Sunday, August 25, 2019

Baru Baca Novel Ayat Ayat Cinta di Tahun 2019, Parah!


Sekitar pukul 12.25 malam tanggal 24 agustus saat gue menyelesaikan membaca novel (Malu nyebutnya) Ayat-ayat Cinta. What? Ayat-ayat Cinta? Lo baru baca novelnya nani? Setelah novelnya di filmkan dan sering di puter di TV Nasional di hari-hari tertentu? Seriusan? Ah, iya ini memang seriusan. Gue baru baca dan baru 2 hari yang lalu gue selesaikan. Maka dari itu izinkanlah gue mengklarifikasinya terlebih dahulu. Novel ini memang sudah terbit dari tahun 2004 (tepat pada saat gue masih kelas 2 SD), sudah di filmkan dan cukup mendulang sukses, tapi selama itu pula gue belum pernah nonton filmnya, nggak tahu siapa pemainnya, nggak tahu siapa penulisnya, bahkan gue sempet menduga kalau pemeran utamanya Laudya Chintya Bella dan Ustadzah Oki, padahal?? Ya lo bisa jawab sendiri. Ini karena saking nggak tahunya gue dan saking nggak pedulinya, didukung dengan gue yang nggak pernah nyimak ketika sekilas demi sekilas lihat tuh film di TV ketika ditayangin. Jadilah baru beberapa hari terakhir ini gue terhipnotis oleh sebuah novel yang sudah terhitung bulanan bertengger di lemari buku, berada di baris terdepan daftar novel paling lama masuk lemari tapi tak tersentuh. Novel yang pada akhirnya gue baca setelah menghatamkan sebuah buku yang cukup mengoyak hati. Setelah selesai baca buku sebelumnya gue pun mau lanjut baca buku lain. Pilih-pilih beberapa buku. Setelahnya, gue pun memilih buku yang gue dapet tanpa mengeluarkan duit, alias di kasih. Setelah beberapa hari menenggelamkan diri gue pun menyelesaikannya dengan suka cita + kesedihan. Kesedihan karena gue udah selesain baca novel itu meski setengah hati lagi nggak rela dengan kenyataan itu. Ah, indahnya saat hanyut dalam sebuah ceritašŸ˜Š

Oke, gue nggak akan membuat review seperti anak sastra yang bahasanya super berat, gue nggak akan menuliskannya dengan kata-kata super sulit dicerna seperti review master-master yang entah dari mana bisa dapet kata-kata seindah itu waktu mereview novel Pulang dari Leila Chudori, nggak akan menggunakan kata-kata "mesra" yang sering dipake anak politik, atau bahasa super membingungkan seperti temen gue yang anak filsafat. Karena, bagaimana mungkin gue bisa seperti mereka di saat gue aja sering menunjukkan ke bodohan saat presentasi di depan dosen yang ilmunya segudang. Bagaimana mungkin gue bisa merangkai kata-kata indah disaat gue sendiri (seringkali) nggak bisa masuk dalam cerita. Bagaimana? Diluar itu anak broadcasting itu nggak harus puitis kan? Jadi, yaudah.

Jujur, ini adalah Novel yang buat hati gerimis (nyontek kata-kata dari novel), berkali-kali mata gue sampe bekaca-kaca dengan deskripsi sang penulis. Berkali-kali juga gue bisa tersenyum geli. Dan romantismenya juga cukup menarik meski gue nggak mengerti makna romantisme itu seperti apa *maklum masih polos*. Diluar itu gambarannya juga menarik, pendeskripsiannya bener-bener bisa buat gue ngebayangin susasana saat Fahri ada di dalam penjara bawah tanah, bisa buat gue ngebayangin cuaca panas sampe ke ubun-ubun (meski gue baca dikamar dalam keadaan baling-baling helikopter yang berputar-putar) dan bagaimana uletnya Fahri dalam menuntut ilmu buat gue sampe berpikir, gue kepingin kayak Fahri. Kepingin. Itu mungkin dari segi penokohan, gue suka sama penokahan mereka.

Gue suka sosok Maria, gue juga suka saat penulis mendeskripsikan Maria di Bab pertama, meski nggak begitu mengupas tapi tergambar jelas sosok Maria disitu. Lantas bagaimana penulis mendeskripsikan sosok Fahri yang menurut gue terlalu sempurna. Entah apa yang dipikir penulis tentang sosok Fahri, apakah laki-laki harus sesempurna itu? Apakah dalam kehidupan nyata memang ada orang seperti Fahri? Apakah penulis mau menunjukkan betapa sempurnanya Fahri hingga mampu menarik hati orang-orang hingga jatuh hati dengan kelembutan hati dan kekuatan imannya? Apakah... Apakah... Apakah... Apakah iman itu? Apakah cinta itu? Apakah keduanya bisa digabungkan? Apakah.... Ah, gue bingung.

Novel ini beneran mengalir saat gue membacanya dari Bab pertama hingga Bab dimana Fahri akan menikah dengan Aisha. Karena disitu gue merasa bahwa ini bener-bener menarik, di tambah banyak banget ilmu yang gue dapet dari situ. Tapi pas di beberapa Bab yang hanya berisi Fahri dan Aisha after marriage, gue langsung yang.... Apaan sih maksudnya disini????????? Iya sih yang menjadi tokoh sentralnya adalah Fahri, tapi ketika nggak ada selingan ke hal-hal lain yang ada tuh malah bosen gitu. Di luar itu di bab-bab pernikahan Fahri sama Aisha tuh banyak banget hal-hal yang too good to be true, ngerasa nggak sih? Di bab-bab itu gue benar-benar merasa kehilangan feel gitu. Gue baru mulai tenggelam lagi di Bab penangkapan, nah dari Bab situ sampe nih novel selesai gue bener-bener suka, meski jalan ceritanya udah bener-bener bisa ke baca bakal kemana. Mungkin kalau gue jadi penulisnya gue bakal menciptakan situasi dimana Fahri akhirnya kalah dalam persidangan dan mengajukan banding untuk menunggu proses kelahiran Noura, terus gue bakal buat Maria tetap hidup sehingga membuat dia dan Aisha setia menunggu Fahri yang berada di penjara untuk memperjuangkan kebenaran serta kesabarannya, seenggaknya itu yang bakal gue lakukan jika memang gue mau memberi pemahaman gamblang tentang poligami. Karena sebenernya konfliknya itu justru buat gue, hah begini doang? Apa?!! Noura mengaku kesalahannya di ending? Huh, orang yang membacking Noura adalah adik ibu kandungnya? Ah nggak asik, gue justru berspekulasi bahwa ada yang membacking badhur sehingga Noura serta keluarga barunya mendapat tekanan dari backing badhur yang tidak lain adalah mafia prostitusi. Tapi dengan fakta bahwa yang menghamili ternyata badhur justru buat gue, helehhhhhhh. Seakan-akan novel yang indah di awal ini buat gue kecewa dengan adegan di Bab putusan itu, Bab yang terkesan dipaksakan bahwa Fahri harus menang. Bahwa mukjizat itu ada di detik-detik terakhir. Bahwa tokoh utama nggak akan kalah. Ah, klasik. Klasik banget kan?

Tapi, gue tetep suka sama novel ini. Karena Novel ini penuh dengan pelajaran yang sangat berharga. Banyak hal baik yang wajib banget di contoh dari tiap-tiap tokohnya. Diluar itu kutipan-kutipan penulis tentang hadis-hadis yang bisa buat lo ber "ooohhh" dan ini juga novel yang penting banget di baca buat lo yang ngakunya pingin taaruf, lo bakal tahu taaruf tuh bijimane... Perlakuan terhadap non muslim bagaimana, dan... Banyak.

Itu aja sih. Menurut gue novel kayak gini tuh emang beneran bagus bangettttttt, bener kalau ada yang bilang penyejuk hati šŸ˜‹

Oke, itu tadi pandangan gue.

Sekarang mau baca novel apa lagi ya gue???

Tuesday, August 13, 2019

Belanja Novel (lagi) di Gramedia Big Sale!

