Ini adalah sebuah perjalanan spiritual
(njiiiiir) gue dengan beberapa orang yang berakhir dengan percakapan menarik
penuh inspirasi yang pada akhirnya melahirkan sebuah rasa ingin menulis yang
super besar (gue nulis gak pake koma). Nah, yang pertama ini gue rangkum dari
percakapan gue dengan sepupu yang absurd tapi kadang-kadang sebijak Mario
Teguh, semua bermula dari sebuah perjalanan kita ke gunung. Diperjalanan menuju
pulang, gue sama dia cerita panjang tentang pekerjaan lantas bagaimana
ceritanya sampai tahap kita membahas masalah hati (omagah), gue nggak bisa
berkata-kata lagi ketika dia membahas masalah H-A-T-I karena katanya itu adalah
bagian yang udah berat pake banget karet 2 pedes (heh?).
Ditengah jalan yang mendung itu gue membuka
dengan sebuah pertanyaan “lo pernah jenuh sama pekerjaan lo?”
Dan dari pertanyaan itu, keluarlah setiap
uneg-unegnya tentang pekerjaannya, bagaimana setiap orang yang bekerja akan
merasa jenuh dengan apa yang mereka jalani. Apalagi kalau pekerjaan itu selalu
mereka lakukan berulang kali, monoton, sama, selalu seperti itu, sistematis,
terstruktur, whatever you say, pokoknya gituuuuuuu. Katanya, dia sudah jenuh
dengan pekerjaannya dan pernah terpikir untuk melakukan hal yang gue lakukan
tapi urung lantaran dia nyaman dengan teman-teman disana, jika ada yang membuat
dia bertahan sampai saat ini berada disana alasannya 1 , teman-temannya udah
baik banget.
Sementara gue, selama 1 tahun bekerja gak
pernah merasa bahwa, gue nyaman dengan lingkungan disana. Teman-teman? Biasa
aja, bahkan parahnya gue gak pernah sekalipun rindu dengan mereka. Gue
benar-benar mengamati mereka ketika 1 minggu sebelum resign, ketika briefing
atau ada kesempatan untuk ngobrol “apa oneday gue bakal kangen sama mereka?”
yang sampai sekarang ternyata “BELUM” entah, kenapa gue seperti ini? Karena
bagi gue, mereka hanya teman kerja, bukan teman yang kita keluar bareng atau
kemana-mana bareng, yang mungkin ketika seharipun nggak ketemu gue akan kangen
sekangen-kangennya. Ini adalah sebuah bentuk ketidak pedulian gue, tapi diluar ini
gue bangga pernah berada diantara mereka, karena mereka baik J
Gue inget, kemarin bagas bilang kalau kita
mau kerja itu harus pake hati, kita harus cinta sama pekerjaan yang kita
jalani. Sementara dia gak pernah liat itu di gue, katanya “dari dulu lo tuh maunya kerja di tivi bahkan sampe sekarang juga masih
tetep sama, Semuanya yang lo lakuin disana Cuma dengan tujuan lo bakal kerja di
tivi, makanya lo kerjanya nggak pake hati, just nyari duit doang disana. Karena
pikiran lo masih tetep sama, KERJA DI TIVI. Itu kan cita-cita lo”
Kalo jujur, yak emang bener kata dia. Semua
hal gue lakuin Cuma dengan satu alasan, bisa kerja di Tv. Gue gak pernah
bekerja dengan heart full of love selama disana.
Hal ini juga pernah ditanya sama temen gue,
Nia, “lo pernah sampe closing banyak karena lo cinta sama pekerjaan lo atau
gimana?”
Jawaban gue “apa gue pernah cerita sama lo
kalau gue cinta sama pekerjaan gue?
“nggak pernah” dia
“semuanya gue lakukan karena sebuah
kebutuhan” selesai sudah percakapan dengannya.
Gue masih bebincang dengan bagas, tapi kali
ini dengan topic yang berbeda. entah gimana gue mulai percakapan ini sama dia
tapi seinget gue, gue nanya gini kedia “kalau ada cewek/cowok pacaran sama
orang yang udah berkeluarga apa pandangan lo?”
“yak enggak apa-apa, bebas. Ditempat kerja
gue ada tuh kayak gitu. Mereka emang udah punya pasangan, tapi kan kalau
ditempat kerja atau berada diluar itu udah lain cerita”
“gilaaaakkkkk lo!!!”
“eh, itu yang disebut cinta buta”
Gue langsung ketawa ngakak, nih anak satu
belum pernah pacaran (sama kayak gue) bisa-bisanya ngebahas masalah cinta buta.
“eh oncom itu namanya bukan cinta buta,
kalau cinta buta itu mereka sama-sama sendiri. tapi kalau cinta sama suami
orang atau istri orang itu namanya cinta yang dipaksa untuk buta”
Hening. Nggak ada yang bisa dibahas lagi.
Bagas skak mat sama pernyataan gue.
