Detik berlalu meninggalkan sang waktu
yang terus beranjak tanpa berusaha tuk kembali, menyisakan sejuta jejak.
Sesuatu yang selalu berawal manis namun berakhir dengan sebuah kepahitan
takdir. Ya, takdir.
Sebuah
pengeras suara dari musholla terdengar di pagi buta, ketika sang suara
mengabarkan sebuah berita duka, tentang seorang manusia yang telah menyelesaikan
masa baktinya yang telah di tetapkan sang khalik ketika usianya masih 4 bulan
berada di dalam kandungan.
Saya
terhanyut tentang sebuah kabar, meski logika terus menjelajah mencari jawaban
atas segala tanya. Meninggal? Apakah ini akhir dari sebuah kehidupan? Lantas,
apakah mereka yang meninggal mampu menyaksikan jasad yang tengah di tangisi??
Apakah meninggal sama dengan dilupakan?
Tanya
berkecambuk!
Tiba-tiba
fikiran saya melayang ke suatu hal yang benar-benar membangunkan saya dari
berbagai tanya, tentang hidup dan kematian. Ya, kematian yang selalu datang
tanpa permisi kapan dan dimanapun.
Saya
teringat akan suatu hal yang telah terlewat yang tak akan pernah kembali,
seperti halnya masa dimana saya duduk di bangku sekolah, masa dimana saya bercengkrama
dengan teman-teman dan terlebih masa dimana saya harus tersadar bahwa masa itu
takkan pernah kembali. Hidup hanya sekali, masa itu pun terjadi hanya sekali,
takkan kembali bahkan meskipun saya menangisinya sepanjang malam menjelang
tidur.
saya
teringat akan peristiwa beberapa tahun lalu, ketika tanpa sengaja saya
menyaksikan sebuah kematian seorang karena kecelakaan. Pada saat itu lamunan membawa saya kepada :
bagaimana keluarganya menunggu ia pulang, bagaimana hancur hati keluarga ketika
tahu bahwa orang yang mereka nantikan pulang tinggal nama, dan bagaimana nasib
keluarga bapak itu setelah kematiannya.
Sadar,
kelak sayapun akan merasakan hal itu, ketika saya harus tegar dan terutama
ikhlas dalam menyikapi sebuah kematian seseorang yang teramat saya kasihi,
seorang yang selalu ada di awal maupun akhir setiap hari yang saya lalui.
Seseorang yang akan pergi dengan proses kematian yang cepat atau bahkan lambat.
Hidup memang seperti ini, ditinggalkan atau meninggalkan.
Karena
sebuah kepastian pasti akan datang, walau bukan pada hari ini tapi itu bukan
berati kepastian itu takkan menghampirimu, saya, kalian, kita, mereka dan
semua.
Seperti
inilah hidup, ditinggalkan atau meninggalkan.
Jika
tidak ditinggalkan, itu berarti kita yang akan meninggalkan. Selalu, dan akan
selalu seperti itu.
No comments:
Post a Comment