Karena dari pagi hanya mandangin SIA untuk coba otak-atik KRS yang justru berakhir hanya bikin kepala sakit, mending gue lari sejenak dari hingar-bingar itu dan nulis nggak jelas disini...

*Tarik nafas*

Dan....

Hallo Leute, Hapa kabar????????????? *Pasang muka super sumeringah* baik kan? Baik lah yah wkwkwk. Ah gramedia big sale dateng lagi!!! Ah... Kenapa nggak di bulan lain aja, at least setelah mama gue lupa bahwa gue habis menghabiskan uangnya untuk hal yang bener-bener absurd, setelah nggak ada undangan-undangan nikahan, nggak ada bayaran, nggak ada cerita beli buku secara dadakan. Ah, kenapahhhhhhhhhhhh? Kenapa Tuhan????? Kenapahhhhhhhhhhhh?

Dan entah kenapa mendengar kata BIG SALE + BUKU gue udah langsung lumer. Itu kelemahan gue. Itu hal yang susah untuk di halau.. sangat... sangat susah. Gue bahkan sampe nggak bisa maafin diri gue waktu gue nggak dateng ke BBW. Dan sekarang,..... ini apa lagi????? Big Sale??? Ah, lokasinya juga nggak jauh dari rumah. Tapi..., Tapi beberapa waktu lalu gue udah beli buku dengan harga cukup *tarik nafas* bisa buat mama gue mencak-mencak, belum lagi George Orwell yang belum gue selesaikan, terus buku-buku lain yang gue beli tanpa sadar waktu ngenterin Bagas ke Blok M untuk cari bahan skripsi, belum lagi buku yang gue beli sebelumnya dan sebelumnya lagi, buku-buku yang belum gue baca sama sekali. Buku-buku yang kalau di hitung-hitung sudah lebih kurang ada selusin yang sudah gue beli di 2019 ini, buku yang entah gue beli secara sadar atau enggak sadar. *Nggak sadar deh kayaknya* dan sekarang???? Ini godaan apa lagi????????

And then, I realise that I buy more books than I can read!!!!!!!!!!!!

Astagaaaaaa, novel-novel gue udah mendekati angka 70 dan itu belom termasuk buku motivasi, buku agama, buku umum. Apalagi ya? Kalau mama gue tahu gue beli buku lagi setelah paket yang datang kemarin, bisa di masukin ke dalem lemari bareng tuh buku + disampulšŸ˜£ untung kalau cuma dimasukin ke dalem lemari, lha kalau gue di pecat sebagai anak pagimaneeeeeee?

Tapi untuk Big Sale jujur gue nggak bisa lari, harganya murah, dan yang terpenting lokasinya nggak jauh dari rumah gue... Acaranya juga setahun sekali. Terlepas itu memang buku-buku terbitan beberapa tahun lalu. Bodo amatlah!!!!!! Yang gue baca kan isinya bukan tahunnya!

Akutu nggak kuat kalau udah liat beginian.

Gue dateng juga pada akhirnya! Dengan sebuah alasan pergi untuk bayar kuliah ke Bank, padahal eh padahal gue juga kesini di temenin si Iyam, temen sejak SD sampe segini gede. Dengannya belanja buku ini kayak muterin pasar tanah abang, aliasssssss riweuhhhhhhhhh! Gue udah lari sana - lari sini, samber sana - samber sini, lompat atas - lompat bawah buat isi keranjang sama novel-novel super wah yang kalau beli di Gramedia gak mungkin bisa sangat muraaaaaahhhhhh eh dia baru masukin 1 buku doang ke keranjang, astagaaaahhhhh.

"Gue bingung mau beli buku apa, semuanya novel dan temanya menye-menye gini" gitu Katanya setelah gue nanya kenapa dia nggak pilih-pilih buku.

Gue rekomendasiin dia salah satu Novel nya mbak Elif Shafak tapi katanya kata-katanya terlalu apa gitu, terus latar waktunya juga kelamaan, Huh? Dan dia balikin lagi tuh buku ke tumpukannya. Lama berselang kaki gue udah jerit-jerit dan kepingin lari dari tempatnya tapi si Iyam masih belum dapet buku yang dia mau sementara gue udah pingin tidur diatas buku saking capeknya, dan....

"Yam, bagus nih Selasa Bersama Morrie karya Mitch Albom" kata gue semangat banget waktu dia narik salah satu Novel karya Mitch Albom dari tumpukkan buku lain. Tapi lagi-lagi setelah baca sinopsis nya dia balikin lagi ke tumpukkan.

"Ah, ceritanya tentang dosen"

What? Itu buku bagus lho! Nggak hanya bercerita hubungan antara dosen dan mahasiswa yang kembali terjalin setelah belasan tahun lamanya tak berkabar, novel itu juga menggali makna-makna kehidupan. Tapi gue cuma ngomong itu di dalem hati wkwkwk.

Oke, intinya belanja sama iyam itu harus, kudu, musti, punya tenaga ekstraaaaaaaa... Karena nih anak hobi muterin tuh tempat meski udah hampir 80x di puterin sama dia sebelumnya. Parah kan? Lo tahu? Gue sampe sana itu jam 1 Siang dan gue baru selesai jam.... Ehem (ceritanya berdeham) JAM 5. Maygattttttttttttt, kaki gue udah nggak hanya jerit-jerit tapi juga teriak histeriiiiisssssssssssssssss. Udahnya lama di tambah kebingungan mau beli apa, ampunnnnnnn!

Iyam itu memang (sepertinya) nggak terlalu suka Novel jadilah ia setengah mati kebingungan mau beli apa, sementara di big sale itu kebanyakan yang di OBRAL adalah novel-novel dan dari apa yang gue temui adalah Novel Terjemahan. Jadilah, begitu! Sementara gue? Wessssshhhh, novel addict banget jadilah pas lihat itu tempat penuh novel Mata gue itu langsung IJOOOOOOOOOOOOO!! itulah kenapa pas baru dateng gue udah kayak monyet-monyetan karet yang lompat sana lompat sini... Gilaaaaaaaaakkkkkkk, dia kan yang nulis ini, dia kan yang nulis ini, omaygattttttttttttttttttttttt beberapa waktu lalu gue beli di Gramedia harganya segini lho, sekarang cuma segini? Dan gue pun menari-nari ditumpukkan buku kayak Upin dan Ipin yang menari-nari diantara ayam gorengšŸ¤£

Tapi, gue memang sudah mulai membatasi diri atau (sepertinya) sudah mulai kehilangan gairah sama novel-novel romansa, jadilah gue kemarin cari yang temanya itu lebih ke apa ya? Gue nggak terlalu tahu genre nya sih, tapi memang bukan romance, ada sih romance nya tapi hanya sebatas penambah cerita... Bentar-bentar, kok gue tau-tauan sih? Kan belom gue bacaaaa! Oke-oke. Intinya, ini sedikit banyak bedalah, kayaknya sih *masih nggak yakin*

Lihat apa yang gue dapet....


Wow, gue dapet novel Neal Shusterman lho. Sebenernya untuk dapet novel Shusterman ini agak lucu. Jadi, kemarin tuh gue udah mulai Capek dan pegel, iyam entah kemana perginya dan gue pun melipir sendirian ke pinggir waktu nggak sengaja gue lihat nih novel, seketika gue kegirangan. Omaygattttttttttttttttttttttt!!!!!!!! Nah pas nemu yang Unwholly juga sebenernya nggak sengaja lagi lho, jadi waktu iyam lihat plastic buku yang Unwind berantakan dia spontan nukar sama yang plastiknya rapih pas nemuin ditumpukkan lain (fyi : iyam ini orangnya super rapi, terorganisir, perfectionist, dan pokoknya gitu. Kalau gue dapet buku nggak berplastik dan langsung masuk-masukin aja ke keranjang pas dia nemu buku yang sama dan masih berplastik rapi dia langsung buru-buru tuker meski itu buku gue wkwk) gue yang liat iyam ganti buku gue cuek aja dan malah bantuin dia pilih plastik yang lebih rapi. Lama setelah kejadian itu, pas gue lagi rapihin bukunya, waktu iyam masih (tetep) kebingungan cari buku tiba-tiba gue sadar kalau ternyata iyam salah ambil buku.... gue pun panikkkkkkkkkk..... Lho kok Unwholly, kan yang gue ambil unwind? dan setelahnya gue sadar kalau Unwholly adalah kelanjutan dari Unwind dan si Iyam salah ngambil lantaran cover nya serupaaaaaaaaaa. Setelahnya gue pun buru-buru cari unwind di tempat si Iyam tuker tuh buku. Ah, masih adaaaaaaaaaaaa. Jadilah gue punya dua-duanya, yeaaaaaayyyyyyyyy!!!!!!



