang terjadi bukan hanya kepanikan tapi juga sebuah pemberitahhuan bahwa kita harus lebih cerdas lagi dalam mengelola uang, atau mungkin kita harus mengontrol pemasukan serta pengeluaran lebih baik lagi. Jangan hanya menyalahkan, tapi perbaiki.
Sementara itu, kekeringan pun memberi kita isyarat bahwa air yang kita anggap selalu tersedia kelak pasti akan habis. Apalagi jika manusia tak mengelolanya dengan baik, bagaimana air akan terus tersedia jika manusia terus dengan ketamakannya. Air ada karena adanya pepohonan, jikapohon-pohon habis lantaran tanah yang ditumbuhinya di jadikan perumahan, real estate, mall-mall serta apartemen dimana air akan bermukim. Sementara berbagai pihak seolah menutup mata dengan kenyataan yang ada dan justru terus mengeksploitasi apa yang mereka anggap selalu tersedia. Kuncinya adalah, jaga apa yang telah tuhan berikan kepada kita sertas yukuri. Ngerasain kan ketika gak ada air, mandi aja harus beli aqua galon, makanya, Tuhan mengingatkan kita agar lebih bijak dan lagi-lagi bersyukur.
Pencemaran udara, dengan musibah ini tentunya kita diberi tahu bahwa udara bersih menjadi sangat berguna untuk kesehatan. Lagi-lagi kita diajari untuk mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan berupa udara segar, oleh sebab itu manusia di wajibkan untuk menjaga lingkungan tempatnya tinggal. Bukankah manusia di ciptakan di muka bumi ini sebagai khalifah. Iya khalifah, itu sebabnya apa-apa yang telah Tuhan amanahkan agar di jaga dengan sebaik mungkin. Menjaga kepercayaan itu gak susah kok, hanya godaannya aja yang banyak hahahahahhhhh.

Percayalah, bahwaTuhan tidak mengirimkan suatu masalah pun dengan tanpa solusinya.

No comments:

Post a Comment