![]() |
Sebagai contoh |
WhatsApp, aplikasi untuk chatting ini... Aplikasi dengan pengguna aktif bulanan mencapai hingaa 1.5 miliar ini menawarkan fitur untuk kita selaku pengguna dapat menulis status seperti yang bisa dilakukan di Facebook dan Instagram. Memang jika dilihat, jangkauannya berkisar orang-orang yang ada dalam kontak kita, tapi hal ini otomatis mempermudah kita tetap eksis untuk bisa membagikan setiap momentnya tanpa ada satupun yang terlewat. Entah itu untuk pamer atau apapun yang jelas gue selaku pengguna aplikasi yang sama, pengguna media yang sama, dan punya teman di WhatsApp, merasa bahwa "apaan cobak?"
Gue pribadi pengguna sosial media, beberapa aplikasi jejaring sosial jujur gue punya, nulis status di media sosial pernah juga dan menjadi penikmat/terganggu dari status-status orang ya nggak perlu di tanya karena itulah suka duka ber media. Dari situ, inilah alasan sebenernya gue menulis ini karena sepenuhnya merasa "apa sih" pada mereka yang seringkali menumpahkan atau menuliskan atau dengan sengaja ingin di akui keberadaanya.
Gue punya banyak temen dari yang nggak pernah update di media sosial *entah mungkin karena gue di blokir atau di apain nggak ngerti deh😅😅* sampe yang aktif banget dan buat gue sampe "apaan sih" saat melihat statusnya di media. Orang yang selalu buat gue berpikir "apaan sih" adalah mereka yang selalu update hal-hal yang benar-benar apa ya? Ingin di lihat keberadaannya! Contohnya begini, orang macam ini adalah dia yang biasanya memposting hal-hal yang tengah dia lakukan seperti pas dia lagi makan, suasana jalan pas naik ojek, pokoknya yang apa-apa di share. Apa yang ada di kepalanya itu yang dia bagiin, nggak lihat apa itu berfaedah atau malah unfaedah yang penting eksis aja duluuuuuuu.. bahkan mungkin artis aja kalah sama mereka...
Beberapa waktu lalu pesta demokrasi kan berlangsung yah, inget nggak nyoblos siapa? *Heh* Oke, pesta demokrasi kemarin kita punya dua calon presiden ada nomor urut 1 sama nomor urut 2. Setiap orang berlomba-lomba untuk menunjukkan loyalitas mereka dengan posting apapun tentang orang yang mereka pilih, salah satunya ada temen gue yang selalu update tentang paslon yang dia dukung. Menulis tentang kemenangannya hanya berdasarkan hasil quick count oleh lembaga survei terus membanggakan hasil quick count dan real count lembaga survei internalnya *gue yakin lo tahu lah siapa yang gue bahas😋😋* gue yang basically tengah belajar metodologi penelitian langsung "apaan sih" dan setelah itu gue merasa benar-benar terganggu untuk sekedar lihat sosial media, males buka Facebook, males buka WhatsApp dan males untuk melihat semua kegaduhan itu.
Media sosial berperan dalam membangun personal branding bagi seseorang, itu sebabnya orang-orang berlomba-lomba untuk membagikan setiap moment yang perlu di bagikan ke media untuk menghadirkan pujian atau apapun atau untuk menunjukan keberadaannya dalam dunia yang begitu penuh kamuflase ini.
Media maya itu penuh kamuflase, dimana orang bebas untuk menampilkan wajah mereka. Di media, orang bebas memakai topeng sesuai yang mereka inginkan, sebagai orang bahagia, orang yang di kelilingi teman-teman terbaik, makan di tempat yang super mevah, atau menunjukkan kecerdasan mereka lewat setiap kegiatan yang menggambarkan kecerdasan. But, banyak dari itu semua adalah kamuflase.
Gue nulis ini bukan untuk apa-apa, tapi untuk menunjukkan bahwa gue merasa benar-benar, sangat, begitu, terlalu, apapun itu, terganggu dengan status-status yang meaningless. Gue merasa terganggu tiap kali pergi kemana-mana atau tengah melakukan kegiatan sama teman tapi teman itu justru sibuk membuat status di media sosial. Gilaaaaaakkkk... Gilakkkkkkkkk...
Contoh sederhana lagi, kejadian kemarin malam. Jadi kebetulan gue yang memang jarang ikut pengajian *karena nggak nyaman berada di keramaian* memutuskan untuk nemenin nenek gue ke pengajian, karena memang tujuannya untuk mengaji ya gue nggak bawa handphone dong. Nah, sesampainya di sana, karena memang itu pengajian yang di khususkan untuk ibu-ibu jadilah memang lebih banyak ibu-ibu disana dibandingkan anak mudanya. Nah ada 2 orang didepan gue yang sedari awal memang sibuk main HP, satu diantaranya adalah ibu rumah tangga muda yang usianya di bawah gue, satunya lagi belum menikah tapi usianya tetap di bawah gue *gak jelas yah* dan yang buat gue merasa miris adalah, sepanjang pengajian mereka begitu antusias membagikan kegiatannya ke dunia Maya lewat video-video singkat ke Instagram, oalahhhhhhhhhhh.... Jujur pada saat itu gue merasa, "ya ampunnnnnnn" Dan kejadian itu nggak habis disitu, menjelang puncak acara itu kan jemaahnya pad berdiri pas pembacaan apa tuh *ketahuan kan nggak pernah ikut pengajian😂* pokoknya begitulah, lo tahu apa yang terjadi????? Hampir seluruh anak muda yang ada disana *kecuali gue dan tim kosidah* mengangkat ponsel mereka untuk merekam itu dan membagikannya ke dunia Maya... Bisa di bayangin???????????
Inikah dunia kita sekarang?
Inikah wajah dari generasi millennial yang lahir di era Teknologi?
Inikah yang disebut penerus bangsa?
Inikah nani arpan sok tahu yang lagi sok paling benar?
Maksud gue gini lho cuy, udah sih nggak usah segala kepingin di lihat gitu. Emangnya penting banget orang tahu kegiatan lo, emangnya harus gitu selalu bagi kegiatan kalian ke sosial media? Lagi juga, kalau dateng ke suatu event cuma buat ambil gambar dan di bagiin ke sosial media, apa itu nggak buat Lo kehilangan moment?
Coba deh pikir lagi!
No comments:
Post a Comment