2 buku di atas adalah Novel yang gue beli karena judulnya dan tentu sinopsisnya, yang gambar pertama The Little Paris Bookshop jelas gue beli karena 1 kata yang menarik, apalagi kalau bukan Bookshop di tambah dengan Paris disitu... Ya ampunnnnnnn, ini pasti keren, gitu pikir gue. Setelahnya, lempar ke keranjang... Begitupun yang selanjutnya, People of The Book, gue beli karena ada kata "book" disitu dan setelah baca sinopsisnya gue juga merasa bahwa ini buku pasti keren dan... Lempar ke keranjang!!

Sebenernya masih ada lagi, tapi itu ajalah yang gue lampirin, soalnya kalau di fotoin semua nanti malah penuh gambaršŸ¤£ intinya di big sale kali ini gue udah belajar untuk cari novel yang nggak melalu romance, meskipun dari sinopsis nya tetap ada kisah percintaannya tapi nggak kayak novel menye-menye lainnya yang buat gue tertarik pas baca sinopsis awalnya tapi udah bisa nebak ceritanya bakal kayak gimana pas tertulis, misal gini "A adalah seorang wanita cerdas yang bla bla bla bla, sampai ketika ia bertemu pria tampan yang ternyata berasal dari masa lalu yang tak bisa di lupakannya" seketika gue langsung, Deuhhhhhhhhhhhhhhhhhbh!!!!!!


Oiya, ada cerita lucu juga di balik itu semuaaaaaa, menurut gue sih ini lucu. Jadi waktu gue lagi rapihin bukunya tiba-tiba ada satu buku yang bandrolnya ada 2, yang di bandrol belakang harganya sekian yang di depan sekian (padahal bukunya sama) akhirnya gue ambil dari tumpukkan lain dan cek bandrolnya ternyata beda lagi harganya, yaudah gue tanya mas-mas nya dong.

Gue : mas, ini harga benarnya berapa deh? Kok dalam dua buku ada 2 bandrol dengan keterangan judul sama tapi harganya beda.

Setelah lihat 2 buku yang gue tunjukin dia pergi ke kasir untuk cek harganya.

Si Mas-mas : Yang benar yang belakang mbak. Bukunya tebal banget, saya baca 2 minggu ini. Katanya sambil ketawa.

Gue : Oh, tapi bukunya bagus lho ini..

Si Mas-mas : Iya mbak ini bukunya bagus.

Gue : Masnya udah baca? (Gue nanya dengan suara yang kedengeran banget nggak percayanya wkwkwk)

Dia : Belom (Katanya sambil nyengar-nyengir)

Gue : lha, masnya kata siapa ini bagus?

Dia : kata mbak nya tadi ngomong. Gue ketawa terpaksa terus ngeloyor gitu aja ke si Iyam, nggak jelas tuh mas-mas...

Diluar itu gue juga ada cerita lucu gimana si Iyam gue paksa beli buku motivasi yang bener-bener bagus bangettttttt, buku yang dulu pernah gue baca bertahun-tahun lalu.

"Lo harus beli. Ini bukunya bagus banget, lo nggak akan nyesel, ini adalah buku motivasi yang nggak ngambil banyak waktu lo, sumpah ini bagus bangettttttt...." Waktu gue lagi ngomong gitu, di sekeliling gue dan iyam ada beberapa orang lagi pilih-pilih juga dan sontak ngelirik. Habis gimana dong? Kalau nggak gitu iyam enggak beli dan dia masih kebingungan buat beli buku apa.... Astagaaaaaa yam.....

Gimana? Mau beli buku nggak disana? Acaranya sampe tanggal 31 Augustus lho, kalau butuh temen bisa ajak iyam tuh... Gue yakin hari lo bakal mengesankan, 4 jam broooooooo muter-muter, astagfirulllah....

Thursday, August 8, 2019

Sebuah Status Yang Memporak Porandakan Hati.

Photo by Bekka Mongeau from Pexels
Lihat status-status di wa itu udah jadi hal biasa, di Instagram, Facebook bahkan itu udah jadi makanan sehari-hari buat gue (menikmati status/story orang) dan bisa jadi para pelakunya sendiri menganggap itu menjadi hal paling penting dalam hidup, entahlah.

Banyak banget yang bisa dilihat dari status-status itu misal moment pernikahan, pertuanangan, kelulusan, keluhan, pamer foto pacar baru, buat status belum bisa move on dan lain sebagai nya yang kalau gue sebutkan satu-satu bisa menghadirkan emosi yang sudah terpendam cukup lama. Sesuatu yang sebenernya buat gue kepingin lari dari hingar bingar sosial media, tapi apa daya gue butuh juga untuk bisa stay in touch sama keluarga dan teman-teman, jadi, yeah gue masih disini.

Dalam hal ini, gue katakan bahwa gue memang telah berhasil di porak porandakan oleh status seseorang di WhatsApp. Bukan.... Ini bukan tentang pernikahan. Karena gue bukan macem orang yang merasa begitu tertindas dengan status-status temen gue yang nikah duluan karena gue percaya satu hal, bahwa everyone is getting married!!! Dan...... Yaudah.

Tapi kali ini, status itu buat gue langsung menciut, iri, rendah, nggak berguna, bodoh, dan yeah gue murung. Apa sih nani? Kenapaaaaaa? Salah seorang temen dapet beasiswa untuk lanjut S2, dan itu buat gue.... Iri beratttttttttt. Sampe gue nulis ini gue masih belom bisa beranjak dari hal itu, setelahnya sudah bisa di tebak guepun berselancar di Google untuk cari tahu banyak hal, tentang beasiswa, tentang jalur belakang, tentang kemampuan gue, tentang negara impian gue, tentang apa yang harus gue lakukan dengan kemampuan otak gue yang nggak seberapa ini, Dan akhirnya gue cuma bisa.... Murung lagi. Karena setelahnya gue sadar bahwa gue nggak punya apapun untuk di tawarkan, nggak punya kemampuan apapun, dan gue merasa lemahšŸ˜©

Ini adalah status kedua yang buat gue melow berat, porak poranda, dan kacauuu, setelah sebelumnya gue lihat status seorang temen di sekolah dulu yang sekarang sudah bekerja di sebuah maskapai penerbangan luar. Dia meraih impiannya. Sementara gue? Gue masih jadi gue yang seperti ini, sementara kalau di hitung ke belakang gue sudah lulus sekolah hampir 5 tahun lalu dan berharap 10 tahun setelah lulus dari SMK gue bisa menjadi orang yang benar-benar berbeda, lebih berani, bisa meraih mimpi-mimpi yang dulu gue tuliskan di selembar kertas waktu gue masih kelas X. Lulus Kuliah tepat waktu. Lanjut S2 di luar. Beli barang-barang idaman. Tinggal di tempat yang gue idam-idamkan. Punya pekerjaan impian. Tapi sekarang? Lulus Kuliah aja belom, gue pengangguran, dan bahkan gue juga mempertanyakan tentang apa yang udah gue pelajari selama ini, apakah ini sudah sesuai? Apakah ini bener-bener yang gue inginkan? Apakah? Apakah? Apakah? Dan setelahnya, gue kepingin lebihhhhhhhhhh.... Gue kepingin lebihhhhhhhhhhhhhh. Gue kepingin lebihhhhhhhhhhhhhh.

