Ada masa dimana seseorang
yang begitu berarti dalam hidup kita pergi meninggalkan kita seorang diri. Ada
masa seseorang itu kembali lagi walau seringnya itu terjadi karena ketidak
sengajaan. Entah ia kembali karena di takdirkan untuk kembali. Entah Tuhan yang
membawanya kembali. Atau mungkin karena setengah hatinya masih menyimpan dengan
baik nama kita di dalamnya. Entahlah, tidak ada yang tahu seperti apa cara
kerja alam semesta ini untuk kita.
Cinta kadang menyakitkan
begitupun hidup. Saat kita berada di titik terbawah mereka seolah berkonspirasi
untuk terus membuat kita berkelut dengan masalah. Satu persatu kekuatan kita
dipertanyakan, dimulai dengan kepergian dia yang begitu berarti, disusul dengan
kehilangan separuh jiwa yang lain, lantas masalah yang datang bertubi-tubi
seolah tak ada jeda untuk berhenti.
Kadang, adakalanya kita
bertanya "Hidup mengapa seperti ini?"
Kita coba untuk melempar
masa lalu di belakang, bersama dengan setiap kenangan yang sepenuhnya ingin jauh kita lupakan. Tapi
nyatanya itu tidak semudah kedengarannya. Tak semudah permintaan yang terlontar
"dont leave me". Permintaan yang nyatanya ia abaikan. Dan
sedetik kemudian ia pergi dengan membawa passport di tangan juga satu koper
penuh berisi pakaian. Tidak ada ucapan selamat tinggal. Tidak ada permintaan
maaf. Tidak ada! Semuanya berlalu, bahkan permintaan lain untuk tetap menjalin
hubungan sebagai sahabat sama sekali tidak ia indahkan.
Kita berpikir dialah
satu-satunya orang yang akan mendampingi kita di saat-saat terburuk dalam hidup
setelah perjalanan panjang yang telah kita lalui bersama. Kita berpikir inilah
cinta yang semestinya tanpa prahara. Tapi nyatanya cinta adalah cinta, seperti
kata dia. Dan kita terluka di dalamnya!
Untuk sejenak kita mendapati
diri kita belajar melupakan masa lalu, belajar untuk tidak menyalahkan diri
sendiri atau keputusannya, namun nyatanya kita tahu bahwa "love hurts"
kita tahu bahwa "life it hurts" dan kita terjebak di dalamnya. Kita tidak
bisa menguasai diri. Kita tidak bisa untuk menerima bahwa "Love is
Pain"
"The opposite of love is not hate, but the
differences."
Tidak pernah ada benci di
hati kita untuk ini, sebuah pelajaran yang bersamanya kita petik banyak
pengalaman. Bahwa kehilangan di tengah kehancuran tidak berarti cinta itu ikut
hilang. Kebalikannya rasa itu justru semakin tumbuh dan semakin mendewasakan.
Karena di tengah kita tak ada benci, melainkan perbedaan kita dalam memaknai
apa yang tengah menimpa kita di masa yang lalu, "we suck!" Ya,
itu sepenuhnya benar! Dan untuk itu kita dapat belajar bahwa sepenuhnya tidak
ada cinta yang salah. Maka jangan pernah menyesal atas pertemuan kita di masa
yang lalu. Jangan pernah menyesal atas pertemuan kita kembali, karena percaya
atau tidak Tuhan punya rencana lain untuk kita.
Keputusan dia pergi di saat
terburuk dalam hidup kita memang tidak akan pernah bisa dimaafkan, namun
melupakan semua yang pernah kita lakukan bersama itu juga tidak mudah. Karena
di hati kita masih ada rasa yang bahkan tetap sama.
"i've ruined my life now, twice... over you!
so, what's the end game here?"
Kadang, pertanyaan itu
muncul kembali di dalam setiap memoar masa silam. Kita mempertanyakan akhir
dari sebuah perjalanan yang berhasil kita lalui bersama, perjalanan penuh
pertengkaran, perjalanan yang seringnya tak sejalan, dan perjalanan yang mana
ada senyum serta pertengkaran di dalamnya. Ada saat pertanyaan mudah sekalipun
tak mudah untuk dicerna, tak mudah untuk di mengerti apa sesungguhnya makna
yang tersembunyi disana, sampai akhirnya kita tahu bahwa jawaban yang
sesungguhnya adalah sebuah kejujuran. Kita sadar bahwa kita tidak ingin
kehilangan setiap bagian yang lain, namun ada kalanya kasih sayang itu sulit
untuk di ungkapkan sampai salah satu di antara kita mengambil keputusan dan
satu yang lain menyesali setiap bagian yang terlewatkan.
Jika kita masih di beri
kesempatan, apa yang ingin kita lakukan?
No comments:
Post a Comment