Gue adalah
anak polos yang gak mau dibilang sebagai anak yang bodoh, meskipun memang kelihatannya
sedikit pintar dan banyak tidak tahunya, seperti itulah bahasa lembutnya kalau gak
mau dibilang o2n. ada banyak hal oon yang pernah gue lakuin dan itu benar-benar
buat gue ngerasa, gilaaaaa sebego itukah gue?
Dulu banget,
gue sempat nonton acara yang menurut gue itu menghibur banget dan ringanlah untuk
otak gue yang di set cukup sederahana ini, dalam adegan itu seorang diantara pemeran
ingin tampil sebagai seorang yang sholeh dan taat agama. Itu sebab, sebelum berangkat
sholat berjamaah di mushola ia mewarnai jidatnya dengan pensil alis supaya ada kesan-kesan
hitam gitu di jidatnya, karena menurutnya seorang yang sering sholat itu adalah
ia yang jidatnya ada bekas-bekas kehitaman yang menandakan bahwa ia sering bersujud
di atas sajadah. Aduh, bego bangetkan yah. Dan lebih begonia gue juga berpatokan
seperti itu… keyakinan yang ditanamkan di acara hiburan itu terus terbawa hingga
gue duduk di bangku sekolah menengah kejuruan dan baru berakhir ketika seorang
guru member sebuah pengertian bahwa keimanan seorang itu tidak bias dilihat dari
jidatnya, bias saja mereka rajin sholat tapi kalo perilakunya menyimpang bagaimana??
Misalnya ketika gue lagi nonton acara siding kasus korupsi di tv, gak jarang para
tersangka yang tengah khilaf itu berjidat agak kehitam-hitaman dan biasanya akan
terlihat lebih kalem dari biasanya dengan memakai kopyah, yang seolah-olah ingin
meberitahu bahwa ia adalah orang baik yang tak bersalah, mungk ini ngin menunjukkan
bahwa ia hanya dilanda khilaf, tapi khilafnya terlalu lama dan sudah terasa nyaman
hingga akhirnya kenyataan membawa mereka di kursi panas sebagai tersangka.
Menilai itu
memang harusnya gak boleh dari luarnya aja, misalnya gue, Gue pernah kagum sama
salah satu diantara mereka yang bekerja untuk Negara, orang yang menurut gue baik
itu menjadi panutan karena sikapnya. Pokoknya gue kagumlah sama beliau, setiap
kali ada acara dan narasumber itu dirinya, pasti gue akan pantengin layar tv,
itu karena gue terlalu melihatnya dari sisi bahwa ia adalah seorang yang gak neko-nekolah.
Hingga suatu ketika ada berita di tv yang menyatakan bahwa beliau ini terseret dalam
kasus korupsi dana bla…bla…bla gue menjadi cukup syok dan gak percaya gitu,
tapi ternyata memang begitu adanya bahkan hingga saat ini pun kasusnya masih terus
berlangsung meski media sepertinya sudah hamper melepas berita ini dan membawa kita
terhanyut oleh kasus konyol yang lagi-lagi dilakukan oleh aparatur Negara.
Kadang gue
suka bertanya dalam hati, kadang gue bertanya sama rumput-rumput yang tengah disantap oleh kambing tetangga dan bertanya pada
langit yang selalu berbaik hati menurunkan hujan “bagaimanakah cara membedakan seorang
yang baik dengan yang takbaik?” namun, jawaban tak kunjung gue dapatkan.
Malahan gue semakin saja menjadi seorang yang terus meraba-raba, jika seorang
yang gue anggap baik karena sering sholat dan jidatnya menghitam saja ternyata begitu,
lantas bagaimana dapat menilai seorang? Apakah gue harus beralih membandingkannya
dengan mereka yang wajahnya bercahaya, karena menurut buku yang gue baca seorang
yang sering berwudhu itu wajahnya akan terlihat bercahaya apalagi ketika ia selesai
wudhu. Yaampun, gue kok yak terlalu bodoh atau apa gitu yak? Uang banyak coy, bias
perawatan wajah keleus supaya wajah cerah.
Shit…shit…shit…
tau gak, beberapa kali gue membeli sebuah novel fiksi yang menggambarkan tentang
kehidupan para penegak hokum dan aparatur Negara, dari buku-buku yang gue punya
menceritakan tentang kehidupan seorang aparatur Negara yang dipenuhi dengan intrik-intrik
yang menyangkut tentang kekusaan. Dan gue, gue cukup kaget aja sama semua pemaparan
sang penulis itu, meskipun cerita yang gue baca itu fiksi tapi itu gak menutup kemungkinan
terjadi juga di sekitar kita. Bagaimana dibalik sebuah aksi besar ternyata dibelakangnya
ada seorang besar juga yang bermain hingga segala sesuatu yang mereka rencanakan
itu berjalan sepert iapa yang sudah mereka harapkan tanpa terendus, yah sejenis mafia gitu. Dan biasanya, para pelakunya
adalah mereka yang memiliki citra baik di mata public, orangnya bersimpati,
empati, religious, rendah hati, suka menolong, rajin menabung, gak pernah tawuran,
anak rumahan yang suka makan gorengan *ih apaan sih gue* eh, tapi percaya atau enggak,
gue beranggapan bahwa apa yang penulis itu tulis itu benar adanya, kenapa?