Sebenernya status-status kayak gitu justru me motivasi gue untuk melakukan lebih dan lebih, dan sejujurnya gue justru beterima kasih karena gue diingatkan kembali dengan mimpi-mimpi yang indah itu. Tapi porak poranda hati ini bener-bener buat gue kepingin nangis seharian, buat gue cuma kepingin ngurung diri di kamar dan mandangin kertas mimpi gue.

Dan gue bertanya? Kapan giliran gue??????????? Kapan mereka bisa lihat senyum mengembang gue dalam sebuah postingan tentang keberhasilan gue meraih mimpi ituuuuuuuuuuuuu.

Bagaimana dengan 2020? Ah, setidaknya gue percaya tahun itu gue lulus kuliah dan..... 2020!

Thursday, August 1, 2019

Ulala Semester 6 Rampung Sudahhhhhh... (28/100)

Hallo leute!!! Hapa kabar??????? Argggggggghhhhhhhhhhhhh, Halimah dateng lagiiii, gimana-gimana mau denger cerita gue selama semester 6 ini nggak? Seru lho, yang kemarin-kemarin tuh kalah sama pengalaman di semester ini, luar biasaaaaaaaaaaaaaaaaaa pokoknya, kalau ini nggak bisa buat lo geleng-geleng seenggaknya lo bakal teriak-teriak kesal karena kegoblokan gue.

Sebenernya gue buat perubahan baru lho, lo sadar nggak? Gini...gini.... Biasanya gue itu akan membahas semester yang gue ambil di awal perkuliahan kan? Nah kalau sekarang kebalikannya, gue membahasnya di belakang. Setidaknya setalah jungkir balik dengan tugas, kesel-keselan di tugas kelompok, pusing tujuh keliling karena tugas yang arusnya deras banget kayak aliran pintu air katulampa pas musim hujan berhasil gue lalui, gue pun akan berbagi pengalaman di belakangnya, diluar itu karena semester 6 ini sudah berakhir di Sabtu kemarin setelah UAS penutup yang gue lakukan di jam 14.30 dengan mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif , mata kuliah yang sepenuhnya…. Nggak gue pahami selama 1 semester ini, entah karena gue terlalu banyak main atau memang gue selalu main-main tiap kali belajar nih matkul.

Oiya sedikit cerita tentang kejadian lucu di sabtu siang kemarin, jadi kan dosen kuali ini ngasih kita tugas untuk ngerjain makalah + analisis kan? Nah kebetulan nih, gue belum ngerjain yang tugas analisis jadilah gue, Stef + Putra janji ketemu di perpus. Nah, kebetulan pas banget gue dateng ada orang yang baru dateng juga dan mengambil duduk tepat di depan kita bertiga, gue yang nggak tahu itu siapa cuek dong, cuma beberapa kali gue perhatiin dia ngelirik pas gue ngelepmpar omongan ke Stef or Putra tentang analisis yang gue buat, terus pandangannya menilai gitu, dan mungkin kupingnya juga dengerin dengan penuh perhatian kali ya...... Selama di perpus selama lebih kurang 1 jam 30 menit itu gue udah ngomong apa aja, tentang tugas, tentang dosen, tentang apa aja deh sambil ngerjain tuh tugas.... Sampe pas akhir-akhir karena waktu udah mulai mepet gue bilang ke Stefany "udahlah Stef asal-asalan aja, toh ini cuma buat bla bla bla bla" setelah itu kita selesai. Stefany rapihin barang-barangnya yang buanyak, si Putra udah jalan duluan buat menghindar dari pandangan orang di depan kita, terus nggak lama Putra ngeliat ke gue dan nunjuk-nunjuk orang itu sambil bilang "ITU PAK *sebut nama dosen*... ITU DOSEN...." seketika gue inget-inget omongan gue???????????? APAKAH TADI GUE NGOMONGIN DOSEN DENGAN KEJAM??????????????????? Apakah gue?????? Apakah gueeeeeeeeeeeeee? Ah, kenapa nggak kasih tahu dari awal sihhhhhhhhh???? *Panikkkkkkkkkk* *kepingin lompat dari lantai 12, kalau ada*

Yah, sebenernya itu cuma satu dari kebodohan gue yang kehitung.... Bahkan dulu pernah gue balas forum dengan "saya setuju dengan pernyataan *Sebut Nama*" dan kejadian itu nggak terjadi sekali dua kali, lo tahu apa yang terjadi???????????????? Setelah kelas berakhir gue baru tahu kalau dia itu ternyata DOSEN YANG NGAJAR GUEEEEEEEEEEEE *turun tangga sambil ngesot* Jadi selama 1 semester itu gue sama sekali nggak tahu nama tuh dosen dan nggak mau capek-capek lihat di forum mana balesan dosen mana balesan mahasiswa :P dan parahnya gue simpan nama tuh dosen di handphone gue dengan nama ==>>> DOSEN KETIGA ASISTENSI<<<==, parah kan gue??????????

Okay, itu tadi hanya sekilas intermezo, mari kita kembali ke semester 6......

Kalau boleh jujur semester 6 ini dimulai dengan drama demam berdarah yang menyerang gue tepat 1 minggu setelah semester ini berjalan, demam berdarah yang membuat gue terkapar selama lebih kurang 1 minggu dan hal ini cukup membuat pengalaman ini menjadi pembeda dari semester-semester yang lalu. Awal demam berdarah ini harusnya sudah menjadi penanda bahwa semester ini bakal berjalan sangat berat, kenapa? Karena setelah drama itu berlalu, hampir setiap minggu gue selalu mengalami sakit kepala selepas kelas pertama yang di mulai jam 09.30-12.00, seriusan…. Awalnya gue berpikir ini cuma masuk angin biasa karena mungkin gue nggak sempet sarapan tiap kali mau berangkat kuliah, temen gue bahkan sempet bilang, “DBD lo belum sembuh banget kali” tapi ini sakit kepala terus-terusan berlanjut bahkan menjadi satu kecendrungan yang melelahkan buat gue karena setalah gue telisik lebih jauh hal ini terus beralangsung dan terjadi setelah kelas pertama berakhir hingga satu hari full dikampus gue akan sakit kepala, seriusan!!!! Mau paginya gue sarapan atau enggak, sakit kepala pasti mendera…. Dan ini berimbas ke mata kuliah-mata kuliah selanjutnya.

Berbicara masalah mata kuliah, semester 6 ini gue mengambil 6 mata kuliah yang seharusnya bisa membawa angin segar buat gue karena nggak ada yang berhubungan dengan praktek-praktekan kayak semester-semester yang lalu, lo tahu gue ambil mata kuliah apa aja???????
  1. Metode Penelitan Kuantitatif 09.30 – 11.59
  2. Metode penelitan Kualitatif 14.30 – 16.59
  3. Kuliah Peduli Negeri 17.00 – 19.29

Yang di atas itu adalah mata kuliah yang gue hadapi setiap sabtu, yeah dari komposisinya aja ini sudah cukup buat gue mau muntah…. Dan mungkin ini alasannya kenapa gue bisa pusing hampir setiap hari sabtu karena mata kuliah pertama gue ini adalah Kuanti yang mana dosennya bener-bener, gimana ya???? Bisa buat lo dag-dig-dug karena nih dosen yang super nggak bisa di tebak… sekarang lo bayangin, ada saatnya dimana ketika lo telat 5 menit nih dosen udah nggak mau ngabsen, tapi di saat yang lain lo telat sampe 30 menit sekalipun dia masih mau untuk ngabsen…. Itu sih nggak seberapa karena gue termasuk orang yang yah berusaha berada di kelas sebelum nih dosen dateng… Oke jangan berpikir yang enggak-enggak dulu sebelum gue menjelaskan lebih lanjut… sebenernya alasan gue dateng lebih awal daripada nih dosen bukan karena gue mahasiswa super rajin, bukan!!!!! Tapi, karena di pertemuan pertama gue telat hampir 45 menit di matkul ini *pantesssssssssssssssss* kesan yang kurang baik kan? Nah, makanya sejak itu gue selalu berusaha untuk nggak telat, ya meskipun sekali-sekali suka khilaf sih wkwkwkwk.

