Bu
ErikaBeliau
adalah guru yang telah mencuri perhatian dari awal gue melihatnya ketika kelas
X, walaupun ketika jumpa perdana gue gak lihat wajahnya, namun bahasa tubuhnya
cukup memberi tau kalau beliau itu beda dengan guru-guru lain. Radar gue
mengatakan bahwa beliau akan menjadi guru yang special buat gue, meskipun
yaaaah gue emang gak tau apakah radar itu benar atau gak. Namun, kenyataan yang
bisa didapati sekarang ini adalah, gue masih ingat dengan jelas bagaimana
sikapnya terhadap anak murid dan
bagaimana anak murid terhadap beliau..
Waktu
pertama kali dihadapkan dengan bu Erika, gue gak tau kalau beliaulah guru yang
selama ini gue cari tahu. Jadi waktu beliau mengawas ujian diruangan kelas, gue
bersikap biasa aja. dan yang ada gue kepo kenapa kakak kelas yang biasanya
heboh mendadak kalem pas diawas beliau. Emang sih, tatapan bu Erika itu agak
tajem tapi masa iyak sampe segitunya buat kakak kelas yang biasa contek sana
sini mati kutu dibuatnya.
“kak,
ini guru apa?” tanya gue ke kakak kelas yang duduk disamping gue.
Kakak
kelas yang gue tanya justru menggeleng.
“emang
dia gak ngajar di kelas kakak?”
“enggak”
balasnya
“oh,
namanya siapa? Ngajar kelas apa?” tanya gue lagi masih tetap penasaran.
Kakak
kelas yang tadinya jawab pertanyaan gue sambil melihat lurus kedepan itu
akhirnya menatap gue “enggak tahu, ini aja baru liat”
Tanpa
sadar, ternyata bu Erika yang tengah mengawas di ruangan gue itu senyum-senyum
kearah gue, gue yang melihat kejadian itu sebenenya agak gak suka diliatin tapi
mau gimana lagi, tempat duduk gue dan
meja guru berhadap-hadapan dan sudah pasti bu Erika tau kalau gue lagi
nanya-nanya tentang dia… betapa begonya gue watu kelas X L
Kejadian
itu masih sangat membekas hingga saat ini, senyumnya bu Erika dan tundukan malu
gue seakan membawa kesan tersendiri tentang betapa bodohnya gue juga bagaimana
itu menjadi awal kekaguman gue akan sosok misterius bu Erika.
Setelah
diajar bu Erika, sedikit banyak gue tahu tentang beliau. Beliau pernah bercerita
kalau beliau ini orang minang dan dia juga bercerita tentang keluarganya. Ada
hal yang membedakan bu Erika dengan guru lain, bu Erika ini gak mudah bercerita
dengan kami, biasanya kesempatan bercerita itupun gak terjadi setiap minggu dan
ketika ia bercerita paling hanya sekelibat aja, seperti ketika gue dan lita
menanyakan tentang apakah ia sudah menjadi pegawai negeri sipil atau belum dan
beliau menjawabnya sudah dengan sedikit cerita bahwa beliau bisa saja dengan
mudah menjadi PNS lantaran orangtuanya bekerja sebagai…. *entahlah gue lupa*
tapi beliau memilih untuk menjadi PNS dengan usahanya sendiri.
Bu
Erika juga pernah cerita bagaimana ia memiliki bisnis rumah makan dikampungnya,
polosnya waktu bu Erika mengatakan bahwa beliau memiliki rumah makan dikampung
halamannya lita bilang kayak gini “rumah makan padang yak bu?” sontak bu Erika
kaget dengan pertanyaan aneh lita itu.
“yak
kalau disana kan memang masakan padang semua” jawab bu Erika dengan nada
bicaranya yang khas disusul dengan ketawa lita dan ejekkan gue terhadap lita,
meskipun ketika lita mengatakan hal polos itu pikiran gue dan lita sebenarnya
sama *gubraaaaaaaaaakkkkkkk*
Bu
Erika adalah sosok guru yang sabar, meskipun banyak anak kelas gue yang
meragukan itu. Karena bagaimanapun, ada banyak anak yang gak terlalu suka cara
mengajar bu Erika yang cepat, kata sebagian anak bu Erika hanya mengajar untuk
dirinya sendiri bukan untuk kita. Itu sebab, beberapa kali terjadi selisih
faham antara bu Erika dengan anak laki-laki kelas gue, awalnya gue gak tahu
kalau ternyata ada anak di kelas gue yang bersitegang sama bu Erika di jam
pelajaran, entah apa yang gue lakuin waktu itu sampe gak tahu kalau salah
seorang teman gue sempat adu mulut sama bu Erika, yang jelas bu Erika gak
pernah menampakkan kekesalannya didepan kelas. Beliau tetap bersikap
professional. Itu yang harusnya kita lihat dari seorang guru, kesabarannya.