Kita berhenti membahas itu untuk sejenak,
karena kita berhenti sebentar untuk makan di warung bakso. Ditengah makan,
nggak ada yang kita bahas tentang orang kedua atau pekerjaan, kita justru sibuk
berhahahihi bareng. Sambil dalam hati nyumpahin si abang tukang bakso lantaran
kita nggak di tawarin minum, sementara sepasang muda-mudi dibelakang kita
bertiga malah ditawarin minum-_-
Padahal, kita kan mau diperhatiin
jugakkkkkkkkkkkkkkk *siap-siap ambil golok*
Selesai makan, kita langsung lanjut lagi,
ditengah jalan ban motor yang dibawa yogi kurang angin, sambil nunggu dia
tambah angin gue langsung memulai percakapan lagi sama bagas, masih melanjutkan
pembahasan yang kedua tapi gue memulainya dengan percakapan yang lain.
“tipikal cewek lo kayak gimana?” gue
“dewasa dan bisa ngertiin, terus nggak
malu-maluin kalo diajak kondangan”
“janda termasuk dong?” gue ngakak
“eh, kalau udah menyangkut hati, kita udah
nggak peduli lagi sama yang namanya status. Hati itu udah berat men!! Ini masalah
hati”
“oh, pantesan selama ini lo ngejar-ngejar
guru PKN, karena lo suka yang lebih dewasa ckckckck”
“eh, gue itu sama dia Cuma kagum doang,
nggak lebih dari itu. sama kayak lo ke miss nunung, Cuma kagum”
“masaaaaakkkkk? Emang beda kagum sama “sesuatu”
yang dari hati”
“yak beda lah!!”
“kasih gue contoh konkret”
“nggak bisa, karena semua yang dari hati
itu sulit untuk dijelaskan”
“sekarang gue tanya, kalau laki-laki or
perempuan suka sama istri atau suami orang apakah itu datang dari hati? Apakah itu
yang namanya cinta buta” gue mulai mencecar dia dengan pertanyaan yang biasanya
gue perdebatkan dengan seseorang.
Dan jawaban yang mengejutkanpun keluar dari
mulut orang yang mengakunya cerdas dan bijak ini, berikut jawabannya akan gue
underline + bold.
“itu namanya cinta yang salah, karena walau
bagaimanapun akan ada hati yang tersakiti” gue
udah nahan ketawa waktu nih anak ngomong gitu, untung gue pake masker jadi gak
keliatan kalau gue lagi cengar-cengir denger omongannya hahahah “kalau
itu terjadi bukan sama orang yang sudah berkeluarga, maksud janda sama orang
yang belum menikah or sama duda gak masalah karena ketika mereka menikah tentu
gak Cuma mereka aja yang bahagia, coba hitung, ada anak dan tentu keluarga
mereka yang ikut bahagia. Tapi kalau itu terjadi contoh, janda tadi menikah
sama suami orang, nah, bisa lo bayangin ada berapa orang yang bakal kecewa. Anak
yang mungkin akan pindah status, kalau ternyata ortunya bakal berakhir bercerai
dan anak janda tadi, kalau ternyata bokap tirinya gak sayang. Who knows
meeeennnnnn!!!!! Mending sama gue aja deh”
“berarti kalau sampe terjadi, itu termasuk
cinta buta yang dipaksakan yah…? wah menarik yah, ternyata lo bisa jugak diajak
membahas hal-hal kayak gini… nah terus gimana?”
“yah mendingan gak usah dijalanin, cari aja
yang masih sendiri atau mau menerima dia apa adanya bukan karena ada apa-apanya
dan yang bisa menerima dia apa adanya ini bukan seseorang yang dipanggil papa
atau mama sama orang yang menunggu dirumah”
“wuiiiiiiiiiiiiiiiiiihhhhhh
kereeeeennnnnnnnnn” sumpah gue takjub… ternyata dia kalau diajak ngebahas kayak
ginian lumayan juga, jangan-jangan ini efek karena gue mancingnya lumayan,
soalnya nih anak kalau diajak ngomong hal-hal yang kesini dia pasti bakalan “apaan
sih lo gak jelas” tapi kali ini BOOOOOOOOOOMMMMMMMMMMMMMM….
Sebenarnya percakapan sama dia gak Cuma sampe
disitu, karena pas kita sampe rumah pun kita masih cerita tentang banyak hal,
tentang masa depan dan masih banyak cerita kocak lain, tapi karena gue males
untuk ngebahas semua jadi yang gue publish Cuma sampe permasalahan ini, karena
kan lo tau cerpen yang biasanya gue angkat gak jauh dari percakapan gue tadi.
Pernah ada yang tanya “kok cerita-cerita
yang lo kasih tahu gue semuanya tentang perceraian, cinta beda agama dan
kisah-kisah yang berakhir sedih terus sih?”
“karena gue suka membahas hal itu, itu
adalah hal yang sering terjadi dalam kehidupan kita. Bahkan sekalipun kita
bersatu, one day akan ada saat dimana kita akan menemukan salah satu dari kita
akan pergi lebih dahulu, itu kan termasuk ke tahap patah hati jugak”