Dosen di matkul ini sebenernya bisa buat jantung lo lompat-lompat genit lho, kenapa? Karena moodnya tadi, kalua moodnya lagi baik dia hanya akan menjelaskan apa yang menjadi materi hari itu, penuh dengan guyonan, sindiran, pengetahuan, hal-hal yang gue nggak tahu jadi tahu, tapi kalau moodnya lagi jelek, jangan harap lo bisa nafas, ngedip aja lo takut-takut, seriusan!!!! Apalagi kalau lo presentasi, berdoalah sebelum pergi kuliah supaya nih dosen moodnya lagi baik, karena kalau moodnya baik presentasi lo nggak akan di cecar, berjalan normal-normal aja, dan seenggaknya hari itu juga lo akan dapet nilai tanpa revisi-revisian, tapi kebalikannya, kalau pas moodnya lagi jelek, beuhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh…. Habis lo di cecar….. sumber dari mana? lo ambil di halaman berapa? bukunya apa aja? Hal-hal kayak gitu udah jadi pertanyaan, bahkan nih…. Lo bawa buku 3, tapi kalau di materi presentasi lo keluar dari 3 buku yang lo bawa, habisssssssssssssss lo…. Pernah temen sekelas gue gitu. Habis dia ditanyain A, B, C, D, sampe Z, dan temen gue nggak bisa jawab, padahal ini cuma perihal sumber aja lho, belum isi…. Takut kan jadinya????? Bahkan pernah juga dosen ini langsung berhentiin presentasi yang baru mulai karena tampilan power point yang super berantakan dan dia ngomel-ngomel setelahnya… Makanya sejak itu gue itu selalu berusaha untuk dateng lebih awal biar gue nggak kedapetan kursi deket-deket nih dosen, karena takutnya pas gue lagi nggak  nyimak eh dia malah nanya, habissssssssss gueeeeeeeeeeeeee nanti wkwkwkwk *oh Jadi ini alasannya* Makanya, gue ini kalau udah selesai mata kuliah kuanti, ya gitu, langsung sakit kepala dan ini akan berimbas hingga ke mata kuliah – mata kuliah berikutnya. Iyaaaaaaaaaaaaaaaaa, mata kuliah inilah yang menjadi sumber sakit kepala gue selama semester 6, yang buat gue kayak mayat berjalan selepas nih kelas. Pokoknya sekeras apapun usaha gue untuk nggak menunjukkan sakit kepala itu, sakit kepala itu tetap nggak mau minggat, bahkan hingga gue bawa parasetamol sekalipun ini nggak mempan, seriusan… Jujur, setelah minggu-minggu  yang gue lewati dengan sakit kepala yang berlangsung di setiap sabtu itu mama dan nenek gue jadi khawatir kan, alhasil tas gue ini dibekali dengan obat-obatan, minyak angin, permen tolak angin, jamu tolak angin cair, apalagi ya? Sama duit kayaknya *yaiyalah* ujung-ujungnya gue masih tetap mengeluh ke temen gue tentang sakit kepala yang gue derita -_- Kasihan banget kan gue *nyari pembelaan*

Berikutnya, Metode Penelitan Kualitatif *boleh teriak nggak?* harusnya gue ini memisah keduanya, tapi ini malah menggabungnya, jadilah hari-hari gue penuh dengan warna abu-abu setelahnya…. Pusing. Jujur ya, selama 1 semester gue belajar mata kuliah ini, gue merasa nggak ada satupun pelajaran yang nyangkut, gue bahkan harus belajar sendiri, apa itu fenomenologi, Analisis Framing, Semiotika, Deskriptif apa tuh, pokoknya begitulah…. Seriusan gue nggak ngerti… di awal perkuliahan gue dan teman-teman busuk gue yang kerjaannya selalu ngerumpi memilih duduk di barisan belakang, tapi setelah gue merasa nggak dapet apa-apa disana gue pun memutuskan pidah ke barisan depan dan berharap gue bakal dapet sedikit dari apa yang sudah dijelaskan oleh sang dosen, tapi…. sampe gue pindah ke barisan depan pun tetep aja nggak ada satupun yang nyangkut…. Astaga, ini mata kuliah apa sih??????? Kok gue sebegokkkk ini sih???????? Bahkan saking pasrahnya gue ini pernah memilih buat streaming dari pada dengerin nih dosen ngajar, terus tebak-tebakan huruf hiragana sama si Stefany sambil ketawa-ketawa nggak jelas, kasih rekomendasi lagu-lagu bagus ke dia… nggak sering sih, Cuma sesekali pernah kayak gitu.

Pernah kejadian lucu tuh gini, karena gue duduk sendiri di barisan ke tiga sementara temen-temen yang lain di baris paling belakang jadilah gue akan terlihat banget kan sama temen-temen di belakang, nah pas dosen sibuk jelasin gue juga sibuk nyatet, seperti biasa gue selalu pasang muka seserius mungkin. Kalau dosen yang sudah malang melintang mengajar pasti tahu lah jenis mahasiswa kampret kayak gue ini yang pura-pura sok dengerin. Nah, nggak lama setelah itu tiba-tiba temen gue yang dibelakang maju dan bilang “liat catatannya dong” gue belingsatan, yaiyalah, nyatet aja enggak…..

Gue “catetan apaan?”

Dia “itu yang tadi bapak jelasin”

Dia pun narik buku yang lagi gue pake buat nulis “anjritttttttt, curhatan”

Yah habis gimana dong, ngerti aja enggak, daripada gue tidur-tiduran atau nggak berenti-berenti ngunyah permen dan terkesan nggak merhatiin dosen mending gue nulis puisi, nulis bagian-bagian favorite gue di film yang baru selesai gue tonton, inget-inget dialoguenya, ye kan??????????????

Bicara tentang kuali, dosen di matkul ini tiap minggu sebenernya selalu kasih kita tugas yang harus di kumpulkan ke email dia setiap minggunya. Biasanya tugas-tugas ini nggak jauh-jauh dari materi yang sudah di jelaskan di pertemuan hari itu dan di buat tugas untuk kita. Gue, dengan bangganya, atau dengan tanpa punya rasa malunya mengatakan bahwa, GUE NGGAK PERNAH NGERJAIN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Beberapa kali pernah, tapi gue sadar kalau itu keluar konteks, alias salah banget… Alhasil setelah itu gue udah nggak pernah ngerjain tugas mingguan lagi, pertama karena gue nggak ngerti, kedua karena banyak dari temen-temen gue juga yang nggak ngerjain itu lantaran nggak ngerti sama tugas yang dikasih. Bahkan kadang H-1 bakal banyak yang japri untuk nanya “woy lo udah ngerjain tugas kuali?” “tugas kuali lo kayak gimana sih?” “eh, kasih tahu dong” “eh nggak usah ngerjain aja” dan begitu seterusnya…. Bahkan pernah gue lagi asyik-asyik duduk di perpustakaan dengan muka yang *lagi-lagi* gue pasang super serius tiba-tiba temen gue dateng “eh nani, lo udah ngerjain kuali” 

Gue “belom, sebenernya gue mau ngerjain, tapi males. Lo?”

Dia “belom, gue aja nggak ngerti dengan apa yang di maksud, soalnya kalau gue lihat harusnya ini tuh bla…bla…bla…bla…bla…”

Gue sok-sokan dengerin padahal nggak focus.

Dia “yaudahlah gue nggak ngerjain…. Eh, lo ngapain???????? Anjay malah ngeblog!!!!!!”

Dan setelah itu hari-hari sabtu gue dilalui dengan nggak pernah mengerjakan soal kuali, nggak pernah ngumpulin dan yah, mungkin seperti itu. Tapi jujur, mungkin kalau gue mendapatkan dosen yang tepat gue bakal ngerti sama kuali seperti gue berusaha mengerti kuanti meski ketar-ketir, namun berhubung gue cuma mahasiswa biasa jadilah seperti ini, menyalahkan dosen!!! Maaf, nggak sengaja, cuma bercanda wkwkwkwk. Kalau kasusnya kayak gini emang mahasiswanya aja yang kurang ajar, mahasiswanya yang dodol wkwkwkwk, kalau kata cici gue sih mahasiswa kamprettttttt wkwkwk.