Karena sebaik-baiknya manusia, sejujur apapun dia jika sudah menyangkut masalah
uang pasti akan meleleh coyyyyyy. Meskipun begitu, mama gue sering beranggapan bahwa
gue ini terlalu berlebihan, mungkin karena mama gue sering ngeliat gue ngomel-ngomel
kalo nonton berita yang menyangkut masalah korupsi dan tentang hukum yang
tumpul keatas dan tajam kebawah. Ingat, gue pernah nangis Bombay gara-gara nonton
Mata Najwa yang mengangkat tema barisan anti korupsi. Aduh, entah apa yang
membuat gue menangis, tapi yang jelas gue ngerasa kasihan sama Negara gue tercinta.
Bisa-bisanya Negara ini dipenuhi
orang-orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Sebenernya, di kepemimpinan
kali ini, gue berharap banget sama para pemimpin-pemimpin gak hanya presiden
yang menduduki kursi eksekutif yang terlalu jauh untuk dapat mendengarkan suara
gue, tapi juga untuk para aparatur desa, kami sebagai warga mau keleus liat
kalian kerja. Mau tau juga dana desa yang diberikan itu digunakan untuk apa saja
#eh, dan gue juga penasaran apa sih yang dilakukan para pekerja desa? Mengapa setiap
kali ada kesempatan berkunjung, kantor desa Nampak lengang? Sebal!!!!Sekalinya
bias kadang suka berputar-putar.
Hahahahaa,
jujur gue gak bias ngebayangin bagaimana jika orang-orang memiliki anggapan
yang sama kayak gue, semisal jidat menghitam itu adalah tanda ketaatan seseorang
dalam melaksanakan ibadah 5 waktu pasti para calon-calon anggota bla bla bla akan
berlomba-lomba menghitamkan jidatnya dengan menggesek-gesekkannya di sajadah ketika
sholat *peace* agar dikira ahli ibadah dan pasti akan mampu berlaku jujur, dan amanah.
Please, jangan terlalu berpikir kayak gue, gue adalah anak bodoh yang gak tau
apa-apa, yang setiap menjelang tidur masih menghisap ibu jari hingga pulas,
masih suka main sepeda roda tiga tiap sore, dan yang suka menceramahi teman
yang ngajak nyolong mangga di pohon tetangga bahwa itu adalah perbuatan dosa tapi
tetap ambil barisan paling depan buat masalah menyantap. Nah, itu kan merupakan
bukti bahwa orang baik aja bias kan berperilaku menyimpang, gue aja yang baik masih
suka makan rujak mangga hasil curian di pohon tetangga dan selalu kepingin nambah
amboiiiiiii….
Gaesssssssss,
sekarang ini semuanya serba abu-abu, kayak…. Kayak apa yak?? Maksudnya, Kebaikan
dan keburukan itu sekarang mudah sekali menjelma, kayak si jidat hitam itu, tak
mudah untuk mengira ia jahat karena dipermukaan ia selalu tampil apa adanya namun
dibelakang? Entahlah. Seperti berjudi. Teman baik belum tentu baik, anak yang
penurut belum tentu patuh, hitam tak selalu tak ada putih panuan misalnya dan sebagainya.
Andai kebaikan
itu bisa dinilai dari luar saja, tentu akan banyak orang yang berlomba-lomba menghitamkan jidat agar terlihat lebih hitam…hitam…hitam…menghitaammmm.
tapi semoga aja nggak akan ada orang yang kayak gitu yah, karena keimanan itu bukan untuk dipamerkan didepan manusia atas dasar tujuan untuk mendapat citra yang baik, percuma juga baik dihadapan manusia tapi di mata Allah gak ada artinya. emang kelak kalau sudah waktunya manusia akan menolong? enggak, amal kebaikan nanti yang akan menolong, semua hal yang lo lakuin di dunia ini kelak akan di mintai pertanggung jawaban. karena boi, dunia ini adalah shelter tempat dimana kita menunggu kendaraan kita datang untuk menjemput kita menuju tempat yang sesungguhnya, dimana segala sesuatunya tampak jelas tanpa tendeng aling-aling. maaf yak kalau bahasa gue terkesan menggurui, tapi berdasarkan buku yang gue baca yak begituuuuuuuuuu... makanya manusia itu harusnya yak biasa saja, jangan terlalu berlebihan heheheh
No comments:
Post a Comment