Ada
beberapa moment yang menonjolkan ketidak sukaan anak-anak terhadapnya, yang
paling gue inget itu febri. Waktu itu febri keluar ketika pelajaran pak harry
karena diajak pak leo untuk pergi ketempat PKL salah satu murid dan ia kembali
ketika jam pelajaran bu Erika, febri memang agak gak jelas orangnya. Ketika
febri masuk, ia mengucapkan salam dengan suara yang hampir tak terdengar dan langsung
saja duduk ke tempat duduknya tanpa bersalaman terlebih dahulu kepada bu Erika
yang tengah duduk, wajar kalo bu Erika nanya abis darimana febri namun jawaban
yang didapat bu Erika ternyata cukup mengagetkan karena febri menjawab
pertanyaan bu Erika dengan nada kesal. Sontak bu Erika terpancing, jujur, gue
aja kesal sama jawaban febri apalagi bu Erika sebagai guru yang jelas lebih tua
dari si febri.
Ada
yang gak disadari kebanyakan anak kelas gue, bahwa bu Erika itu adalah guru
yang sangat memperhatikan kita dari segi pendidikan, bu Erika adalah guru yang
gak pernah bosan memperingati anak laki-laki kelasan gue untuk belajar,
setidaknya menulis pelajaran yang diberikannya. Memang sulit untuk mengingatkan
anak laki-laki kelas gue, namun bu Erika gak pernah berhenti mengatakan itu.
Ada kata-kata yang masih gue inget dari bu Erika ketika ada beberapa teman
sekelas gue minta remedial “nilai kalian menunjukkan sikap kalian terhadap
pelajaran yang kalian terima, kalau kalian memerhatikan kalian gak akan remedial”
gue terharu sama ucapan ini.
Gue
masih ingat waktu bu Erika nanya buku raditya dika yang gue baca, beliau bilang
kalau di rumah, anaknya juga punya buku itu. Yaampun, gue masih inget sama kejadian
yang ini, waktu itu kelas gak seperti biasanya karena anak-anak sudah ada yang
berangkat PKL. Emang sih gue gak pernah ngobrol secara langsung sama beliau
kayak lita, itu karena gue mengharagai bu Erika dan gue gak mau menunjukkannya
seperti gue mengagumi guru SMP gue dulu. tapi kesan-kesan selama diajari bu
Erika benar-benar meninggalkan segala kenangan tersendiri. gue pernah bilang
sama anissa kalau bu Erika itu mirip sama Najwa Shihab. Mata bu Erika,
wajahnya, menurut gue sih emang mirip. Coba deh tanya anissa, pasti dia
sependapat sama gue.
Oiya,
pernah suatu ketika bu Erika itu gak masuk kelas lantaran orangtuanya
meninggal. Kami bersikap biasa aja waktu itu, bahkan bisa dikatakan ada
beberapa anak yang terlihat nyaman dengan suasana kelas yang tanpa guru
tersebut dan gue juga termasuk sepertinya hehehe.
Entah
berapa pekan bu Erika gak masuk kelas, hingga akhirnya beliau kembali mengajar.
Waktu bu Erika mengajar seorang teman mengatakan rasa turut berdukanya kepada
bu Erika yang disusul ucapan berduka beberapa teman lain, tanpa di sangka saat
itu bu Erika menangis. Itu adalah kali pertama gue melihat bu Erika yang selalu
tampil sebagai guru yang tegar menangis, disitu ia menunjukkan bahwa iapun sama
seperti kami.
Beliau
menangis menceritakan orangtuanya yang telah berpulang, tentang kesedihannya,
juga bagaimana orangtua bu Erika telah mendidiknya. Di tangisnya itu, beliau
menasehati kami agar bersikap baik terhadap orangtua dan berpesan agar kami
selalu menyayangi orangtua kami dengan tidak mengecewakannya. Itulah hal yang
selalu gue ingat dari sosok bu Erika. Bu Erika yang baik, bu Erika yang selalu
dianggap jutek oleh anak muridnya, bu Erika yang selalu membuat kami bingung
dengan pelajaran kimia, bu Erika yang jarang bicara kepada anak murid dan bu
Erika yang selalu masuk kelas tepat waktu hehehe..
Dengan
tulisan ini, gue harap gue gak akan lupa dengan sosok guru yang satu ini.
Semoga segala kenangan yang pernah terukir akan selalu menjadi pengingat ketika
suatu saat nanti waktu mempertemukan gue kembali dengan guru kimia yang satu
ini, entah ketika gue lagi kondangan, lagi ngantri tiket, atau pas lagi makan
di rumah makan padang hehehehe.
Selama
masih ada kenangan, disitulah ada kisah yang menarik untuk diceritakan…
Dan
untuk bu Erika, gue selalu berharap suatu hari nanti, gue beneran bisa ketemu
lagi sama beliau dan gue juga mau bilang kalau dulu gue itu kagum banget sama
beliau. Meskipun gue gak kayak lita atau nia yang bisa ngobrol bareng sama bu
Erika. Gue Cuma bisa kagum sama bu Erika dari jauh, maluuuuuuuuuuuuuuuuuu tau,
yang gue idolain guru kimia, sementara gue dipelajaran kimia aja bego banget L
No comments:
Post a Comment