Kuliah Peduli Negeri, ini seperti oase di tengah gurun pasir tandus tak berpenghuni kecuali si Oscar yang lagi lari-lari sambil gigit apel *apa sih maksudnya?* Okay, sebenernya nggak ada masalah di kelas ini, bahkan terkesan tanpa kesan *lho?* yah gimana dong, dosennya biasa aja karena gue lihat kakinya juga napak tanah, mata kuliahnya pun biasa-biasa aja, ya jadinya sah-sah aja *lho?* sah-sah saja kalau gue nggak komen maksudnya.

Ini adalah kelas terakhir di hari sabtu dimana biasanya gue menumpahkan hari yang melelahkan di kelas ini; udah nggak nyimak *sebenernya dari matkul ke 2 gue udah nggak bisa nyimak* nggak focus, sering telat gara-gara makan dulu setelah kelas kuali *nggak tahu diri* sering bikin kegaduhan di kelas sama kelompok begajulan, ketawa paling kenceng pas harus menertawakan orang, dan mengajukan pertanyaan paling bodoh pas di suruh bertanya, pokoknya di kelas KPN ini ketahuan aslinya gue, ketahuan kapasitas otak gue yang nggak seberapa ini wkwkwkwk. Kalau dosennya, gimana ya? Nggak ada masalah, kalau dia jelasin, ya ngerti, kalau dia nggak jelasin ya berarti nggak ada kelas, cuma yang paling bikin bertanya dan membuat kepala kecil gue penuh tanda tanya adalah kok selama satu semester kuliahnya begini-begini aja ya? Konsultasi kedepan, presentasi, UTS, Konsultasi lagi, presentasi lagi, UAS deh, udah. Gampang kan? Nggak susah kan? Cuma, pas UAS mabokkkkkkkkkkkk lo, apalagi kalau dapet kelompok yang nggak ada perhatian-perhatiannya sama tugas, gemessssssssssssss rasanya, kepingin lempar mereka pake motor…

Gue udah cerita belum sih kalau di semester 6 ini hampir tiap minggu gue muntah-muntah? Belum ya? *coba scroll up* oiya belum, baru cerita tentang sakit kepalanya aja wkwkwk. Jadi sebenernya ceritanya ini nggak hanya sampai di sakit kepala, karena faktanya setiap malam minggu gue hampir mau pingsan di jalan bahkan pernah sekali yang terparah (mungkin) gue udah nggak konsen bawa motor lantaran kepala gue yang bener-bener mau meledak, dari kampus udah nahan keinginan untuk muntah dan ini berimbas dengan sepanjang jalan mata gue menjadi buram karena air mata, lo tahu nggak? Kalau keinginan muntah itu ditahan pake banget malah air mata yang keluar lho, kayak lo muntah aja gitu. Dan yeah, di jalan gue berhenti di tempat sepi dan muntah-muntah. Di rumah pun sama. Dan parahnya jarak ke rumah gue masih 20 menitan lagi, kemungkin sih. Oiya, kalau malam itu jarak tempuh gue dari rumah ke kampus sebenernya nggak selama kalau siang, jadi kemungkinan jarak tempuh dari kampus ke rumah kalau malam 50 menit juga bisa kok karena jalur yang gue lewati udah sepi banget apalagi kalau udah di atas jam 9 dan weekday beuh... Diluar itu gue bawa motornya kan kayak naik awan kinton kalau udah malam, mungkin karena di temenin lagu-lagu Linkin Park juga kali yaaa wkwkwkwkwkwk.

Nah yang di atas tadi cerita di matkul tatap mukanya, sebenernya gue masih punya 3 matkul elearning selain yang di atas, mata kuliahnya itu antara lain :

  1. Hukum dan Etika Penyiaran (Senin) 19.30 – 22.00
  2. Etika dan Filsafat Komunikasi (Rabu) 19.30 – 22.00
  3. Media and Cultural studies (Kamis) 19.30 – 22.00

3 matkul elearning ini sudah cukup membuat gue belingsatan, karena sebenernya gue selalu merasa bahwa elearning itu hanyalah beban untuk gue. Gimana enggak? Saat lo sudah memulai aktivitas lain tiba-tiba lo masih harus mengerjakan elearning jugak? Gue bahkan sempet lupa ngerjain elearning Media and Cultural lho, jadi waktu itu gue inget belum ngerjain itu eleraning pas gue lagi di jalan untuk jenguk temen gue yang di rawat di fatmawati,  lo tahu apa yang gue rasa saat itu, panikkkkkkkkk…. Pas yang lain pada makan gue malah cek HP dan buka elearning, waktu terus berjalan mundur Dan gue belum ngerjain sama sekali, bahkan modulnya aja belum gue baca lantaran berbahasa inggris… anjrit, makanan gue tuh langsung hambar rasanya, nggak bisa untuk di telen kalau nggak di kunyah dulu *yaiyalah* pokoknya rasanya itu campur aduk deh, ada perasaan kayak, ya mereka kan nggak tahu gimana rasanya kalau nggak ngerjain, mereka kan nggak tahu rasanya kuliah di bayarin sama orangtua yang mana bebannya jauh lebih besar *curhat* alhasil pas jam 11an waktu gue sampe rumah gue langsung buka elearning, gue langsung kerjain dan gue juga langsung posting itu meski dalam keterangan waktunya tertulis keterlambatan posting lebih dari 3 menitan, hal ini gara-gara di jam 00.00  eleraning seketika ngeblank.

Gue nggak bisa ngebayangin rasanya jadi si Sulis yang elearningnya sampe 5… Iya si Sulis, dia eleraningnya ada 5 kayak balonnnnnnn. Gue sampe syok waktu tuh anak ngasih tahu KRSnya waktu selesai isi beberapa waktu lalu, “Sul ini seriusan? Nggak salah kan?” tanya gue kaget setelah liat kode EL di setiap matkul yang dia ambil….. aduh mak, itu mah bunuh diri kalau gue…. Gini…gini… gue aja ngerjain elearning itu selalu di akhir-akhir lho, gue kasih contoh matkul yang dosennya nggak pernah telat buat upload ya, misal Etika dan Filsafat, nah di jadwalnya itu kan hari rabu, otomatis forum dan quiz akan ditutup di hari selasa malam (1 minggu) kan, nah gue bisanya baru jawab forum dan quiz itu di selasa malam, paling cepat di hari minggu. Nggak ada dalam sejarah dosen upload di hari rabu dan di hari itu juga gue merespon… enggak ada!!!! Mungkin waktu semester-semester awal kuliah gitu yah, tapi kalau sekarang itu sudah menjadi satu *mikir lama* ketidakmungkinan. Soalnya kalau gue lihat-lihat lagi gue memang mengerjakan itu di akhir-akhir… gue sampe berpikir, kok gue gini banget sih? Sesulit itukah untuk buka elearning dan mengerjakan tugas dosen itu? Bisa sih tepat waktu, tapi males gitu…. Dan gue biasanya ngerjain elearning itu pasti malem bahkan pernah sampe ketiduran dan nggak ngerjain pada akhirnya wkwkwkwk.

Oke, kita akan membahas masalah elearning, untuk mata kuliah pertama, Hukum dan Etika Komunikasi… Nggak ada masalah sama matkul ini sebenarnya, terlebih karena ini matkul elearning. Jadi sama seperti matkul-matkul elearning pada umumnya, enggak menghadirkan banyak kesan. Tatap muka sama dosen itu kalau nggak salah 3x dalam satu semester (itu diluar UTS + UAS) dan selama asistensi itu gue belum pernah satu kalipun dateng…. Seriusan!!!! Dulu, waktu semester-semester sebelumnya gue paling rajin lho asistensi, selalu dateng meskipun harus berlomba-lomba dijalan menuju stasiun rawabuntu yang macet di jam-jam pulang kantor, naik kereta hingga ke kebayoran, disambung gojek, kadang hujan-hujanan. Pokoknya rajinlah. Meskipun salah satu dosen pernah bilang kalau asistensi ini nggak wajib buat mahasiswa tapi wajib buat dosen *kok?* itu nggak gue ambil pusing, yang penting gue dateng. Btw harusnya dulu gue tanya alasannya kwenwapwa itu cuma wajib buat dosen ya. Lupakan!!!!

Nah, untuk matkul ini gue emang nggak pernah dateng asistensi sama sekali, bahkan semester 6 ini gue nggak pernah hadir asistensi. Gue pikir ngapain gitu????? Jauh-jauh dari BSD ke Meruya naik kereta, eh yang dateng adakalanya nggak sampe 10 orang dan disana nggak sampe 1 jam, kan buang-buang waktu banget ya, belum lagi capek pulang kerja *ini waktu gue masih kerja* yaudah sejak itu gue nggak pernah dateng, hanya berusaha untuk jadi mahasiswa baik dengan tetap mengisi elearning wkwkwk. Tapi yang gue kesel dari matkul ini adalah, gue selalu nggak di absen meskipun gue udah isi forum dan quiz, kok aneh ya? Pernah yang lucu tuh gini, matkul ini kan jadwalnya senin tapi dosen yang bersangkutan postingnya selalu di akhir minggu kayak jumat or sabtu, nah waktu itu nih dosen posting forum di hari sabtu, karena kebetulan gue lagi di depan komputer jadilah hari itu juga gue kerjain tuh forum dan quiz, eh tahu-tahu gue malah nggak di absen…. waktu itu gue sempet bertanya-tanya, kok gue nggak di absen sih? Gue ngerjain paling awal lho, seenggaknya menjadi orang ke 3 yang menanggapi forumnya dosen tapi kok malah nggak di absen… Jangan-jangan ini karena gue yang dengan lancangnya minta tuh dosen juga menyertakan modul? Masa Cuma gara-gara itu? Wajarlah kalau mahasiswa minta dosen nyantumin modul kan sebagai landasan untuk mengisi forum? Tapi setelah tanya sana-sini ternyata memang nggak Cuma gue aja yang kayak gitu, beberapa temen gue dari matkul lain dan dengan dosen yang sama mengeluhkan hal yang juga sama, bahkan temen gue sempet bilang kalau dia pernah ngulang matkul nih dosen gara-gara absen dan semester ini terancam mengulang hal yang sama wkwkwkwk. Yang lain berkisah kalau ini hal  biasa, yang terpenting lo dateng aja ke dosen dengan screenshot bukti mengerjakan dan semuanya beres…. Iya sih beneran beres, tapi masak sih tiap mau UTS dan UAS gue bakal sibuk banget liatin forum dan quiz mana yang sudah di kerjain tapi nggak di absen dan mana yang gue memang nggak kerjain…. Nggak lucu kan ya??? Jadi seringnya pas menjelang UAS gue udah sibuk dengan HP dan kertas untuk mencatat semuanya.

Etika dan Filsafat Komunikasi, mata kuliah yang gue ambil berdasarkan kesadaran sendiri dan tanpa paksaan siapapun, please deh ah!!! *ketawa nggak jelas* di postingan sebelumnya gue sempet berkisah tentang tugas pengganti UAS yaitu review buku Geroge Orwell ya kan? Nah, diluar itu yang buat gue bener-bener nggak habis pikir itu tentang tugas kelompok, yep… bener banget, nih dosen seneng banget buat tugas kelompok, KPN tugas kelompok, Etika Filsafat juga tugas kelompok, gue rasa nih dosen suka berkelompok :P atau semacamnya ha ha ha, okay bercanda… maksudnya gini lho, kalau tatap muka wajar gitu karena ketemu tiap sabtu, nah kalau elearning, gimana? Bahkan ada kalanya dalam satu kelas aja kita nggak saling kenal, dan bahkan nih ya… waktu tatap muka pertama nih dosen aja (waktu pembagian kelompok) gue nggak dateng karena DBD alhasil gue minta Arfan untuk masukin gue ke dalam kelompoknya, kok bisa gue tahu Arfan sekelas sama gue? Iyaaaaaaaaaaaaaaaaaa bisaaaaaaaaaa, gue scroll down tuh forum sampe gue nemuin nama orang yang gue kenalllllllllllllll dan chat pribadi ke dia dan minta masukin nama gue dalam kelompoknya, padahal dulu di semester 3 gue sempet blacklist si Arfan dari tugas kelompok gue lantaran gak ada partisipasinya lho…. Dan hari itu, gue chat dia untuk memasukan gue ke dalam kelompoknya setelah sebelumnya dosen memberi tahu untuk masuk lantaran ada pembagian kelompok, nggak tahu malu ya gue???????????

Nah darisitulah kegaduhan dimulai dan gue merasa ini menjadi tambahan beban buat gue, gue harus buat video presentasi…. Tahu nggak??????????? Gue itu anti kamera banget, nggak pernah videoin diri gue, dan disitu gue harus upload video presentasi, dilihat teman sekelas dan mungkin dosen, dan….. yah itu beban banget, gue itu kayak menyeburkan diri gue ke got terus nari-nari di depan banyak orang, intinya gitu. Kalau Cuma sekedar tugas kelompok ya nggak apa-apa juga, tapi kalau harus presentasi dan videoin, sumpah itu beban terberat!!!!!!!!!!!!!!!!

Media and Cultural Studies, menurut gue dari 3 elearning cuma matkul ini yang nggak buat kepala gue pusing, materinya menarik, kita membahas masalah Gender dan Feminisme, Kekerasan Simbolik, Simeotik, apa lagi ya, Teori Dramaturgi, budaya popular, dan…. *lupa* pokoknya itulah. Dan untuk absensinya juga nggak bermasalah, sempet sih, tapi udah langsung di benerin sama dosennya pas gue mengadu *Cielah* pokoknya, ini satu-satunya elarning yang nggak buat kepala Halimah pecah dan meterinya paling Halimah suka….. Meski diluar itu gue juga suka materi di Etika Filsafat, tapi sayang dosen di Etika Filsafat nggak nyantumin modul, coba kalau nyantumin modul juga pasti gue bakal mengerti. Jadi selama ini lo nggak ngerti nani??????????? ENGGAKKKKKK!!!! Wkwkwkwk. Sebenernya ada modul dari dosen-dosen lain, tapi rasanya aneh gitu kalau lo di ajar dosen A terus lo bacanya modul dari dosen B. Ya kan??????? Enggak!!!!!!!!!!!!!! Oke, emang gue aja sih yang aneh.

Oke diluar mata kuliah - mata kuliah yang gue sebutkan diatas, mata kuliah yang sukses buat gue sakit kepala, untungnya di semester 6 ini adalah.... Gue punya temen-temen baru yeayyyyyyy.... Iya, setelah semester-semester lalu yang gue habisikan hanya dengan lingkaran yang itu-itu aja akhirnya di semester 6 ini gue ketemu temen-temen baru kayak Desi, bahkan tuh anak udah beberapa kali nginep ke rumah gue dan udah beberapa kali maksa gue nginep ke kosannya dan sering gue tolak pastinya *habis takut di perkosa si Eka wkwkwkwkwk* terus ada Stefany, Koko, Jihad, Fajar, Darma, Enggar, Agit, siapa lagi ya??? Intinya sih gue udah mulai mau untuk memulai percakapan sama orang, belajar untuk SKSD, dan yah, seenggaknya belajar untuk mau menyapa orang lebih dulu, akhirnyaaaaaaaaaaaaaaaaa.... Bahkan gue berhasil mengajak Sulis masuk dalam lingkaran baru ini, kalau Sulis sih sebenernya emang paling gampang buat bersosialisasi jadi nggak heran dia langsung bisa melebur meski baru ikut beberapa menit.... 

Bareng-bareng mereka semua hal itu jadi seru, seriusan!!!!!!! Adegan makan selepas kuliah itu jadi ajang buat menertawakan diri sendiri, menertawakan kebodohan sendiri. Obrolan kita jarang yang berbobot, bahkan topik pembahasan kita nggak jauh dari ngejulidin orang, ngomongin orientasi orang, ngomongin dosen, ngomongin tugas, terus balik ngomongin dosen, terus ngerumpi nggak jelas, nonton film, nungguin si Desi yang selesai kelas jam 9an, terus sibuk sama tugas masing-masing (kadang) jadi meski kita satu meja semuanya pada sibuk sama urusan masing-masing, sama tugas, layar laptop yang nampilin film Berlin I Love You *itu gue wkwkwkw* ada yang ngobrolin tugas, ada yang malam minggu masih sibuk sama urusan kerja (sulis) dan ada juga yang asyik pedekate *nggak harus disebutin kalo ini wkwkwk* ada yang tiduran kayak lagi di rumah nenek, mainin kucing, pokoknya hal-hal unfaedah lah.....

Menurut gue obrolan paling menarik adalah, ketika kita ngomongin orang dan orang itu ada didepan kita, kayak misalnya gimana gue, darma dan stefany ngomongin tentang kos-kosannya si Desi, hal ini dimulai karena gue ngajak masak-masak di kosannya Desi, habis itu si Darma langsung nolak lantaran dia ngerasa kosannya desi sempit terus ada di lantai paling atas dan tangganya kayak jurang, ini seriusan!!!! Pertama kali gue kekosannya si Desi gue sampe kaget perihal tuh tangga, si Desi yang udah terbiasa jalan dengan begitu cepetnya, sementara gue mati-matian untuk nggak ngeliat ke bawah dan terus berusaha untuk mepet ke tembokkkkkk.

"Des ini nggak ada pembatasnya?" *dikira buku*

"Yaudah sih nggak usah lebay"

dan setelahnya, pas gue turun tangga pas mau pulang gue itu keserimpet dan hampir jatoh.... Coba kalau gue jatoh, bisa bahayaaaaaaaaa..... Karena bakal langusng jatoh kebawah... kelantai 1. Parah kan?????
Awalnya gue kira cuma gue aja yang ngerasa itu tangga kayak jurang, ternyata stefany juga ngerasain hal yang sama.... Makanya dari situ tuh kalau ngomongin kos-kosannya desi pasti bakal ngakak, soalnya tangganya angker bangettttttttttt.... ibarat kata lo tuh ada di antara hidup dan mati disana, ih seremmmmm... nanti kalau gue main kekosannya lagi gue fotoin deh tangganya okeeeeeee...

Meski semester ini gue punya lingkaran baru, gue juga nggak lepas untuk kemana-mana cuma sama si sulis... jadi kemana-mana sama sulis lagi sulis lagi!!! Kayak kalau pas UAS misalnya, meski cuma untuk ketoilet aja kita kadang janjian lho, parah nggak? Bahkan kalau kita dateng di hari biasa untuk ketemu dosen kita juga selalu berdua. Karena kadang cuma sama dia gue bakal ngalamin hal-hal lucu, dan melakukan hal-hal yang juga nggak kalah absurd.... Kayak kejadian Senin kemarin, sumpah ini lucu banget.... Jadi waktu itu gue ketemuan sama dia di toilet biasa *panggilan kita untuk toilet ini* biasanya disana gue bakal nemenin dia dandan, bertukar gosip *karena toilet ini super sepi* terus gitulah... Nah di toilet itu kan cuma ada 2 bilik kan, 1 bilik terkunci rapat, sebelumnya gue liat memang ada ibu-ibu (kemungkinan) yang masuk ke tuh bilik, gue yang baru keluar dari bilik satunya langsung cuci tangan dan benerin kerudung, sulis lagi nanya "Nani UAS mata kuliah apa?" dan gue pas banget mau jawab ketika dari bilik itu bergema suara kentut yang super buesarrrrrrrrrrrrrrrrrrr, seketika gue sama sulis saling lirik di kaca besar di depan kita.... Sulis senyum-senyum "Nani UAS mata kuliah apa?" tanya dia lagi mengalihkan perhatian, sementara gue masih nggak bisa jawab karena kejadian tadi dan justru nahan tawa.... setelahnya, gue langsung lari keluar dan ngakak..... Sumpah gue ngakak beneran... Hal yang buat gue ngakak sebenernya bukan kentutnya, karena kita manusia dan kita selalu mengantongi gas itu kemana-mana. Tapi ini masalah gas itu keluar di saat terhening di toilet, di tambah adegan gue dan sulis tatap-tatapan dengan ekspresi paling dodol nah ini sebenernya yang kocak wkwkwkwkwk, dan pertanyaan sulis yang lebih dari 2x yang nggak bisa gue jawab lantaran gue nahan tawa, dan itu justru buat gue dan sulis ngakak... Karena setelah gue keluar, nggak lama sulis lari ngejar gue sambil ngakak jugaaaaaaakkkkkkkkkkkk dan mukul-mukul gue seolah ini salah gue.... Dan setelahnya toilet pun hening lagi, gue dan sulis akhirnya masuk lagi, dan entah apa yang dilakukan orang didalam sana... Pokoknya pas dia keluar, dia nggak menoleh ke gue dan sulis, sementara gue dan sulis berusaha untuk sibuk kembali dengan aktivitas kita di depan kaca wkwkwkwkwk, parah emang kitaaaaaa....

Pernah juga kejadian gue makan bubur ayam semangkok berdua sama sulis, yang lucu bukan makan semangkok berduanya, tapi ekspresi tuh tukang bubur yang ngeliatin gue dan sulis heran.... Awalnya gue cuek, sampe akhirnya ingatan gue kembali sama cerita si Stefany yang pernah di duga pacaran sama cewek sama abang ojek gara-gara si stefany belum mau naik ojek kalau ojek temennya belum nyampe, dan di jalan si abang bilang "itu pacarnya?" muka stefany langsung biruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu wkwkwkwkwk.

Gue kenal sama Sulis dari semester pertama, sering di persatukan dengan kelompok yang sama, beberapa semester isi KRS bareng, cuti bareng, banyak hal yang udah dilewatin bareng, ngelamar kerja bareng, saling back up untuk ngerjain e-learning kalau salah satu dari kita nggak bisa untuk ngerjain, berkomplot untuk bantu cairin kredit, apa lagi ya??????? Banyak deh, kalau di ceritain penuh nih blog sama cerita absurd gue, sulis dan el.

nah disemester 6 ini juga untuk pertama kalinya gue, el dan sulis itu nggak sekelas sama sekali. El ambil kelas pagi, gue pagi dan siang, sulis cuma ambil 1 matkul di jam 19.30, jadilah kita jarang ketemu. Di semester ini juga si sulis ini absennya bener-bener anjlok, gue justru nggak bermasalah sama sekali, dan el, gue justru nggak tahu sama sekali lantaran kita bener-bener nggak pernah ketemu, paling cuma chat dan itupun nggak pernah ngebahas masalah kuliah.... Waktu kemarin-kemarin sulis ngeluh gara-gara kemungkinan dia bakal ngulang 3 matkul di semester ini, wajar sih, lo bayangin aja dalam 1 matkul aja dia itu ada yang absen sampe 10x.

sulis : nan, besok gue ikut UAS nggak ya?

Gue  yang udah duga pembicaraannya bakal kemana langsung nanya "bolos berapa?"

Sulis : Sepuluh.

Gue : udah nggak usah... Udah nggak bakal lulus. *Temen macam apa sarannya kayak gini?*

yaiyalah, 10 kali nggak masuk coy, pertemuan itu ada 14, 1x UTS, 1x UAS, kalau di akumulasi 16 dan dia absen 10.... Bunuh diri itu namanya....







Dan, gue menunggu semester 7 datang.... Nggak sabar.... Kira-kira bakal sekelas sama siapa lagi yah nanti? Apakah masih ada mata kuliah-mata kuliah yang sama dengan komplotan diatas, dengan temen-temen seangkatan itu? atau?????????????? Ah, semester 7 nanti gue bakal ambil Bahasa Inggris 1 pada akhirnya, Kewirausahaan, Psikologi Komunikasi (lagi), Produksi Berita, apa lagi ya???????? Riset Komunikasi!!!! Ahhhhhh gue ambil riset, selangkah lagi berarti TA dongggggggggg.